NovelToon NovelToon
Kisah Kita

Kisah Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: RJ Moms

Apa yang kalian percaya tentang takdir? Bahwa sesuatu hal yang tidak akan pernah bisa kita hindari bukan? Takdir adalah hal yang mungkin saja tidak bisa diterima karena berbeda dengan apa yang kita harapkan. Tapi percayalah, rencana Allah itu jauh lebih indah meski kadang hati kita sangat sulit menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RJ Moms, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia datang

Malam ini Amelia duduk di depan jendela sambil melihat nominal tabungan yang dia miliki. Jumlahnya belum cukup untuk dia menebus kembali motor yang ada pada Gunawan.

“Ya Allah, sekian lama nabung ternyata belum juga cukup.”

Amelia menghela nafas dalam. Dia menetap langit malam ini yang cerah. Bukan terlihat jauh namun begitu terang benderang. Bintang-bintang bertaburan menambah keindahan malam.

“Apa bintangku akan kembali?”

Angin malam itu terasa sangat dingin menerpa wajah cantik Amelia. Poninya bergerak seolah menari dengan lincahnya. Dia memejamkan mata menikmati dindingnya malam.

“Benar. Uang ini lebih baik digunakan untuk pernikahan Bang Rehan. Itu lebih penting untuk saat ini.”

Keputusan sudah diambil. Uang yang selama ini disimpan untuk menebus motor, akan dia pergunakan untuk biaya pernikahan Rehan.

“Entah itu untuk motor, entah itu untuk nikah, abang gak akan nerima. Itu uang hasil kerja keras kamu, Dek. Abang gak bisa pakai.”

Lelah berdebat dengan abangnya sejak tadi, Amelia mau tidak mau mengeluarkan kata-kata yang sebenarnya tidak ingin dia ucapkan.

“Setidaknya ada orang yang mengurus Abang. Biar beban adek sedikit berkurang. Adek cuma fokus jualan dan mengurus ibu. Abang pikirkanlah sampai sana.”

Rehan terdiam.

“Adek ke belakang dulu.”

Amelia menyimpan uang yang berjumlah dua puluh lima juta di hadapan Rehan.

Rehan tau apa yang dikatakan Amelia tidaklah bertujuan untuk menyakitinya. Dia juga tidak serius dengan ucapannya yang mengatakan jika dia adalah beban untuk sang adik.

Akan tetapi, ucapan Amelia memang benar. Rehan butuh seseorang untuk berbagi segalanya dan tidak semua dibebankan pada adik yang masih belia itu.

Dengan terpaksa Rehan mengambil uang tersebut.

Jalan takdir itu memang sangat rumit. Kadang seseuatu yang datang memang diluar dugaan. Mungkin ada kalanya kita mengatakan “widiiihh”. Tapi ada kalanya kita harus berkata “waduuuh”.

Perjalanan cinta yang manis dengan yasmin, harus berakhir dengan duka karena nyatanya dia hanya hidup dalam ilusi sepihak. Rasa bahagia dan romansa itu tidak dirasakan oleh pihak wanita.

Namun, lihatlah kini. Rehan bersanding dengan wanita yang tulus dan mencintai dia. Mau berdiri di satu kaki dengan kondisi apapun. Mau berjalan di medan yang terjal membersmai Rehan tanpa melihat siapa dan apa yang dia punya.

Pernikahan sederhana pun terlaksana dengan khidmat dan penuh haru. Terutama saat Rehan bersimpuh pada sang ibu.

“Rehan minta restu, Ma. Doakan Rehan agar bisa menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab. Insya Allah, wanita yang Rehan pilih adalah wanita Solehah yang mau menerima Rehan apa adanya.”

Iya tidak bisa berbuat apa-apa selain meneteskan air mata.

“Dek ….”

Rehan tidak bisa mengatakan apa-apa pada adiknya. Adik yang selama ini begitu sabar dengan kedewasaan yang dipaksa.

Mereka saling memeluk satu sama lain. Saling menguatkan. Ada rasa bahagia tapi juga Amelia merasa takut. Bagaimana pun juga, perhatian dan kasih sayang Rehan akan terbagi.

“Pokoknya jangan cepet nikah. Aku gak mau berbagi abang sama yang lain. Nanti siapa yang beliin aku es krim? Yang anter aku sekolah siapa? Yang nemenin aku sakit siapa?” Ucap Amelia dulu sebelum semuanya berubah seperti sekarang.

Namun, kini dia harus benar-benar merelakan dan mengikhlaskan Rehan karena dia punya hak untuk bahagia bersama orang yang dia sayang.

“Dek, jangan takut. Kakak tidak akan mengambil Abang dari kamu. Justru kamu akan memilik kakak baru. Jangan sedih, ya.” Santika mengusap air mata di wajah Amelia dengan lembut.

Amelia mengangguk.

“Meski kami sudah tua, tapi jangan sungkan untuk datang dan bercerita pada kami kalau kamu ada sesuatu. Anggap lah kami sebagai orang tua kamu.”

Melepaskan satu orang, Amelia mendapatkan tiga yang datang. Santika dan orang tuanya. Mereka tau kehidupan Rehan dan Santika seperi apa. Simpati dan belas kasihan pun datang pada keduanya dari keluarga Santika.

Ijab qobul sederhana itu selesai dilakukan. Kini mereka sedang menikmati santapan yang sederhana juga yang sudah disiapkan oleh pihak Santika.

Gunawan mengusap lembut punggung Amelia. Dia tahu gadis itu masih berusaha menahan air matanya.

Acara demi acara selesai dilakukan. Keluarga Amelia berpamitan untuk pulang dan meninggal Rehan di rumah istrinya.

Kini hanya ada Amelia dan Gunawan yang masih setia menunggu Rehan.

“Abang di sini dulu beberapa hari. Gak apa-apa kan?”

“Gak apa-apa, kan rumahnya juga gak jauh-jauh amat.”

“Nanti kami juga akan tinggal beberapa hari di sana. Gantian aja. Di sini tiga hari. Di sana empat hari.”

“Iya, kak. Nikmati aja waktu kalian berdua. Gak usah mikirin yang lain. Aku udah gak sabar pengen punya ponakan.”

“Ya Allah, dek. Baru juga nikah.”

Rehan menoyor kepala adiknya.

“Mas! Gak sopan. Jangan gituin kepala orang.”

“Yeaaay ada yang belain, wleeeeee.”

“Bang, sekali lagi abang kasar sama Amelia, maaf ya gue akan kasar juga sama lo.”

Amelia tertawa.

“Gue sendirian ini, gak ada yang bela?”

“Emang enak!”

Mereka tertawa.

“Udah siang, ayo pulang. Aku harus kembali nanti jam dua.” Ujar Gunawan yang sudah meluangkan waktu untuk datang ke acara pernikahan Rehan.

Gunawan tahu, Amelia akan sangat sedih dan butuh seseorang untuk menemaninya.

“Ayo aku antar kalian sampai depan.”

Rumah Santika memang tidak terletak di pinggir jalan. Untuk menuju rumahnya, harus jalan kaki melewati gang yang sempit.

Saat di depan gang, ada sebuah mobil hitam sedang berhenti. Awalnya mereka nampak cuek karena berpikir itu hanyalah mobil orang lain yang mungkin kebetulan sedang berhenti di sana.

Tidak setelah mereka melihat siapa yang turun dari mobil tersebut.

Amelia menggenggam erat, sangat erat tangan Rehan. Rehan menoleh pada adiknya dan melihat betapa terkejut Amelia. Matanya tidak berkedip dengan bibir yang gemetar. Matanya mulai berair meski terlihat ada setitik kebahagiaan di sana.

Rehan lalu melihat wajah Gunawan yang nampak biasa saja karena dia memang tidak tahu rupa Harlan.

“Apa kabar, Rehan?” Ujarnya sambil mengulurkan tangan. Harlan melirik Amelia dengan senyuman nya yang tipis. Lalu Harlan melihat tangan Amelia yang bertautan dengan Gunawan.

1
Esti Purwanti Sajidin
hadir ka 1 vote
Chaw_Mully: Masya Allah, Sarangheo kakak 🫰🏻
total 1 replies
The first child
iya bang re, habis manis banget/Drool/
The first child
baca novel dapet bonus belajar agama/Smile/
Chaw_Mully: Hanya sikit. Aku juga masih belajar hehehe
total 1 replies
Scar
Tengkiuuu thor, bikin liburanku jadi lebih seru!
Chaw_Mully: Makasih ya udah mampir. Sehat selalu kakak 🫶🏻
total 1 replies
Yoko Littner
karya ini layak dijadikan film, semoga sukses terus thor ❤️
Chaw_Mully: Masya Allah terharu banget aku. Tanchuuuu ya kakak 🥹🫶🏻
total 1 replies
Mamah Mput(Bilanoure)
wah, ibunya gak suka apa gimana sebenernya? penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!