NovelToon NovelToon
Cinta Pada Pandangan Pertama

Cinta Pada Pandangan Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Hani Syahada

Kalandra merupakan siswa pintar di sekolah dia selalu datang tepat waktu, Kalandra bertekad untuk selalu membahagiakan ibunya yang selama ini sendiri menghidupinya. Kalandara ingin memiliki istri yang sifatnya sama seperti ibunya dan setelah dia berkata seperti itu, ternyata semesta mendengar doanya Kalandra bertemu seorang gadis cantik ketika dia membaca buku di perpustakaan. Kalandra terpesona oleh gadis itu yang belakangan di ketahui bernama Aretha. Apakah Aretha juga punya perasaan yang sama seperti Yang Kalandra rasakan. Jangan lupa selalu tunggu cerita menarik dari Kalandra dan Aretha ya...!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani Syahada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24 CPPP

“Ibu, na... Janganlah seperti itu, kaget anakmu ini bu! Ucapku, sambil tertawa kecil kepada ibu.

Sebenarnya, aku malu sekali di lihat ibu tapi mau bagaimana lagi aku tidak bisa mengontrol diriku sendiri, lagian aku juga kenapa tidak bisa diam tangganya, main peluk-peluk saja. Dan untungnya Retha tidak menamparku tadi tapi waktu itu juga aku peluk dia reaksinya tidak kaget, itu berarti dia benar-benar nyaman di pelukanku.

Sadar Andra, kenapa kamu malah berbicara sendiri di dalam hati seperti ini, kamu tidak lihat tatapan mata ibumu sudah seperti singa kelaparan tapi kalau ibu singa berarti aku anaknya singa, ini kenapa aku malah bahas singa sudah jelas-jelas ibu menyindirku barusan.

“Heeem Andra, bisa ya.. kamu jawab ibu! Nanti kamu mau tidur di luar?” ucap ibuku sambil tersenyum sinis kepadaku.

Aku hanya melirik ke kanan dan ke kiri ketika ibu melontarkan pertanyaan itu dan mataku berusaha untuk aku gerakkan ke atas, agar aku tidak bertatapan dengan ibu tapi ketika Aretha melihat tingkah ibu dan anak ini, dia hanya tersenyum kecil tidak merespon apa pun. Mungkin, dia berpikir kalau aku dan ibu seperti anak kecil yang rebutan permen dan salah satunya harus mengalah tapi tidak mau.

Namun, kenapa bisa aku mengibaratkan ibu dan aku sebagai anak kecil, apa aku terlihat seperti anak kecil, tapi terkadang memang begitu, aku cuma bersikap lebih dewasa kalau di depan Retha saja. Aku pun berusaha untuk tetap cool di depan Retha, meskipun aku masih berbaring di ranjang puskesmas dan ibuku masih tetap menatap sinis aku.

Aku dan ibu sekarang ini lebih sering bercanda dari pada dulu, karena seperti yang sudah aku bilang, kalau semenjak ada Retha hubungan anak dan ibu ini semakin dekat, bahkan Retha juga yang menjadi saksi kelucuan dan keusilan ibu dan anak ini.

“Tante, apa bener Andra, sudah boleh pulang sekarang?” ujar Retha sambil melirikku.

Mungkin, dia ingin membantuku supaya tidak ribut lagi dengan ibu, makanya dia mengalihkan pembicaraan ini.

“Tante, juga belum tahu nak, soalnya dokternya keluar tadi! Bentar ya.. nak, ibu panggil dulu!

"Tapi menurut ibu, sih.. Andra, udah boleh pulang, soalnya dia aktif banget tuh.. peluk kamu!”

Ujar ibuku, meledek sebelum pergi memanggil dokternya.

Ibu-ibu sempat-sempatnya dia sebelum keluar masih meledekku, kayaknya aku memang benar-benar tidak ada harga dirinya ini di depan Retha, mana dia ketawan lagi, kayanya puas banget Retha ketawain aku, tapi kalau dia ketawa makin cantik seperti bidadari turun dari langit tapi makin cantik lagi kalau dia beneran jadi istriku nanti, sepertinya aku sudah beberapa kali menyebutnya calon istri semoga beneran jadi istriku.

“Andra! Andra! Kenapa kamu lihatin aku terus? Ada yang salahkah sama aku?” ujar Retha yang tiba-tiba mengambil kaca di tasnya.

Aku tiba-tiba kaget karena di tegur oleh Retha, mungkin karena aku terlalu terpesona sama senyumnya, sehingga tidak sadar dia memanggilku dan karena itu tiba-tiba pipiku memerah serta ingin rasanya aku ke WC lalu berteriak karena malu ketahuan sama Retha, kalau aku sedang memandanginya.

Aku mencoba mengatur nafas lagi, supaya tetap terlihat natural yang seolah-olah tidak sengaja menatap dia, tapi memang aku bisa melakukan itu, kayanya keberhasilannya hanya nol persen, dan kemana lagi ibuku ini, kenapa lama sekali panggil dokternya aku sudah mati kutu ini, mana Retha juga balik menatapku lagi, apa aku juga tanya sama dia kenapa menatapku, tapi aku saja belum memberi jawaban tentang kenapa aku menatapnya, masak malah mau nanya balik, bagaimana aku ini.

“Aku lihatin kamu terus karena kamu cantik Retha!” ujarku yang tiba-tiba saja melontarkan kata-kata manis itu.

Lagi dan lagi aku mengucapkan kata-kata yang tak terduga tetapi benarkan kalau Retha itu cantik, jadi aku tidak salah mengatakan itu, namun kata-kata yang tiba-tiba itu, tidak membuat Retha berpikir kalau aku merayu dia kan.

Soalnya dia, sepertinya bukan pribadi yang mudah dekat dengan orang lain, dan mungkin dia bisa dekat sama aku karena dari awal ibuku dan ibunya sudah berteman, di tambah ibuku sudah bercerita panjang lebar tentang aku ke dia, jadi apa mungkin dia masih berpikir kalau aku merayunya.

Aduh pusing, lagian kenapa sekarang aku kalau ngomong tidak di saring dulu, kenapa langsung berkata-kata begitu, aku takut kalau nanti Retha berpikir aku suka berbicara begitu di depan cewek lain, padahal hanya dia yang mampu membuat hatiku tergerak, sepertinya aku harus menjelaskannya lagi.

“Retha, aku bukanya suka berkata-kata manis! Tapi memang kamu cantik! Cantik banget malah, makanya aku tidak bisa berpaling! Dan satu lagi! Aku tidak pernah berkata seperti itu di depan cewek lain! Aku takut kamu salah menilai aku!” ujarku sambil memandang wajah Retha.

Mungkin, ini kalik-ya yang dinamakan berani mencintai berani juga menunjukan, meskipun aku tergolong masih amatiran kalau soal cinta tapi lambat laun aku mulai belajar cara mencintai seseorang tanpa harus mendapat balasan, aku cuma ingin lebih jujur sama diri aku sendiri, kalau aku sedang mencintai seseorang dan bukan maksudku banyak ngomong soal cinta tetapi aku hanya ingin mempertegasnya dan tidak bermaksud mempermainkan cinta itu sendiri

“Oke Andra, makasih lo.. kamu sudah puji aku cantik! Aku disini tidak mempermasalahkan hal itu! Karena itu hakmu! Kamu bebas berekspresi atau berpendapat tentang itu! Jadi jangan merasa rendah diri, oke!

Ujar Retha yang kemudian mengambil piring bekas makanku untuk di cuci di wastafel.

Aku selalu merasa kalau jawaban Retha sepertinya hanya untuk membuat hatiku senang, maksudku di setiap aku ngomong sama dia dan merasa kalau ucapanku kurang tepat, dia tidak pernah menyalahkan atau marah sama aku, justru dia selalu berkata yang sebaliknya tapi di sini yang aku bingungkan adalah apakah jawab-jawaban dia selama ini memang murni dari hati dia atau Retha tidak enak sama ibuku.

Sehingga dia mengucapkan kata itu karena setelah dia tahu aku suka sama dia. Retha hanya menanggapinya samar-samar sampai sekarang, seperti memberi aku kesempatan tetapi belum percaya sama aku.

Walaupun, aku senang dengan jawabannya dan di izinkan memeluknya tetapi dari hatiku yang paling dalam, aku merasa kalau dia tidak mencintaiku, aku selalu merasa cinta sendiri, tetapi aku tidak berani menanyakannya dan terus berpura-pura seolah-olah tidak terjadi apa-apa, bahkan selama ini aku selalu menganggap kalau dia cinta sama aku, menganggap rasa pedulinya sebagai rasa suka tetapi aku tidak tahu, apa yang sebenarnya dia pikirkan selama ini tentangku.

Apalagi tadi, ketika dia bilang akan ada masanya kamu jadi suamiku, hal itu jelas-jelas menandakan kalau dia belum sepenuhnya menerimaku, meskipun jawaban yang di berikan Retha seolah-olah menjurus ke rasa suka tapi bagiku kata-kata itu hanya sekedar kata-kata menenangkan aku saja, supaya tidak kecewa.

Sebenarnya, aku ingin dia jujur sama aku, aku ingin tahu dari mulutnya tentang perasaan dia yang sebenarnya dan bukan hanya kata-kata manis dan motivasi saja tapi kata-kata yang tajam, agar aku bisa memperbaiki diriku jika itu menyingung nya, soalnya aku tidak percaya saja, kalau tidak ada tindakan yang menjengkelkan dari aku ke dia, aku hanya ingin kejujuran itu karena dia yang mengajarkan aku soal kejujuran.

Aku tidak tahu kenapa, tiba-tiba berpikir seperti itu karena hal itu aneh saja buatku, apalagi ketika aku pertama kali bertemu dengan dia di perpustakaan dan kedua kalinya di rumahku, seperti memang sudah di sengaja karena dari gerak-geriknya seperti menyembunyikan sesuatu.

Aku ingat, ketika akan pergi ke danau Bara-bara, dia mengatakan akan membicarakan sesuatu, namun tidak tahu kenapa, hal itu sampai sekarang belum dia katakan kepadaku.

1
mampir say~ AGREEMENT
Semangat kakk ... ditunggu yahhh
mampir say~ AGREEMENT
wahh pake pov satuu
Seven sweet
seru banget
HANDER
semangat tor, ditunggu bab selanjutnya
Seven sweet: Terima kasih thor, kamu juga semangat ya... di tunggu juga bab selanjutnya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!