Gubrakkk
Nala Casandra memegang kepalanya, dia baru saja membaca sebuah novel dan sangat kesal. Dia marah sekali pada seorang antagonis yang ada di novel itu. Sangking kesalnya, dia melemparkan novel itu ke dinding, siapa sangka novelnya mental kena kepalanya, sampai dia jatuh dari sofa.
Dan siapa sangka pula, begitu dia membuka matanya. Seorang pria tengah berada di atas tubuhnya.
"Agkhhh!" pekik Nala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Masalah Cepuk isi Racun
"Gusti pangeran"
Seorang pria dengan penutup wajah dari kain berwarna hitam. Tampak memberikan hormat kepada pangeran Arga Yudha Kertajaya yang sedang berada di sebuah pendopo sambil mengawasi para prajurit yang sedang berlatih di tempat rahasianya.
"Bagaimana? apa kamu sudah tahu, kenapa putri pangeran ini di jemput ke istana kenanga?" tanya pangeran Arga Yudha Kertajaya.
"Hamba mendengar dari pelayan setia tuan putri. Saat ini tuan putri sedang berada di istana tuan putri Sekar Mirah. Gusti Ratu Sekar Arum meminta tuan putri menginap, dan..."
Prajurit bayangan itu menjeda ucapannya. Membuat pangeran Arga Yudha segera menoleh ke arahnya.
"Dan apa?" tanya pangeran Arga Yudha Kertajaya dengan wajah penasaran.
"Para pelayan mengatakan, ada sebuah cepuk yang di berikan oleh ratu Sekar Arum pada tuan putri Sekar Nala, isinya racun..."
"Pergi!" sela pangeran Arga Yudha Kertajaya yang terlihat begitu marah.
Padahal pengawal bayangannya itu belum selesai bicara.
"Gusti pangeran, tapi..."
"Jaga dia dari jauh, pergi!" katanya lagi tanpa melihat ke arah pengawal bayangannya itu.
Shutt..
Setelah pengawal bayangannya itu pergi. Tangan pangeran Arga Yudha Kertajaya mengepal begitu kuat.
"Racun!" ucapnya dengan mata merah. Terlihat sangat kesal, atau lebih ke emosional, "apa kamu benar-benar akan meracuniku, Sekar Nala?" lanjutnya dengan rahang yang mengeras.
**
Sementara itu Nala yang berada di kamar Sekar Mirah tampak bosan mendengar semua cerita Sekar Mirah yang terus memamerkan semua barang-barang pribadinya yang menurutnya sangat kuno. Tentu saja Nala merasa itu kuno, karena dia berasal dari masa depan.
"Lihat ini Yunda, ini adalah pemerah pipi yang Gusti prabu hadiahkan untukku. Ini dari kerajaan Mongol, di kerajaan kita belum ada..."
'Ya ampun, itu bukan di hadiahkan padamu Mirah, ibumu yang memaksa pelayan mengambil barang itu dari gudang penyimpanan kerajaan. Supaya kamu eksis, di dunia modern banyak benda seperti itu!' batin Nala.
"Dan yang ini, ini adalah hiasan kepala buatan pengrajin dari Mongol..."
"Tuan putri, kamu akan pakai semua barang-barang ini di acara jamuan besok?" tanya Nala.
Tuan putri Sekar Mirah yang memang sebenarnya orangnya lebih pada tinggi hati daripada jahat, menjeda ucapannya dan menatap ke arah Nala.
"Tentu saja. Aku harus tampil paling cantik, ibu meminta hal itu. Dan itu sebabnya dia menyuruhmu kesini yunda. Aku harus tampil beda dari yang lain!" kata tuan putri Sekar Mirah.
Nala terdiam sejenak. Tampil lain daripada yang lain. Sepertinya dia punya ide.
"Sumi, Welas!" panggil Nala.
Kedua pelayan yang tadinya menunggu di luar kamar tuan putri Sekar Mirah itu, segera masuk ke dalam kamar.
"Iya tuan putri!" jawab keduanya bersama sambil menunjukkan rasa dan ekspresi hormat.
"Carikan aku besi yang bentuknya bulat panjang ya, lalu tungku arang dan arangnya juga!" perintah Nala pada keduanya.
"Baik tuan putri!"
Keduanya segera pergi dari tempat itu. Untuk mencari benda yang Nala butuhkan tadi.
"Yunda, apa yang mau kamu lakukan dengan besi dan arang?" tanya Sekar Mirah penasaran.
"Kamu akan tahu nanti, sekarang kamu ikut aku, kamu mau tidak kalau kukuku berwarna merah, supaya terlihat cantik!" kata Nala.
Sekar Mirah terlihat antusias.
"Mau Yunda, tapi dengan apa kita akan memberi warna kuku kita?" tanya Sekar Mirah lagi.
"Ikut aku, di dekat istana para pangeran. Aku melihat ada tumbuhan Lawsonia inermis..."
"Hah, aku baru dengar nama seperti itu. Aneh sekali!" potong Sekar Mirah karena merasa sangat aneh dengan nama tumbuhan itu.
'Hais, aku lupa aku terdampar di jaman apa!' batin Nala.
"Pucuk pacar!" ralat Nala.
"Hah, pucuk pacar? memangnya bisa untuk apa? bukannya itu hanya pagar hidup yang indah di pandang?" tanya Sekar Mirah.
"Kamu akan tahu setelah aku tunjukkan hasilnya. Ayo!"
Sekar Nala menggandeng Sekar Mirah keluar dari istana para putri. Pelayan setia Sekar Mirah segera mengikuti kedua tuan putri yang terlihat tergesa-gesa itu.
Sementara itu, dari balik pilar besar salah satu koridor istana Kenanga. Gayatri tengah mengawasi mereka. Dan segera melapor pada ratu Sekar Arum.
"Bagaimana? apa dia benar-benar membantu Sekar Mirah?" tanya ratu Sekar Arum.
"Sendiko dawuh Gusti Ratu, tuan putri Sekar Nala, sungguh membantu tuan Putri Sekar Mirah. Mereka terlihat akrab, dan saat ini sedang menuju ke taman kekaisaran para pangeran. Katanya mau ambil tanaman yang bisa membuat kuku menjadi merah dan lebih indah!" jelas Gayatri, pelayan setia Ratu Sekar Arum.
Ratu Sekar Arum tampak menatap tajam ke luar jendela kamarnya.
"Dia memang selalu lebih pintar dari para saudaranya, sayangnya... terlalu pintar itu juga sangat tidak baik. Sangat tidak baik!" gumam ratu Sekar Arum.
Nala dan Mirah sudah sampai di taman kekaisaran para pangeran. Kebetulan sekali, banyak tanaman yang Nala butuhkan itu. Dia langsung berjongkok dan memetik beberapa daun yang terlihat hijau dan sempurna bentuknya.
"Yunda, apa yang Yunda lakukan? biar para pelayan saja yang melakukannya!" kata tuan putri Sekar Mirah yang memang berpikir, kalau menyentuh tanaman-tanaman itu secara langsung sangat tidak higienis.
"Kenapa menyuruh pelayan! ini hal kecil yang bisa kita lakukan sendiri!" jawab Nala.
Para pelayan setia tuan putri Sekar Mirah segera saling pandang. Mereka mulai merasa kalau mungkin menjadi pelayan dari tuan putri Sekar Nala itu sangat beruntung. Daritadi Sumi dan Welas juga tidak banyak di suruh-suruh. Tuan putri Sekar Nala mengambil gelas sendiri untuk minum, mengisinya sendiri, dan meletakkannya kembali di meja sendiri. Tidak seperti tuan putri Sekar Mirah, mau minum saja di ambilkan, kurang di tuangkan lagi, dan gelas yang tinggal letak di meja saja harus di ambil dan di letakkan.
"Itu kotor Yunda!" kata Mirah lagi.
Nala yang gemas melihat sepupunya yang sepertinya memang kelewat manja. Menarik tangan Mirah sampai wanita itu berjongkok bersamanya.
"Lakukan seperti ini, ini menyenangkan!" kata Nala.
Dan benar saja, ketika Mirah mengikuti apa yang di lakukan Nala. Itu memang menyenangkan. Mendengar suara potekan tangkai dari batang tanaman membuatnya ingin melakukannya lagi dan lagi.
Sekar Mirah tersenyum senang.
"Benar Yunda, ini menyenangkan!" kata Sekar Mirah.
***
Bersambung...
CLBK
😍😍😍
kena prank🫠🫠🫠
jehong udah mewek2 malah bercyandaaahhhh🤣🤣🤣
yg tegar y nala, otw balas dendam aq dukung koq😤😤😤