Sebuah masa lalu terkadang tidak ingin berhenti mengejar, membuat kehidupan seseorang berhenti sejenak dan tenggelam dalam sebuah luka.
Lituhayu terjebak dalam masa lalu itu. Masa lalu yang dibawa oleh Dewangga Aryasatya, hingga membuat gadis itu tenggelam dalam sebuah luka yang cukup dalam.
Waktu terus bergulir, tapi masa lalu itu tidak pernah hilang, bayangnya terus saja mengiringi setiap langkah hidupnya.
Tapi, hanya waktu juga bisa menyadarkan seseorang jika semua sudah berakhir dan harus ada bagian baru yang harus di tulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siasat Kendra
" Sekarang aku baru tahu jika aku punya kelebihan yang lebih unggul di banding Abang." ucap Kendra merasa jumawa.
Inilah pertama kalinya Kalandra menganggap pentingnya keberadaan Kendra. Kini, mereka sedang berolahraga di Padang rumput yang berada di atas waduk.
"Besok kesempatan emas, jadi Abang harus menggunakannya dengan sebaik mungkin!" titah Kendra membuat Kalandra meliriknya tajam.
" Kamu pikir, aku sebodoh apa?" gertak Kalandra membuat Kendra tertawa.
"Tapi kenyataannya aku lebih ahli dari pada Abang!" jawab Kendra sambil berteriak dan lari menjauh dari Kalandra. Dia tahu, jika di ledek seperti itu Kalandra pasti akan menendangnya dengan keras dan tanpa Ampun.
Kalandra tertegun sejenak menatap senja kemerahan di atas bukit yang mengelilingi danau.
Hatinya menjadi gamang dengan keputusannya kemarin. Meskipun, dia pemain wanita, tak menikah bagi pria itu adalah sesuatu yang sakral.
POV Kalandra.
Bagiku tidak mudah memutuskan untuk mengikat hubungan dalam bentuk pernikahan.
Pernikahan itu sesuatu yang cukup sakral dan banyak hal yang harus dipertanggung jawabkan. Entah apa yang merasuki diriku hingga aku berani memasukkan sebuah hubungan pernikahan dalam urusan bisnis.
Aku tahu gadis itu, dia gadis yang baik, aku sudah menyelidikinya sejak awal dengan latar belakang serta masalah yang menimpanya saat ini. Tapi, hal yang aku takutkan adalah aku tidak bisa mencintainya.
Sampai sejauh ini aku belum pernah jatuh cinta dengan perasaan penuh. Otakku lebih banyak bekerja dari pada hatiku. Jadi saat aku bercinta dengan berbagai bentuk wanita, jangan ditanya lagi, apa aku pakai hati atau tidak.
Jawabannya tentu saja tidak, aku tidak pernah menggunakan hati saat aku bercinta dengan para gadis-gadis itu.
Tapi tentang Lituhayu? Semua sudah berjalan sesuai dengan rencana. Kendra seolah yakin, jika Lituhayu adalah pasangan yang tepat untukku.
Entah alasan apa yang menyebabkan bocah itu menilainya seperti itu. Padahal menurutku gadis itu terlalu muda dan sangat naif jika menghadapi kehidupan dan duniaku.
Apakah aku menggunakan hatiku untuk rencana pernikahan itu? Jawabnya sekali lagi tidak. Aku juga tidak mencintai gadis itu.
Hatiku seolah-olah tidak berfungsi dengan baik hingga perasaan cinta itu tidak pernah singgah dalam cerita hidupku.
Oh ya, entah kenapa aku suka memanggilnya Lituhayu? Seolah-olah nama itu sangat cocok dengan wajahnya yang aku akui cukup cantik meskipun terlibat lepek dan kumal.
Author POV.
Kalandra mencoba berfikir lebih jauh jika rencana menikahi gadis pemilik warung itu terjadi.
Jika memang gadis itulah yang pada akhirnya menjadi istrinya, sungguh semua tidak termasuk dalam kamu hidupnya. Tidak pernah ada gadis sesederhana itu menjadi bagian dari hidupnya.
Gamang dengan segala yang ada dalam pikirannya, Kalandra memilih kembali ke dalam villa.
Pria itu berjalan menelusuri padang rumput yang menghias diantara perbukitan yang mengelilingi waduk.
Langkahnya terhenti saat melihat seorang gadis dengan dress berwarna putih itu tengah menatap senja di hamparan ilalang yang tidak jauh dari pandangannya.
Gadis itu berjalan seolah terus mendekat ke arah sang senja dengan raut wajah kesedihan yang nampak jelas. Dia adalah Lituhayu, gadis yang baru saja memenuhi pikirannya.
Ada sebuah rasa yang membuatnya cukup tertarik untuk terus menatap sosok cantik itu. Wajah sendu dengan tatapan jauh ke depan seolah tak peduli pada jungkir baliknya dunia di sekitar. Alana nampak merenungkan segala sesuatu.
Kalandra mengambil ponselnya dari dalam saku celana. Memotret pemandangan yang cukup indah, 'gadis cantik dalam dekapan senja yang sangat indah' Itulah yang terlintas dalam benak Kalandra.
Mendapatkan beberapa gambar Alana, Kalandra kembali memasukkan ponselnya. Pria itu pun langsung melangkah pergi dan kembali ke Villa tanpa ingin menyapa gadis itu.
Alana yang melihat ada seseorang yang ada di sekitarnya itu pun menoleh. Dia pun mendapati sesosok pria dengan kaos putih dan celana cream itu berjalan menjauh dari tempat dia berdiri.
Dari tampilannya, Alana pun langsung mengenali siapa sesosok yang menjauh darinya dengan langkah tegap.
Alana membiarkan Kalandra berlalu begitu saja. Dia kembali menikmati senja yang sangat indah di tempat itu, tempat yang menjadi tujuan saat hatinya merasa gundah gulana.
Ternyata hidup belum puas juga menjungkir balikkan kehidupannya. Kadang dia ingin menyerah tapi tidak bisa seperti itu, hidup terus berjalan dan dia pun harus terus berjuang.
Setiap kali ke kota, Alana kembali diingatkan pada pria yang masih mengisi hatinya hingga saat ini. Dewangga Aryasatya, cinta itu masih sama meskipun kemungkinan besar pria itu sudah bahagia dengan pasangannya sekarang.
"Mas Dewa, mungkinkah aku bisa bertemu kembali dengannya?" pertanyaan itu memenuhi hatinya kala dia akan pergi ke kota. Antar ingin melihat kembali sosok itu tapi dia juga takut terluka kembali saat bertemu pria itu.
Dewangga tetap sosok terbaik yang pernah mengisi hidupnya. Meskipun hatinya terluka. Tapi bagi Alana bukan Dewa yang melukai hatinya tapi perasaannya sendiri.
###
Alana sudah bersiap bersama ibunya. Gadis itu benar-benar mengenakan dress well memoles wajahnya dengan make up yang tipis agar tidak nampak pucat.
"Mama, suda siap? Sepertinya mereka sudah ada di depan." ucap Alana saat mendengar suara halus mobil sedan yang berhenti tepat di depannya.
" Sudah, Mama sudah siap." jawab Mama Airin. Mereka pun keluar dari rumah. Saat Alana mengunci pintu rumahnya, Kendra sudah keluar mobil bersamaan dengan Kalandra.
Kalandra yang biasa bersikap angkuh pun menyambut wanita paruh baya yang sudah berjalan terlebih dahulu meninggalkan Alana.
Kendra menghampiri Alana dan mengambil sebuah tas yang dibawa gadis itu. Sedangkan Kalandra menyambut Mama Airin dan mengantarnya masuk ke dalam bangku belakang mobil.
Alana menatap sikap manis kedua kakak beradik. Bagi Alana sikap mereka sangatlah aneh. Tapi, dia tidak ingin banyak berkomentar karena tidak ingin terlibat perdebatan dengan mamanya.
Sebelum Alana masuk ke dalam mobil menyusul mamanya, dia dan Kalandra sempat beradu pandang. Jika Kalandra sudah menatap Alana sebagai calon istrinya berbeda dengan gadis itu. Alana tidak pernah berfikir ke sana.
lnjt kak..