NovelToon NovelToon
Two Bad

Two Bad

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Murid Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Bad Boy
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Aalgy Sabila

"Yang kalian lakukan salah."

Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aalgy Sabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Trust

"Kok gak ngerti-ngerti sih! Gue kesel lama-lama!"

Fero hanya bisa terus mengelus dada sedari tadi. Perkataan barusan bukan yang pertama kali didengarnya, ini sudah entah berapa kali kekasihnya memekik kesal karena ia tak bisa mengerti apa yang dijelaskan Mayra. Nyatanya status mereka kini tak mengubah apapun, Mayra tetap saja bersikap seperti dahulu kala. Apalagi kini sedang mendapat tamu bulannya, perpaduan yang sangat complicated. Kalau sedang tidak kedatangan tamu bulanan pasti Mayra tak akan seperti ini—ah, sudahlah, lebih baik dengarkan Mayra yang sedang menjelaskan beberapa rumus yang tak dimengertinya sama sekali.

Keduanya kini sedang mengerjakan tugas di apartemen Fero. Kebetulan ini hari minggu, jadi mereka sudah berkutat dengan buku dan pulpen sejak tadi pagi, ditemani dengan segelas minuman dan beberapa toples cemilan.

"Gue gak paham."

Mayra menghela napas berat. "Mending lo diem aja deh, pusing gue."

Bukankah dari tadi Fero diam? Dan Mayra yang sedari tadi berbicara?

Akhirnya Fero diam dengan segala kejengkelannya. Orang pacaran tuh makin so sweet, makin romantis, makin lengket, tapi tidak berlaku bagi mereka berdua. Yang terhadi malah saling memberikan tatapan tajam, tak mau mengalah satu sama lain.

Keduanya kini sibuk dengan pikirannya masing-masing. Fero dengan segala kebutekannya akan soal Fisika yang besok harus dikumpulkan. Mayra dengan segala kekesalannya dan mengerjakan tugas Sejarah yang dikirim lewat wa oleh Ella yang panjangnya minta ampun.

Setelah berulang kali membaca soal dan mencari rumusnya di buku paket, akhirnya Fero bisa mengerjakan tugasnya dengan mudah.

"Fero gue mau eskrim," cicit Mayra sambil memegang sejumput bajunya.

Fero segera saja menatap mata Mayra yang memelas bak anak anjing. Tadi saja pelatat-pelotot, sekarang malah kayak mau nangis. 

"Bentar, dikit lagi," ucap Fero sambil menyelesaikan tulisannya.

Fero dan Mayra kompak membereskan buku mereka, lalu menyisihkannya ke sudut meja. Mayra yang masih dengan piyamanya, Fero dengan training selututnya beserta kaos polos—berangkat untuk membeli eskrim di minimarket sebrang apartemen.

Mayra mengambil setoples besar eskrim rasa cookies and cream.

"Kalau lo suka beli aja yang banyak, buat stok," ucap Fero.

Senyum lebar terbit di bibir Mayra, ia mengambil lagi empat toples yang sama—semuanya jadi lima toples.

"Lo gak mau beli eskrim?" tanya Mayra.

"Gue gak terlalu suka yang manis-manis, kalau gue mau tinggal minta punya lo," Fero mengambil tiga toples yang tak bisa Mayra bawa.

Mayra mendesis dan pergi ke kasir dengan Fero di belakangnya. Kasir yang bertugas terlihat melirik-lirik Fero dengan kagum, Mayra kebetulan melihatnya—refleks ia melingkarkan tangannya ke tangan Fero.

Fero menoleh pada Mayra yang memberikan senyuman, Fero balas tersenyum. Entah apa yang terjadi pada Mayra, sedari tadi ekspresinya berubah-ubah dengan cepat. Tapi lebih baik seperti ini saja—lebih cocok. Hal utama dari itu sebenarnya Fero tidak pening menghadapi tingkah Mayra yang semakin absurd.

Fero melepaskan tangan Mayra dari lengannya saat membuka pintu minimarket.

Mayra melotot seketika, katanya ngajak pacaran tapi dirangkul tangannya aja gak mau?! Apa-apaan ini?! Apakah Fero hanya berniat mempermainkannya?! Kalau begitu—

Kali ini yang dilakukan Fero membuat Mayra semakin melotot dengan mata sipitnya itu.

Fero merangkulnya?!

Di depan banyak orang yang ada di pelataran minimarket!

Kalau gini caranya Mayra makin baper!

Oh my god, jaga hati Mayra jangan sampai lumer.

Bahkan setelah sampai di apartemen, Mayra masih tak bersuara dengan jantung yang berdegup kencang. Fero sih untung-untung aja ya kalau Mayra diem, tapi lama-lama makin aneh juga—yang biasanya banyak bacot jadi diem kek bekicot.

"Mayra," panggil Fero.

Mayra mengerjapkan matanya, ia akhirnya sadar bahwa ia sudah sampai di apartemen. Matanya bergulir pada Fero yang menatapinya dengan datar.

Ditatap kayak gitu juga Mayra udah baper, gimana kalau ditatapnya penuh cinta?

Kayaknya kamu terlalu sering nonton film bergenre roman Mayra, jadinya banyak halu. Hentikan itu sebelum pikiranmu semakin gak jelas.

"Hm,"

"Bukannya kalau lagi haid gak boleh makan es?"

Sial, pertanyaan Fero merusak dunia perhaluannya. "Ya nggak lah, saat es masuk ke tubuh lo—tubuh lo bakal sesuain es itu sama suhu tubuh lo sendiri. Singkatnya gini, waktu lo makan eskrim apa tainya dingin kayak waktu dimakan?"

Fero menggeleng. "Anget."

"Makannya jangan sotoy," cetus Mayra sambil meraih plastik berlogo minimarket sejuta umat itu dari tangan Fero, lalu membawanya ke dapur. Disimpannya di kulkas empat toples dan satu toples dibawa ke ruang keluarga.

"Nonton film dong Fer, gabut gue."

Fero tak menjawab dan memilih film di netflix. Film series menjadi pilihannya. Setelah memilih film, ia memusatkan perhatiannya pada Mayra yang fokus menonton sambil memakan eskrimnya dengan lahap. Terlihat tenang, tidak lagi banyak bertingkah aneh.

Kalau hanya dengan hal itu Mayra bisa tenang. Maka Fero akan melakukannya setiap kekasihnya itu kedatangan tamu bulanan. Yang dimaksud Fero di sini, ialah membelikannya es krim dan menyuguhkan film yang seru untuk mengalihkan perhatian. Hidup Mayra memang sesederhana itu.

Fero malah terus fokus pada Mayra dan tak ikut menonton. Hingga ... saat ada eskrim yang tersisa di sudut bibir Mayra—alih-alih mengusapnya dengan tangan atau tisu, ia malah menjilatnya dengan mulutnya sendiri.

Mayra langsung menoleh pada Fero atas apa yang dilakukannya barusan. "Ih mesum banget sih," ucapnya kesal sambil menjaga jarak dari Fero.

Fero tak menjawab dan malah ikut menggeserkan tubuhnya, mengikuti Mayra. Yang direspon dengan pelototan Mayra dengan mata sipitnya itu—oh, iya ngomong-ngomong ini kali ke berapa Mayra melotot di part ini?

Bukannya merasa takut, Fero malah semakin ingin mengerjai Mayra.

"Gue kesel!" Mayra berdiri dari duduknya di atas sofa itu. Ia berkacak pinggang.

Dengan iseng Fero menyikut kaki Mayra sehingga terjatuh. Saat proses slow motion Mayra terjatuh, ia menggeser tubuhnya agar gadisnya bisa jatuh tepat di pangkuannya—seperti yang terjadi saat ini.

Mayra melotot tajam tepat di mata Fero yang ada di depannya. Oh no, lo salah pilih pacar Mayra, orang omes lu jadiin cowok lu. Wait ....

Apa benda keras yang berada tepat di bawah pinggulnya?

Jangan bilang?!

Shit!

——

Dunia malam merupakan hal yang tak asing lagi bagi Fero, begitu juga dengan minuman dan para wanita. Namun selama ia berada di club, tak pernah sekalipun ia merasa tertarik kepada salah satu dari mereka. Mungkin untuk sekedar berciuman dan make out ia pernah, tapi lebih dari hal itu tak pernah dilakukannya karena ia tak bisa melakukannya dengan orang yang tak di-ingininya. Katakanlah Fero brengsek. Fero mengakuinya dengan lapang dada.

Yang kayak gini nih yang akhirnya gak tau diri, udah tau dirinya itu brengsek masih aja dilakuin bukannya tobat.

Baru kali ini Fero begitu menginginkan seseorang dengan sebegitu besarnya, hingga di setiap tarikan napasnya terasa berat. Shit! Fero tak bisa menahannya lebih lama lagi—

Tunggu ....

Kenapa terasa basah?

Apakah—

"Mayra kok basah?"

"Hah?"

"Lo berdiri."

Mayra menurut dan beranjak dari pangkuan Fero. Matanya langsung melebar seketika saat melihat celana Fero yang basah.

"Gu-gue gak ngapa-ngapain," ucap Fero pelan.

"Itu bukan salah lo, itu-itu ba-basah karena gue," ujar Mayra lebih pelan dari Fero.

"Lo—"

"Gue bocor Fero!"

Setelah mengucapkan itu, Mayra segera pergi ke kamar dan mengunci pintu. Ia sungguh malu sekali, bagaimana ia tak menyadari kalau basah itu berasal darinya? Kenapa ia bisa lupa untuk mengganti pembalut? Kenapa dan kenapa?!

Fero terbengong dengan terus memandangi celananya yang basah dengan noda merah, ada sedikit rasa jijik yang ia rasakan—tapi, ia bersyukur untuk itu. Gara-gara tamu bulanan para wanita itu—menyadarkannya dari hal yang mungkin akan dilakukannya—

"FERO LEPASIN CELANA LO!"

Masih dengan kebengongannya, Fero refleks berdiri dan melepaskan celananya.

"BAWA KE SINI!"

Fero menuruti lagi. Ia membawa training selututnya dan memberikannya pada Mayra sesuai perintah gadis sipit itu. Entah apa maksudnya Fero tak mengerti sama sekali.

Saat hendak membuka knop pintu kamarnya dan memberikan apa yang Mayra minta, Mayra berteriak, "LO JANGAN MASUK! BALIK SANA KE APARTEMEN LO!"

Fero mengerutkan dahinya dan bergumam, "Ini kan apartemen gue."

Terdengar suara bantingan dari dalam kamarnya. Apa lagi yang dilakukan Mayra? Kenapa tingkah perempuan pms bisa serumit dan se-absurd ini? Tolong berikan kesabaran yang besar pada dirinya Tuhan ....

"Fero! Lo cepet masuk ke kamar sebelah!"

Helaan napas terdengar dari mulut Fero, ia menjatuhkan celananya di lantai lalu pergi ke kamar sebelah. Oh, iya saat ini ia hanya memakai boxer brief dan kaos polos. Fero menyandarkan tubuhnya pada pintu sambil bersidekap dada.

Tak terdengar suara apapun lagi selama beberapa menit. Dirasanya ada yang tidak beres, Fero keluar dari kamar kosong itu. Pintu terbuka lebar dan kakinya melangkah keluar, tapi ... ia menginjak sesuatu.

So sorry Fer, gue nyebelin banget ya? Btw, celana lo gue cuci dulu di apartemen gue. Ada noda darahnya pasti lo jijik kan? Kasih gue waktu buat nyucinya plus ngeringin, kurang lebih sejam. Selama waktu itu lo mandi, beresin kamar lo—gue liat berantakan banget. Eh, iya gue pinjem dulu celana lo yang warna item, maaf tadi lancang buka lemari lo, soalnya gue udah basah banget, bisa berabe entar. Sekali lagi sorry 😞 gue nyebelin banget hari ini, maklumin gue ya, hehe. Tadi juga gue teriak-teriak sama lo, sewot lagi nyuruh lo pergi dari apartemen lo sendiri, gue lupa kalau ini bukan apartemen gue, hehe. Gue minta maaf, lagi. Lo maafin gue kan? Gue janji deh pas lo ketemu gue, gue gak bakal nyebelin dan jadi pacar yang baik.

Bagaimana Fero bisa lupa kalau Mayra adalah pacarnya?

Sedikit senyuman tersungging di bibirnya. Mayra merasa bersalah untuk hal yang tak bisa disalahkannya juga, karena mood perempuan pms memang seperti itu kan?

Ohoho, mana dirimu yang tadi selalu merutuki Mayra dalam hati, Fero?

Apakah jiwamu selemah itu hanya karena diberi tulisan singkat seperti itu?

——

"Fero, nanti gue bilang apa sama Aldi?"

"Anter gue beli jaket yang mirip yuk!"

"Gue ngerasa bersalah banget Fero."

Fero memelototi Mayra, "Gak."

"Yaudah kalau lo gak mau nganter, turunin aja gue di sini."

Ciitt

Mayra mencoba membuka pintu mobil, tapi terkunci. Ia menoleh pada Fero yang menatapinya dengan tajam.

"Lo masih narah sama gue ya soal yang kemarin?"

Fero diam tak menjawab, membuat Mayra semakin merasa bersalah.

Ini sudah hari Senin—esoknya setelah kejadian memalukan di hari Minggu. Saat kemarin setelah Mayra selesai dengan urusan cuci mencucinya, ia berniat mengembalikkan kedua celana milik Fero. Tapi saat ia memasuki apartemen Fero—kebetulan ia diberi tahu sandinya—Mayra tak menemukan sang empunya apartemen. Saat dihubungi juga tak menjawab, ia berpikir mungkin Fero masih marah padanya.

Tadi pagi saat ia di basement akan berangkat ke sekolah, Fero tiba-tiba muncul dan menariknya dan menyeretnya masuk ke dalan mobil. Dan di sinilah ia berada sekarang, berda dalam mobil dengan suasana awkward.

"Lo cuma boleh ngerasa bersalah sama gue, gak dengan yang lain."

"Kok gitu sih?! Lo pikir gue ngerasa bersalah karena siapa? Karena lo Fero!"

Akhirnya sifat Mayra telah kembali. Fero tersenyum untuk itu.

"Bukannya dia juga gak ngerasa bersalah setelah perbuatannya dulu sama lo?"

"Bener juga," ucap Mayra.

"Ini cuma hal kecil yang gak ada artinya, lo gak perlu ngerasa bersalah.""

"Lo bener, itu cuma jaket dia bisa beli lagi."

"Masalah selesai."

Fero dan Mayra saling melempar senyum smrik. Si laki-laki yang merasa puas karena pacarnya sudah tak peduli apapun tentang mantannya. Si perempuan dengan pemikirannya bahwa melakukan hal itu dapat mengusik mantannya, karena setaunya si mas mantan sangat sayang kepada barang-barang yang dipakainya, pasti hal ini dapat membuatnya murka—itu cukup membuatnya mendapatkan tontonan di pagi hari. Tunggu saja nanti.

——

Mayra memasuki kelasnya dengan riang, menghampiri Ella dan menaruh tasnya di atas kursi. Tadi setelah sampai di sekolah ternyata Upacara sudah dimulai, karena di jalan dekat apartemen mereka ada kecelakaan hingga menyebabkan kemacetan. Akibatnya ia menyimpan tasnya di lorong kelas dekat lapangan dan segera bergegas ke lapangan. Ia dan Fero berbaris di barisan orang yang bermasalah, setelah upacara selesai ia diberi hukuman ringan berupa mengumpulkan sampah beramal murid bermasalah lainnya.

Mayra menoleh ke belakang, Mas mantan belum datang.

"Nih," ucap Ella sambil memberikan sebuah buku.

"Hah?"

"Katanya kamu mau pinjam buku sejarah punya aku."

"Ah, iya gue lupa," Mayra menepuk jidatnya. Lalu mengambil buku sejarah milik Ella dan memasukkannya ke dalam tas.

"Hari ini tugasnya cuma kimia kan?"

Ella mengangguk.

Mayra menopang dagunya. "Di sekolah gue dulu udah ngebahas larutan penyangga, sedangkan di sini masih hidrolisis garam."

"Oh ya? Berarti kamu udah paham dong? Boleh gak ajarin aku?"

"Boleh banget, tapi kan lo juga pinter Ell, pas guru ngejelasin nanti lo juga bakal paham."

"Aku cuman mau ngerti lebih cepet, mumpung aku lagi banyak waktu luang."

"Gimana kalau besok di rumah lo," ucap Mayra.

Ella mengangguk cepat.

"Mana jaket gue?"

Udah datang aja nih Mas mantan. Mayra langsung menengadahkan kepalanya ke atas, karena Mas mantan yang nagih jaket lumayan tinggi. Ia terdiam hanya memandangi Aldi saja.

Mas mantan nyodorin tangan.

Lama-lama pegel juga kalau terus nengadah gini, mending berdiri aja.

"Gak ada."

"Apa?"

"Jaket gue."

"Gue bilang gak ada."

"Kan gue pinjemin, masa lo lupa!"

Aldi mulai sewot.

"Gak ada udah ilang," ucap Mayra cuek.

Oke, suasana mulai memanas.

"Lo ... "

Aldi seperti akan berucap, tapi semuanya tertelan kembali di tenggorokannya.

"Apa?" Tantang Mayra.

"Lo ... dari dulu emang gak bisa dipercaya. Lo gak bisa jaga kepercayaan yang orang kasih buat lo!"

Mata Mayra bersiap akan keluar dari tempatnya.

Sepertinya yang akan mengamuk di sini bukan Mas mantan, tapi Mbak mantan.

——

1
Curtis
Terharu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!