NovelToon NovelToon
Bukan Kamu Boss...Tapi Barista Berotot Itu

Bukan Kamu Boss...Tapi Barista Berotot Itu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Persahabatan / Romansa / Satu wanita banyak pria
Popularitas:785
Nilai: 5
Nama Author: whatdhupbaby

Vivian Shining seorang gadis dengan aura female lead yang sangat kuat: cantik, baik, pintar dan super positif. Dia tipe sunny girl yang mudah menyentuh hati semua orang yang melihatnya khusunya pria. Bahkan senyuman dan vibe positif nya mampu menyentuh hati sang bos, Nathanael Adrian CEO muda yang dingin dengan penampilan serta wajah yang melampaui aktor drama korea plus kaya raya. Tapi sayangnya Vivian gak sadar dengan perasaan Nathaniel karena Vivi lebih tertarik dengan Zeke Lewis seorang barista dan pemilik coffee shop yang tak jauh dari apartemen Vivi, mantan atlet rugbi dengan postur badan bak gladiator dan wajah yang menyamai dewa dewa yunani, juga suara dalam menggoda yang bisa bikin kaki Vivi lemas sekita saat memanggil namanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon whatdhupbaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Di Balik Pintu Bilik Toilet

Zeke masih mengamati Vivian yang berdiri kaku disamping Nathanael dengan senyum yang dipaksakan bercakap dengan tamu undangan.

Kemudian dia berbisik pada Nathanael sebentar kemudian berjalan menjauh kebelakang ballroom.

Zeke menunggu sesaat memastikan Nathanael tidak mengikuti sebelum dia mengikuti Vivian dari belakang sampai Vivian masuk kedalam toilet perempuan.

" Vi ?"

Suara Zeke memanggil pelan dari balik pintu toilet wanita.

Sunyi.

"Vivi, aku tahu kamu di sini," godanya, suara rendahnya bergema di ruang marmer yang kosong. "Aku sekarang berdiri di toilet cewek. Kalau ada yang lihat, aku bisa dibilang mesum dan diusir paksa, lho."

Dari bilik paling ujung, terdengar suara ' KLIK ' seperti kunci pintu yang terbuka.

Zeke menunggu namun tak ada yang keluar dari dalam bilik toilet itu.

Zeke mendekat, kembali memanggil nama Vivian sebelum mendorong pintu bilik yang ternyata memang tidak dikunci atau memang sengaja kuncinya di buka.

Di sana, Vivian duduk di tutup toilet, wajahnya tersembunyi di antara lututnya, gaun biru pastenya menggelembar seperti bunga layu.

"Sayang sekali," bisik Zeke sambil berlutut di hadapannya, tangan menyingkirkan helai rambut yang menutupi lehernya. "Gaun secantik ini jadi kotor di lantai toilet."

Vivian tidak mengangkat wajah. "Aku capek, Zeke."

"Kalau begitu pulang," usul Zeke, jemarinya dengan lembut mengusap pergelangan kaki vivian yang tak lagi memakai heel nya yang terasa dingin dalam telapak tangannya. "Aku anterin."

"Gak mau," sanggah Vivian, suaranya parau. "Aku mau lihat kamu main."

Dia akhirnya mengangkat wajah yang berlinang air mata. "Nathanael... dia suka sama aku. Gaun ini hadiah darinya." Tangannya meraih kain gaun itu. "Rasanya... berat banget dipakai."

Zeke diam sejenak, matanya menatap tajam. "Apa kamu suka sama dia?"

Vivian menarik napas dalam. "Aku... gak tahu. Tapi aku gak mau buat dia kecewa."

Lalu, Zeke mendekat lagi, wajahnya hanya berjarak sejengkal. "Terus... apa kamu suka sama aku?"

Vivian menggigit bibirnya sampai hampir berdarah, lalu menunduk lagi, menyembunyikan wajahnya.

"Gak mau bilang," bisiknya, suara kecil seperti anak yang ketakutan.

Zeke tersenyum, bukan senyum kemenangan, tapi sesuatu yang lebih lembut.

"Gak apa-apa," katanya, mencium pergelangan kaki Vivian. "Aku cukup tau dari jantung kamu yang berdebar kencang setiap kali aku mendekat."

Vivian masih bersembunyi di bilik toilet ketika Zeke tanpa basa-basi membuka pintu lebar-lebar dan mengangkatnya dengan mudah ke dalam pelukannya.

"Zeke! Apa yang kamu..." Protes Vivian yang terkejut.

"Diam," potong Zeke dengan suara lembut tapi tegas. "Kamu udah capek. Aku anterin keluar."

Dia mengatur posisi Vivian sehingga wajahnya tersembunyi di lekuk bahunya, menyembunyikan mata yang bengkak dan merah karena tangisan. Tangannya yang besar menahan punggung dan lutut Vivian dengan kuat, seolah gaun mewah itu bukan hal yang berharga untuk dikotori.

Mereka berjalan melewati koridor belakang yang sepi. Vivian tidak melawan lagi, tubuhnya lemas dan letih. Dia hanya bisa menggenggam kerah kemeja Zeke erat-erat, menikmati kehangatan dan rasa aman yang ditawarkan oleh pelukan itu.

Tapi...

Di ujung koridor, sepasang mata dingin menyaksikan mereka.

Nathanael berdiri di sana, tubuhnya kaku seperti patung. Tangannya tergenggam di samping tubuh, wajahnya yang biasanya tak terbaca sekarang dipenuhi oleh badai emosi yang tertahan. Dia melihat,

Cara Vivian memeluk Zeke dengan begitu natural

Cara Zeke memandang Vivian dengan posesif tapi lembut

Gaun pemberiannya yang sekarang terlihat seperti sindiran pedas

Dia tidak bergerak.

Tidak bersuara.

Hanya berdiri dan menyaksikan saat Zeke membawa Vivian pergi, seperti raja yang kalah perang menyaksikan mahkotanya dirampas.

_______

Vivian muncul di tribun VIP dengan wajah yang masih sedikit sembap, tetapi make up-nya sudah dibersihkan, meninggalkan wajah polos yang segar meski mata masih sedikit merah. Gaun mewahnya masih melekat di tubuh, tapi high heels-nya sudah diganti dengan sepatu sneakers putih bersih, menciptakan kontras yang mencolok sekaligus charming.

Mia yang sudah duduk di samping kursi kosong Nathanael melotot. "Vi? Apa yang terjadi? Kenapa kamu..."

Vivian hanya memberikan senyum kecil yang lemah sebelum duduk di bangku kosong di antara Mia dan Nathanael. "Aku cuma mau menonton dengan nyaman." bisiknya, mata tertuju ke lapangan di mana Zeke sedang melakukan pemanasan.

Nathanael, yang sejak tadi diam dengan punggung tegak dan tangan terkepal, perlahan menoleh. Matanya menyapu perubahan pada Vivian wajah tanpa riasan, sepatu sneakers, dan aura rapuh yang masih tersisa.

Dia berdiri.

Dengan gerakan halus yang membuat Vivian terkesiap, Nathanael melepas jaket jasnya yang mahal dan menyampirkannya di pundak Vivian.

"Angin malam mulai berhembus kencang," ujarnya, suara rendah tapi terdengar jelas di antara sorak-sorai penonton. "Jangan sampai kamu masuk angin."

Jaket itu masih hangat dari tubuhnya dan beraroma kayu cendana yang khas—wangian yang selalu melekat pada Nathanael.

Vivian menatap Nathanael, ingin menolak, tapi tangan Nathanael dengan lembut menahan jaket di pundaknya.

"Terima kasih," akhirnya Vivian berbisik, menarik jaket itu lebih erat.

Nathanael hanya mengangguk singkat sebelum kembali memfokuskan pandangan ke lapangan, tapi Vivian bisa melihat rahangnya menegang.

Apa dia marah?. Batin Vivian.

Di lapangan, Zeke yang kebetulan menoleh ke arah tribun VIP langsung melihat jaket Nathanael di pundak Vivian.

Dia mengerutkan kening, lalu tiba-tiba tersenyum, senyum penuh tantangan, sebelum melambai ke arah Vivian.

Nathanael melihat itu, dan jari-jarinya menggenggam kursi di depannya sampai knuckle-nya memutih.

________

Nathanael duduk kaku, tangan tergenggam erat di atas kakinya seolah sedang memimpin rapat direksi, bukan menonton pertandingan rugby. Tapi di dalam, dadanya bergemuruh seperti badai.

Setiap kali Vivian menyentuh jaketnya, setiap kali dia menariknya lebih erat, setiap kali aroma tubuhnya bercampur dengan wangi kayu cendana dari jaketnya, Nathanael merasa seperti ditusuk-tusuk jarum.

Dia melihat semua detail itu:

Cara Vivian tanpa sadar memeluk erat jaketnya saat angin malam berhembus

Cara matanya tetap tertuju pada Zeke di lapangan, mengikuti setiap gerakannya

Cara bibirnya sedikit terbuka saat terkesima, ekspresi yang dulu hanya dia lihat saat Vivian menemukan campuran warna baru ketika membuat ide proyeknya.

"Dia seharusnya melihatku seperti itu," pikirnya, rahangnya mengeras.

Tapi yang paling menyakitkan adalah kenangan Vivian di pelukan Zeke tadi.

Betapa naturalnya dia merangkul pria itu.

Betapa dia menyerahkan seluruh berat tubuhnya pada pria itu.

Betapa, walau wajahnya bersembunyi, Nathanael tahu Vivian merasa aman di sana.

Itu yang membuatnya tidak bisa menyerah.

Karena dia juga menginginkan itu, Vivian yang dengan nyamannya bersandar pada dirinya.

Nathanael, entah sejak kapan dia menjadi seperti ini....

________

1
Naurila Putri
kereenn lanjutt terussssss kakkk
ethereal: terimakasih kak🙇🙇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!