NovelToon NovelToon
Lovely Lawyer

Lovely Lawyer

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir
Popularitas:149.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Elina adalah seorang pengacara muda handal. Di usianya yang terbilang masih muda, dia sudah berhasil menyelesaikan banyak kasus penting di karirnya yang baru seumur jagung.

Demi dedikasinya sebagai seorang pengacara yang membela kebenaran, tak jarang wanita itu menghadapi bahaya ketika menyingkap sebuah kasus.

Namun kehidupan percintaannya tidak berbanding lurus dengan karirnya. Wanita itu cukup sulit melabuhkan hati pada dua pria yang mendekatinya. Seorang Jaksa muda dan juga mentor sekaligus atasannya di kantor.

Siapakah yang menjadi pilihan hati Elina?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jalani Saja Dulu

"Terima kasih. Terima kasih. Tapi.. saya dengar korban Yasa cukup banyak. Apa dia akan dibiarkan lolos begitu saja?"

"Tentu saja tidak. Kami sudah mengumpulkan semua korbannya dan mereka siap untuk menuntut. Tapi bukan kami yang akan melakukannya. Itu adalah tugas Jaksa."

"Bagaimana kalau dia melarikan diri keluar negeri?"

"Tenang saja. Berkasnya sudah kami berikan ke polisi dan surat pencekalan untuknya sudah dibuat. Yasa tidak akan kemana-mana. Kalau pun dia akan pergi, sudah pasti tujuannya adalah penjara."

Senyum kelegaan terbit di wajah Rida. Yasa harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Sudah banyak korban pria itu. Banyak masa depan perempuan yang dirusak olehnya. Rida menyalami Elina dan Gita. Wanita itu keluar dari ruangan meeting dengan membawa kebahagiaan.

"Now what?" tanya Gita.

"Kita tinggal melakukan tugas terakhir."

"Oke, let's go."

Keduanya segera berdiri lalu keluar dari ruang meeting. Menggunakan mobilnya, Elina akan pergi ke gedung pengadilan tinggi. Ada orang yang akan mereka temui di sana. Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di pelataran parkir pengadilan tinggi Bandung. Keduanya masih berada di dalam mobil. Menunggu orang yang akan ditemui keluar dari gedung pengadilan.

"Apa kamu yakin kalau dia ada di sini sekarang?" tanya Gita sambil terus melihat ke arah gedung.

"Yap. Bang Fathir sudah mencari tahu."

"Kamu yang akan memberikan berkasnya kan?"

"Tentu saja tidak. Kamu yang akan memberikannya."

"Aku? No way."

"Aku juga tidak mau bertemu dengannya."

"Kalau begitu suit saja," usul Gita.

Elina menerima usulan Gita karena di antara mereka tidak ada yang mau menemui orang yang ditunggu dengan suka rela. Keduanya bersiap untuk bersuit. Percobaan pertama gagal. Keduanya sama-sama mengepalkan tangan. Percobaan kedua juga gagal. Saat percobaan ketiga, Elina menunjukkan kepalan tangan, sementara Gita menunjukkan dua jari, membentuk seperti gunting.

"Sial," kesal Gita.

Tak ayal Elina tertawa melihat wajah kesal Gita. Wanita itu mengambil berkas yang ada di atas dashboard. Bersamaan dengan itu, orang yang mereka tunggu muncul juga.

"Semangat!" seru Elina seraya melemparkan senyuman.

Gita hanya membalasnya dengan senyum kecut. Wanita itu turun dari mobil lalu mendekati pria yang baru saja keluar dari gedung pengadilan. Carya baru saja menyelesaikan sidangnya. Pria itu berhasil memenangkan sidang atas kasus narkoba yang ditanganinya.

"Pak Carya!" panggil Gita.

Mendengar namanya dipanggil, Carya menghentikan langkahnya. Pria itu melihat pada Gita yang tengah berjalan ke arahnya.

"Ada apa?"

"Aku mau anda menangani kasus ini."

Gita memberikan berkas di tangannya. Carya mengambil kemudian membukanya. Dia membaca sekilas apa yang ada di dalam berkas, lalu melihat pada Gita.

"Kenapa aku?"

"Karena hanya kamu yang bisa menanganinya. Tersangkanya adakah Yasa Wibisana, Wakil Direktur PT. Alam Persada. Dia pasti akan menggunakan berbagai cara untuk menenangkan kasus ini. Apa anda mampu melakukannya?"

Tidak ada jawaban dari Carya. Pria itu membaca kembali berkas di tangannya. Elina terus memperhatikan interaksi antara Gita dan Carya dari dalam mobil. Wanita itu terkejut ketika seseorang mengetuk kaca jendelanya. Elina menurunkan kaca mobil saat tahu Zahran yang mengetuk.

"Sedang apa di sini?" tanya Zahran.

"Aku mengantar Gita menemui Carya."

"Apa kasus baru?"

"Bukan. Kami memutuskan kasus pelecehan seksual yang dilakukan Yasa dilakukan oleh Carya. Dia itu pemburu yang hebat. Aku yakin dia akan menjadi lawan yang tangguh untuk Yasa. Abang sendiri?"

"Aku habis bertemu Hakim."

"Soal kasus korupsi?"

"Ya, tapi kasus itu sudah beralih menjadi kasus kriminal. Terdakwa ditemukan meninggal di dalam sel. Kemungkinan kasus akan dialihkan ke Jaksa Pidana Umum. Sebentar lagi jam makan siang. Kamu mau makan siang denganku?"

"Boleh."

Elina mengambil tas lalu keluar dari mobil. Di saat bersamaan, Gita sampai ke dekatnya. Wanita itu sudah selesai berbicara dengan Carya.

"Apa dia setuju?"

"Yap."

"Aku mau makan siang dengan Bang Zahran. Kamu tidak keberatan kembali sendiri?"

"Tentu saja."

"Kamu bisa bawa mobilku?"

"Tentu saja."

"Thanks."

Elina segera pergi bersama Zahran. Keduanya menuju mobil Zahran yang terparkir tidak jauh dari mobil Elina. Sepeninggal mereka, Gita segera masuk ke dalam mobil. Tak lama kemudian kendaraan roda empat itu mulai melaju pergi.

***

Zahran membawa Elina ke tempat makan biasa. Elina sangat menyukai rasa makanan di tempat ini. Jika biasanya wanita itu memesan Sei Sapi, sekarang dia memesan Soto Betawi sebagai menu makan siang, sementara Zahran memesan rawon. Tidak ada pembicaraan selama makan, keduanya serius menikmati makanan. Mungkin saja perut mereka memang lapar.

Selesai makan, Zahran memesankan dessert untuk Elina. Untuk menu penutup mereka hanya memesan hidangan ringan saja. Pudding caramel menjadi pilihan mereka. Dengan cepat Elina menghabiskan pudding tersebut. Dia memang sangat menyukai pudding, apapun rasanya.

“Sepertinya hubungan mu dan Gita sudah membaik sekarang,” ujar Zahran setelah acara makan mereka selesai.

“Begitulah. Ternyata dia tidak seburuk yang kukira.”

“Kamu harus berterima kasih pada Bang Ge. Karena dia yang sudah memaksa mu bekerja sama dengan Gita.”

“Iya. Aku berhutang maaf padanya karena sudah sempat melawannya dan membuatnya marah. Apa menurut Abang, Bang Ge akan memaafkan ku?”

“Tentu saja. Aku yakin Bang Ge bukan orang pendendam. Lagi pula dia marah padamu karena urusan pekerjaan. Hubungan kalian ke depannya akan baik-baik saja.”

Kepala Elina mengangguk pelan. Dia sungguh berharap Gerald tidak benar-benar marah padanya. Sejak pria itu memarahi dirinya dan Gita, mereka belum sempat berbicara lagi karena Elina sibuk menangani kasus Rida. Tangan Elina kemudian terangkat, memanggil pelayan.

“Mbak, saya pesan nasi bebek kremes nya satu. Take away ya.”

“Baik, Bu.”

“Buat Bang Ge?”

“Iya. Setahuku Bang Ge juga sedang menangani kasus penting. Aku takut kalau dia tidak sempat makan.”

“Sebenarnya hubungan mu dengannya seperti apa?”

“Hanya sebatas hubungan kerja. Aku bawahan, dan dia atasannya. Abang juga tahu kalau dia mentor ku selama aku magang.”

“Apa kamu tidak merasakan sesuatu yang lebih personal padanya?”

“Kenapa Abang tanya begitu?”

“Aku hanya berpikir, mungkin saja alasan mu cukup sulit menjawab lamaran ku karena kamu memiliki perasaan juga pada Bang Ge.”

Elina menyeruput minumannya yang tinggal setengah. Wanita itu sadar kalau sekarang saatnya dia memberi jawaban pada Zahran. Sudah cukup lama pria itu menunggu jawaban darinya. Dan sekarang Elina sudah siap untuk memberi jawaban.

“Bang.. soal lamaran Abang. Aku akan menjawabnya sekarang.”

“Kamu sudah siap memberi jawaban?” tanya Zahran cukup terkejut.

“Iya. Maaf kalau aku terlalu lama memberikan jawaban. Ada hal yang harus kuselesaikan dulu dan sekarang aku siap menjawabnya.”

“Tidak apa, El. Sebenarnya aku sempat berpikir, apa aku yang terlalu cepat mengutarakan keinginan ku.”

“Apa Abang mau mendengarnya sekarang?”

“Ya, tentu saja.”

Beberapa kali Elina menarik nafas panjang. Wanita itu merasa sudah sangat yakin untuk memberi jawaban pada Zahran. Perasaan Zahran menjadi tak menentu. Pria itu menerka-nerka, jawaban apa yang akan diberikan Elina.

“Aku terima lamaran Abang.”

“Apa?”

Untuk sesaat Zahran hanya terbengong mendengar jawaban Elina. Harusnya dia senang mendengar jawaban tersebut, tapi justru hanya terbengong saja. Elina tak bisa menahan tawanya melihat ekspresi Zahran. Dia menggerakkan tangan di depan wajah Zahran, membuat lamunan pria itu buyar.

“Kok Abang malah bengong?”

“Hahaha.. maaf. Kelamaan digantung sama kamu, jadinya pas dengar kamu jawab iya, aku agak ngga percaya.”

“Ish..”

Tak ayal Elina tertawa juga. Harus diakui apa yang dikatakan Zahran benar adanya. Dia sudah terlalu lama menggantung perasaan Zahran. Kemudian wanita itu teringat akan Gerald. Dengan dirinya menerima Zahran, sudah tentu hanya penolakan yang bisa Elina berikan pada Gerald. Perasaannya mendadak menjadi sedih.

“Soal pernikahan..”

“Apa bisa kalau tidak dilakukan dalam waktu dekat? Jujur aku belum siap kalau harus menikah sekarang. Kita jalani dulu saja hubungan kita sekarang. Bagaimana, Bang?” Elina langsung memotong ucapan Zahran.

“Ya, aku setuju. Sebenarnya ada yang mau aku bicarakan dengan mu. Tapi sepertinya tidak dalam waktu dekat.”

“Soal apa?”

“Tentang aku, tentang masa lalu ku.”

“Masa lalu itu tempatnya di belakang. Tidak usah dibicarakan lagi.”

“Ya, aku tahu. Tapi aku ingin mengatakannya padamu. Tapi tidak sekarang. Tunggu sampai aku menyelesaikan kasus baruku, bagaimana?”

“Oke.”

“Jadi sekarang kamu resmi menjadi calon istriku?”

Hanya suara tawa saja yang terdengar dari mulut Elina. Zahran meraih tangan Elina lalu menggenggamnya. Pria itu melepaskan genggamannya ketika pelayan datang membawakan pesanan.

“Mau kembali ke kantor sekarang?”

“Iya.”

Setelah membayar pesanan, Zahran dan Elina meninggalkan tempat makan tersebut. Sepanjang perjalanan menuju kantor D&G Law Firm, Zahran tak melepaskan pegangannya di tangan Elina. Wajah keduanya menunjukkan kebahagiaan. Lima belas menit kemudian kendaraan milik Zahran memasuki pelataran kantor.

“Makasih buat makan siangnya.”

“Sama-sama. Terima kasih untuk jawabannya. Pulang nanti mau kujemput?”

“Ehm.. boleh.”

“Oke.”

Sebelum turun, Zahran mencium punggung tangan Elina, memunculkan semburat merah di pipi wanita itu. Dengan cepat Elina keluar dari mobil. Tangannya melambai ketika roda kendaraan Zahran bergerak meninggalkannya.

Dengan senyum tercetak di wajah, Elina memasuki lobi kantor. Wanita itu langsung memijit tombol empat setelah memasuki lift. Dia ingin memberikan dulu makanan yang dibelinya pada Zahran. Tak butuh waktu lama, wanita itu sudah sampai di lantai empat. Sesuai dugaannya, Gerald tidak meninggalkan ruangan di saat jam istirahatnya. Bergegas dia menuju ruangan Gerald.

TOK

TOK

TOK

Kepala Gerald terangkat ketika mendengar suara ketukan di pintu. Senyumnya mengembang ketika melihat Elina yang datang. Wanita itu segera masuk lalu meletakkan bungkusan di atas meja. Untuk sesaat Gerald hanya memandangi bungkusan tersebut.

“Ini apa?”

“Makan siang. Aku yakin kalau Abang belum makan siang. Aku belikan bebek kremes, salah satu kesukaan Abang.”

“Terima kasih. Aku dengar kamu menyerahkan kasus korban pelecehan Yasa pada Carya.”

“Ya. Walau dia menyebalkan, tapi harus kuakui kalau dia Jaksa yang handal. Keputusan ku benar kan?”

“Ya, kamu sudah mengambil keputusan yang tepat. Apa yang dia katakan padamu?”

“Bukan aku yang menyerahkan padanya, tapi Gita. Dia kalah suit dariku,” Elina tertawa setelahnya.

“Sepertinya hubungan mu dengan Gita sudah membaik.”

“Ya. Aku akui aku salah. Ternyata dia tidak seburuk itu. Kami sudah berbicara banyak dan menyelesaikan masalah di antara kami. Ke depannya, kami menjamin tidak ada perang dingin lagi.”

“Syukurlah.”

“Aku mau kembali ke ruangan. Abang jangan lupa makan.”

Hanya anggukan kepala yang diberikan Gerald. Elina bergegas keluar dari ruangan pria itu. Saat ini dia masih belum siap mengatakan pada Gerald soal hubungannya dengan Zahran.

***

Pukul tujuh malam Zahran baru menjemput Elina di kantornya. Pria itu terpaksa lembur, karena kasus baru yang ditanganinya. Elina yang tidak ada lagi pekerjaan, menunggu kedatangan Zahran sambil bermain ponsel. Tadi Fathir sudah membawa mobilnya pulang.

“Hai, El,” sapa Zahran ketika memasuki ruangan Elina.

"Akhirnya datang juga. Kalau Abang ngga datang, aku mau nebeng pulang sama Bang Ge."

“Maaf aku terlambat menjemput mu. Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan.”

"Pekerjaan Abang sudah selesai?"

"Sudah."

"Abang sudah makan malam?”

“Belum.”

“Bagaimana kalau kita makan malam dulu?”

“Oke.”

Elina segera mengambil tasnya lalu keluar dari meja kerjanya. Zahran mengusap puncak kepala wanita itu seraya mendaratkan ciuman di kening Elina. Di saat bersamaan Gerald sampai di dekat ruangan Elina. Dia bermaksud mengajak wanita itu pulang bersama. Langkahnya terhenti ketika melihat pemandangan di depannya.

Senyum Elina yang semula mengembang langsung menghilang ketika melihat kehadiran Gerald. Tiba-tiba saja dia merasa tidak enak hati. Wanita itu seperti tengah ketahuan selingkuh.

“Ehm.. Abang bisa turun duluan? Aku mau bicara sebentar dengan Bang Ge.”

“Oke.”

Zahran mengambil tas Elina lalu keluar dari ruangan. Pria itu hanya melemparkan senyuman saja pada Gerald. Setelah Zahran memasuki lift, Elina baru mendekati Gerald. Wanita itu menjadi sedikit gugup.

“Kamu sudah menerima lamaran Zahran?” tanya Gerald to the point.

***

Aduh Ge bakalan patah hati nih🙈

1
Purnama Servis Kamera Demak
Keren. Bisa dong masuk 20 besar
Ila Lee
wahdu makin bertambah pening si Zahran /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ingka
Semangat Mak Icha smg sukses...💪💪👍👍
Ingka
Serius El kamu nyuruh Bang Zahran lupain Jihan ? becanda ya El..pasti bakal ga mau tuh Bang Zahran lupain Jihan, br jg ketemu lg sm istrinya masa mau dilupakan. Kayaknya lebih rela melepaskan kamu El drpd lupain Jihan...🤭
anonim
Amin. Semoga terkabul doanya Author, novel ini masuk ke dalam 40 bab terbaik
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●🤎⃟🏠⃟ժí́ժαհ🥑⃟𝐐⃟❦
aamiin 🤲🏻
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●🤎⃟🏠⃟ժí́ժαհ🥑⃟𝐐⃟❦
tapi boong.... El mana tega merebut suami orang.... El kan bukan pecor / perebut cowok orang🤭
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●🤎⃟🏠⃟ժí́ժαհ🥑⃟𝐐⃟❦
kalo Elina tau ....penyebab bibir bangZ zontorrr karena ulah bangG.... beuhh di pastikan El bakal berbunga-bunga..... auto terhura /Sweat/merasa di bela /Facepalm/
dewi rofiqoh
Elina... Bingung kayaknya 🤔🤔🤔🤔
Belum tercerahkan akan rasa hatinya🫣🫣🫣
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●🤎⃟🏠⃟ժí́ժαհ🥑⃟𝐐⃟❦
nah ini nihh...yg selah ...ngambil kesimpulan sendiri tanpa tau kebenarannya.......harusnya kamu itu di pikirin matang²......lewat jalur langit..... minta di pilihin yg tepat....pasti pulihan semsta gk bakal mislek 🤭✌🏻demi masa depanmu El....jangan asal iya aja nerimo ......you understand.....😂🤣✌🏻✌🏻
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
amin
Cindy
lanjut kak
anonim
Elina ini ngetes Zahran cintanya berlabuh dimana yang sesungguhnya.
Untuk menebus kesalahannya terhadap Elina, Zahran di suruh menjauhi Jihan kaget kan....
Jenong Nong
bagus El prang aja dulu si zahran sampai otaknya buntu dgn rasa bersalah dn hidupnya nyungsep tak berbentuk.... 😂😂❤❤🙏🙏
Rahma Inayah
gak lah Zahran El hanya bercanda dan menguji mu saja buat lupakan Jihan pasti El mundur dr hub nya dgn Zahran apalgi Jihan Mash berstasus istri Zahran ..tnp Eli sadir mmg BNR dia mencintai bang ge
☘️ gιмϐυℓ ☘️
Lah, kenapa malah sama El di suruh lupain Jihan? ngegantung banget akhir babnya, mana besok libur 🤣🤣🤣
Dinar Keke
Bisa kamu melupakan Jihan?? gak yakin aku🤔🤔🤔
Tenang tenang Elinna sebenarnya Ge sudah bucin sama kamu, cuma dia ingin memastikan lebih lagi
Safitri Agus
Aamiin 🤲😇
Safitri Agus
Maeve itu bisa seseorang atau seekor El,kan belum dijelaskan sama bang Ge
sum mia
wiiihhh.,... mantap ujian dari Elina .
dan aku yakin Zahran tak akan sanggup untuk memenuhinya .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!