Xaviera wanita berusia 25 tahun, seorang anak dan cucu dari keluarga konglomerat. Namun kehidupan sehari-harinya yang berkilau bagaikan berlian berbanding terbalik dengan kisah asmaranya.
Perjodohan silih berganti datang, Setiap pria tidak ada yang benar-benar tulus mencintainya. Menjadi selingkuhan bahkan istri kedua bukanlah keinginannya, melainkan suatu kesialan yang harus di hadapi. Sebuah sumpah dari mantan kekasihnya di masa lalu, membuatnya terjerat dalam siksaan.
Suatu hari, pertemuan dengan mantan kekasihnya, Rumie membuatnya mati-matian mengejarnya kembali demi ucapan permintaan maaf dan berharap kesialan itu hilang dalam hidupnya.
Akankah Xaviera bisa mendapatkan maaf yang tulus dari Rumie?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Semua orang yang sedang berada di Restoran, saat ini menoleh ke arah mereka bertiga.
“Ibu, apa yang Ibu lakukan?” Rumie melangkah, berada di depan Xaviera.
Sedang, Xaviera tersenyum dingin dengan mata yang menatap Rezty. Menutupi, rasa malu karena menjadi tontonan.
Rezty mengambil tasnya di kursi, tanpa kalimat apapun meninggalkan Rumie dan Xaviera.
“Xaviera, maaf. Aku tidak tahu yang terjadi dengan Ibuku. Kamu bisa menunggu disini sebentar. Aku akan mencari tahu.” Rumie mengusap lembut pipi Xaviera, lalu berlari mengejar Ibunya memasuki lift.
Wajah Xaviera berubah muram, masih syok dengan apa yang baru saja terjadi secara tiba-tiba.
“Rumie, anaknya?” Pertanyaan itu terbesit.
Baginya, sungguh mustahil jika Juno memiliki saudara Rumie. Selain, karena Rumie sedari kecil hidup di panti asuhan, keluarga Juno adalah keluarga terpandang. Tidak mungkin, menyembunyikan kebohongan. Yang Xaviera tahu, Rezty telah kehilangan ketiga anaknya, karena saat itu dia juga menghadiri pemakaman Juno, Indira dan Aries.
“Sialan! Apa yang terjadi?” Xaviera menoleh ke belakang, tidak terlihat Rumie. Dia pun, memutuskan untuk kembali ke rumah daripada jadi bahan perbincangan.
Sementara di dalam lift, Rezty hanya diam, ketika Rumie terus-menerus menanyakan maksud di balik tamparan itu pada Xaviera.
Pintu lift terbuka, Ibunya berjalan menuju ke kamar hotelnya. Rumie masih mengikuti langkah ibunya dari belakang, hingga masuk kedalam kamar.
Setelah hanya ada mereka berdua di dalam kamar, Rezty melempar tas nya di sofa, lalu berbalik menatap putranya dengan tajam.
“Gadis itu, gadis itu yang kau maksud!” Suara lantang Rezty, membuat Rumie semakin penasaran.
“Ibu mengenal Xaviera?” tanya Rumie.
“Mana mungkin Ibu tidak mengenal wanita yang menjadi malapetaka di keluarga kita, karena dia ketiga kakakmu meninggal!” Rezty, menghela nafas. Mencoba tenang.
“Apa maksud Ibu? Bukankah kakakku meninggal karena kecelakaan?”
Rezty duduk di sofa, mengingat kecelakaan yang terjadi pada anaknya membuatnya menangis.
Rumie berjongkok, dan merendahkan suaranya. Menyentuh tangan ibunya yang sedang menyeka air mata.
“Apa Xaviera adalah calon pengantin Juno?”
Rumie hanya tahu, jika Ibunya membenci wanita yang sebelumnya pernah di jodohkan dengan Juno. Bagi Ayah dan Ibunya, wanita itu adalah kesialan, yang membuat mereka akhirnya meninggalkan Indonesia dan menetap di San Francisco.
“Ibu tidak ingin kamu menemuinya lagi!” Rezty membuang muka, ketika Rumie menatapnya.
“Bagaimana bisa? Aku sangat mencintainya. Lagipula, bukan karena dia kecelakaan itu terjadi. Itu hanyalah takdir,” ucap Rumie.
Rezty kembali menoleh, “Itu takdir yang membawamu pada kami, kau mengerti!”
Tanpa Rezty sadari, dia telah membuat Rumie untuk mencoba mengingat apa yang terjadi di masa lalu.
Rezty mengambil ponselnya, dan menyuruh sekretarisnya memesankan tiket pesawat untuknya dan juga Rumie.
“Lupakan dia! Banyak wanita cantik di luar sana, dia … dia bukan sekedar luka bagi Ibu dan Ayah. Dia juga akan melukaimu.” Rezty menyentuh kedua tangan Rumie.
“Apa maksud Ibu? Dia sangat mencintaiku.”
“Jika dia mencintaimu, dia tidak mungkin menjadi wanita simpanan.” Rezty membongkar hal yang tidak seluruhnya dia tahu, namun dia meyakini memang kabar tentang Xaviera menjadi wanita simpan Jones adalah kebenaran.
Rumie menarik tangannya, kemudian bangkit.
“Apalagi ini?” Rumie merasa, Ibunya terus-menerus mendesaknya untuk berpisah dengan Xaviera. Kali ini dengan alasan lain, yang cukup membuatnya terkejut.
“Dia adalah wanita simpanan, wanita simpanan dari Pria yang bernama Jones, kenalan Ayahmu, sekaligus orang yang bekerja denganmu saat di Berlin,” ucap Rezty.
“Tidak mungkin, Ibu mendengar kebohongan ini dari mana?” Rumie masih tidak percaya dengan ucapan Ibunya.
“Semua orang di pesta tahu itu, meskipun Jones memperkenalkannya sebagai sekretaris. Ibu tidak percaya.” Rezty yang membenci Xaviera, memikirkan cara untuk membuat putranya pergi meninggalkan Berlin dan ikut bersamanya kembali ke Amerika.
“Itu tidak mungkin, Ibu. Xaviera tidak serendah itu.” Rumie masih meyakini, jika Xaviera tidak akan bermain-main dengannya. Bahkan dia juga pernah bertemu dengan Jones saat dia bersamanya, tidak ada tanda-tanda sikap mereka berdua yang mengisyaratkan hal buruk yang seperti Ibunya ucapkan.
“Aku ingin kamu tetap kembali ke Amerika, titik!” Rezty menghindar dari putranya. Memberikan ekspresi serius, jika kali ini Rumie harus menuruti keinginannya.
“Aku akan cari tahu itu semua,” ucap Rumie, kemudian keluar dari kamar Ibunya, untuk kembali ke Restoran menanyakan hal itu secara langsung kepada Xaviera.
Namun, saat kembali kesana. Rumie tidak melihat keberadaan Xaviera. Dia mencoba menghubungi Xaviera lewat telpon.
“Xaviera, kamu dimana?” batin Rumie, setelah beberapa kali panggilannya ditolak
Rumie pun mencoba mencari tahu dengan cara lainnya, yaitu menghubungi Jones.
Di sisi lain, Xaviera sudah berada di rumah. Dengan perasaan yang kesal di menggebrak meja ruang makan, hingga jus jeruk yang baru saja dibuat oleh pelayan tumpah di meja.
“Nona, apa yang terjadi?” Pelayan berjongkok dan membersihkan tumpahan jus di lantai.
Aaaaaa “Menyebalkan!” teriakannya memekik memenuhi ruangan.
Sementara, Jones yang berada di kamar, bangun ketika suara ponselnya berdering. Membuatnya meraba-raba mencari letak ponselnya dengan kondisi setengah sadar.
“Siapa pagi-pagi menelpon?” Jones, menyentuh kepalanya yang kesakitan. Kemudian, perlahan bangkit dan mencari ponselnya.
Suara dering ponsel itu berhenti, membuat Jones mencoba sadar sepenuhnya setelah bangun tidur. Matanya menyapu sekeliling kamar Xaviera, dan tidak melihat wanita yang menemani dia tidur semalaman berada di kamar.
“Astaga, kepalaku sakit sekali,” gerutu Jones.
Dia berjalan terhuyung-huyung ke kamar mandi untuk mencuci muka.
“Apa aku setua itu? Hanya karena dua gelas anggur langsung membuatku tidur, dan merasakan sakit kepala.” Jones menyalakan shower dan membiarkan tubuhnya terguyur air hangat.
Setelah selesai mandi, Jones memakai piyamanya semalam. Berjalan keluar dari kamar Xaviera.
“Xaviera.” Memanggil wanita yang dia cintai, sambil menuruni tangga menuju ruang makan.
Xaviera tengah berada di ruang makan, mendengar panggilan itu. Dia segera berpura-pura menikmati sarapan.
“Pagi, sayang.” Jones mencium pipi Xaviera.
Xaviera hanya diam tidak memberikan sambutan apapun.
“Kamu terlihat cantik sekali pagi ini, mau kemana?” Jones melihat pakaian dan riasan wajah Xaviera yang terlihat berbeda tidak seperti pagi sebelumnya.
“Aku akan ke toko,” jawab Xaviera.
“Apa ada pemotretan lagi? Sampai kamu merias wajahmu.” Jones menyentuh bibir merah Xaviera.
Xaviera menyingkirkan tangan Jones, “Aku sedang makan.”
Jones tersenyum, melihat sikap ketus wanitanya. Dia menarik kursi, dan menikmati kopi yang telah di sediakan pelayan.
“Talitha, tolong Carikan ponselku di kamar Nyonya!” Jones memerintah salah satu pelayannya.
“Baik, Tuan.”
Xaviera melihat Rumie masih mencoba menghubunginya, namun karena ada Jones di depannya, dia segera mematikan ponselnya.
Pelayan datang, membawa ponsel milik Jones.
Suara dering ponsel kembali di dengar, Jones pun penasaran dengan siapa yang menelponnya sedari tadi.
“Rumie?” Jones melihat layar di ponselnya, jika Rumie menelponnya. Dengan cepat, Jones pun mengangkatnya.
Xaviera melirik ke arah percakapan Jones, penasaran dengan apa yang dibicarakan pada Rumie.
“Oke, kita bertemu di kantor.” Jones terdengar tidak memberikan jawaban lain selain itu, kemudian menutup telepon.
“Kenapa dia menelpon mu?” tanya Xaviera penasaran.
Jones menatap Xaviera dan tersenyum, “Mungkin karena kamu tidak mengangkat teleponnya?” Jones memberikan jawaban, seakan tahu apa yang disembunyikan Xaviera padanya saat ini.
Wah Jones mulai punya indra keenam, nih 🤭
Mungkinkah Rumie menemui Jones untuk mencari tahu kebenaran yang diucapkan Ibunya tentang Xaviera? Jadi penasaran, kan?
Yuk tinggalkan jejak dengan vote, like subscribe dan komentarnya 🙏