Setelah kemenangannya melawan keluarga Ashcroft, Xander menyadari bahwa kejayaan hanyalah gerbang menuju badai yang lebih besar.
Musuh-musuh lama bangkit dengan kekuatan baru, sekutu berpotensi menjadi pengkhianat, dan ancaman dari masa lalu muncul lewat nama misterius: Evan Krest, prajurit rahasia dari negara Vistoria yang memegang kunci pelatihan paling mematikan.
Di saat Xander berlomba dengan waktu untuk memperkuat diri demi melindungi keluarganya, para musuh juga membentuk aliansi gelap. Caesar, pemimpin keluarga Graham, turun langsung ke medan pertempuran demi membalas kehinaan anaknya, Edward.
Di sisi lain, Ruby membawa rahasia yang bisa mengguncang keseimbangan dua dinasti.
Antara dendam, cinta, dan takdir pewaris… siapa yang benar-benar akan bertahan di puncak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Menghilang? Bagaimana bisa seorang pengawal menghilang begitu saja?" Xander terkejut hingga tercenung di depan kamarnya. "Bukankah para pengawal yang dikirimkan ke pulau Tuzon adalah pengawal terlatih tingkat menengah?"
"Pengawal itu dinyatakan menghilang setelah tiga jam tidak memberikan kabar, Tuan. Tempat terakhir dia berada adalah sekitaran bukit. Saat ini, para pengawal sedang memeriksa kawasan bukit untuk mencari petunjuk," ujar Govin.
Xander dan Govin mulai berjalan meninggalkan kamar.
Xander mengembus napas panjang, berusaha setenang mungkin. Hari masih pagi, tetapi ia sudah mendengar kabar yang kurang mengenakkan. Akan tetapi, saat melihat Lizzy tengah sibuk di meja makan, ia tiba-tiba tersenyum karena sebuah rencana mendadak muncul.
"Aku hanya harus melihat dalam sudut pandang berbeda." Xander tiba-tiba berhenti.
"Kehilangan salah satu pengawal bisa dikatakan adalah sebuah petunjuk. Ada kemungkinan jika sosok Evan Krest atau pesuruhnya berada di balik menghilangnya pengawal itu. Jika hal itu benar, maka pengawal itu dipaksa untuk berbicara mengenai siapa yang mengirimnya."
Xander kembali berjalan. "Govin, persiapkan Ryder untuk pergi ke pulau Tuzon. Kita harus bisa memastikan kemungkinan tadi. Perintahkan dia untuk bertemu denganku satu jam lagi di dekat danau."
"Baik, Tuan."
Xander bergabung di meja makan. Ia menikmati sarapan dengan cukup tenang meski sebagian pikirannya tertuju pada peristiwa hilangnya pengawal tadi. Kemungkinan apa pun bisa saja terjadi, termasuk penculikan yang terjadi pada para pengawal. Jika pengawal itu memang menghilang karena diculik, pasti ada sosok yang menjadi pelakunya. Kemungkinan besar pelakunya adalah sosok Evan Krest atau pesuruhnya.
"Nikmatilah makananmu," ujar Lizzy sembari menepuk pelan tangan Xander.
Xander mengangguk, memilih menikmati hidangan, menyingkirkan kegelisahannya untuk sesaat. Bagaimanapun juga waktu kebersamaan ini harus dinikmati sebaik mungkin.
Selesai sarapan, Xander berjalan-jalan di sekitar halaman bersama Lizzy. Keindahan yang ditawarkan danau, taman bunga dan pepohonan yang rindang membuatnya sedikit tenang, terlebih ketika menikmati momen kebersamaan bersama Lizzy.
"Kau tampak tegang sejak tadi. Apa terjadi sesuatu?" tanya Lizzy.
"Kau memang selalu membuatku tegang." Xander tertawa pelan. Ia meringis ketika Lizzy mencubit perutnya. "Semua baik-baik saja."
"Syukurlah. Aku mengkhawatirkanmu karena kau seringkali melamun akhir-akhir ini."
"Sejujurnya mencari keberadaan Evan Krest membuatku cukup kerepotan." Xander menggenggam tangan Lizzy lebih erat.
"Kau harus menikmati setiap momen yang terjadi. Jika kau tertekan, kau hanya akan kehilangan momen-momen yang berharga. Sesulit apapun jalan yang kau tempuh, akan selalu ada jalan yang terbuka untukmu. Jika kau merasa tidak menemukan jalan, kau hanya harus membuat jalanmu sendiri."
Xander menarik napas panjang, memejamkan mata, mengembuskan perlahan. "Kau benar. Aku harus menikmati setiap momen yang terjadi padaku."
Xander dan Lizzy menepi di sisi danau, menyaksikan dua angsa tengah saling kejar-mengejar. Lizzy memilih pamit setelah Govin datang bersama Ryder.
"Ryder, apa kau siap?" tanya Xander dengan tatapan lurus ke depan.
"Aku siap, Tuan." Ryder membungkuk singkat.
"Aku akan mengandalkanmu untuk memastikan apa yang terjadi di pulau Tuzon."
Xander menyaksikan kepergian Ryder dan lima pengawal lain di teras. Ia kembali pada rutinitasnya berlatih bersama Miguel dan pengawal lain. Saat siang tiba, ia mendapatkan kabar jika Ryder dan pengawal lain sudah mendarat di pulau Tuzon dan memulai penyelidikan.
Xander berdiri di balkon ruang kerjanya. "Ada kemungkinan penculikan itu terjadi malam dan pagi buta. Pelakunya pasti mengincar pengawal yang bergerak sendirian. Ryder harus berpura-pura tertangkap dan mengirim pesan mengenai pelaku sekaligus apa yang terjadi padanya."
"Kau bekerja dengan baik, Xander." Samuel memasuki ruangan.
Xander berbalik, memperhatikan Samuel yang mendekat ke arahnya. "Ayah."
"Kau bisa menarik kesimpulan mengenai hubungan kakekmu, Noah Blair, dan Evan Krest. Sayangnya, aku benar-benar tidak mengetahui apa pun soal Evan Krest. Jika kejadiannya sekitar lima puluh tahun lalu dan empat puluh lima tahun lalu, kemungkinan aku masih berumur belasan tahun."
"Pencarian Evan Krest adalah sesuatu yang sangat menantang bagiku. Dari pencarian ini, aku bisa mengukur sejauh mana kemampuanku."
Samuel berdiri di samping Xander, menatap halaman yang luas. "Saat seusiamu, aku disibukkan dengan mencari keberadaanmu, Xander. Meski aku sudah membuat rencana sebaik mungkin untuk menyelamatkanmu, nyatanya takdir justru berkata lain. Kau menghilang seperti ditelan bumi meski cincin keluarga Ashcroft bersamamu. Aku merasa bahwa pertemuan kita adalah sebuah hal yang sangat istimewa bagiku."
Xander menunduk sesaat. Peristiwa tiga puluh tahun lalu nyatanya masih meninggalkan misteri baginya, Sebastian, Samuel, dan juga Lydia. Saat itu, ia diamankan di sebuah panti asuhan dengan penjagaan ketat. Akan tetapi, kebakaran tiba-tiba melanda dan ia disangka terbunuh dalam kebakaran yang sangat ganas.
"Terkadang kau harus percaya dengan keajaiban, Xander." Samuel tertawa pelan.
Malam akhirnya kembali. Sampai saat ini, keberadaan Evan Krest masih belum ditemukan. Xander menunggu kabar dari Ryder sampai akhirnya memilih beristirahat. Tepat pukul empat pagi, ia mendapatkan pesan dari Ryder.
Xander segera bangkit dari kasur, berjalan ke balkon. Ia mengamati foto-foto seorang pria dalam beragam pose yang sayangnya tidak terlalu jelas karena minimnya cahaya. "Jadi, dia adalah pelaku penculikan. Dia seperti pria paruh baya yang sebaya dengan ayah."
Xander memeriksa koordinat tempat yang diberikan Ryder. "Tempat Ryder disekap berada di sekitar bukit. Para pengawal sudah memeriksa kawasan bukit berkali-kali, tapi mereka tidak menemukan hal mencurigakan di sana."
Xander seketika terdiam saat mendengar suara pembicaraan.
"Siapa yang sudah mengirimmu? Katakan!"
Xander mengepalkan tangan ketika melihat tayangan video yang cukup blur di layar telepon. Seorang pria menghadap ke arah layar dengan sebuah cambuk di tangan. "Sesuai dugaanku, pelaku penculikan itu berusaha untuk membuka mulut pengawal yang kukirimkan. Aku harus memastikan jika dia memang memiliki hubungan dengan Evan Krest."
"Jika kau tidak membuka mulutmu, aku akan menghabisimu!"
Layar berpindah ke arah dinding tanah di mana seorang pria tengah tergantung terbalik dengan keadaan nyaris telanjang.
"Itu pengawal yang dikabarkan menghilang," gumam Xander.
"Sekali lagi aku katakan, siapa yang sudah mengirimmu?" Pria paruh baya itu memecut Ryder dengan kuat. Wajahnya terlihat cukup jelas untuk sesaat.
Ryder sama sekali tidak membalas. Terdengar kembali suara pecut.
"Apa tujuan kalian mencari ayahku?"
Ryder masih diam. Terdengar suara pecut untuk kesekian kali.
"Orang itu memang memiliki hubungan dengan Evan Krest.”
Xander menoleh ke arah pintu ketika terdengar suara ketukan. Dengan langkah sepelan mungkin, ia keluar dari ruangan karena tidak ingin membangunkan Lizzy.
Xander mendapati Govin, Miguel, Lorien dan pengawal utama lain di depan kamarnya.
"Kami sudah mendapatkan informasi dari Ryder, Tuan," kata Govin, "para pengawal sudah berada cukup dekat dengan tempat penyekapan Ryder. Mereka siap menyerang kapan pun. Mereka hanya menunggu perintah Anda."
Xander berpikir setenang mungkin. "Persiapkan keberangkatanku ke pulau Tuzon secepatnya, Govin. Aku akan menemui Evan Krest secara langsung.”
#✌️✌️✌️
cepat² di up nya min
#makan2