NovelToon NovelToon
Diam-diam Cinta

Diam-diam Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Ini kelanjutan cerita Mia dan Rafa di novel author Dibalik Cadar Istriku.

Saat mengikuti acara amal kampus ternyata Mia di jebak oleh seorang pria dengan memberinya obat perangsang yang dicampurkan ke dalam minumannya.
Nahasnya Rafa juga tanpa sengaja meminum minuman yang dicampur obat perangsang itu.
Rafa yang menyadari ada yang tidak beres dengan minuman yang diminumnya seketika mengkhawatirkan keadaan Mia.
Dan benar saja, saat dirinya mencari keberadaan Mia, wanita itu hampir saja dilecehkan seseorang.

Namun, setelah Rafa berhasil menyelamatkan Mia, sesuatu yang tak terduga terjadi diantara mereka berdua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

"Hai, selamat pagi."

Sapaan Syarin mengalihkan perhatian Zahra dari pintu lift di mana suaminya baru saja masuk.

"Assalamualaikum," ucap Zahra ramah.

"Walaikumsalam." Syarin mengulas senyum. "Maaf, aku tiba-tiba menyapa. Kita sudah seminggu tetanggaan tapi belum pernah ngobrol banyak. Kebetulan hari ini aku tidak ada kegiatan."

"Ngobrol di dalam saja, yuk," ajak Zahra seraya menunjuk ke dalam.

"Boleh."

Syarin melangkah mengikuti Zahra. Begitu masuk, pandangannya berkeliling ke sekitar.

Selama beberapa tahun bertetangga, ini adalah pertama kalinya ia memasuki unit Raka.

Sebab, selama ini Raka tidak pernah mengizinkan tamu wanita masuk ke apartemennya.

"Silahkan duduk sebentar, aku buatkan minum."

Syarin mengangguk ramah. Kurang dari lima menit, Zahra kembali dengan membawa teh untuk mereka. Lalu, membuka kain tipis yang menutupi wajahnya.

Pertama kali melihat wajah Zahra, Syarin begitu terpukau. Matanya tak mampu berkedip.

Zahra memiliki wajah yang nyaris sempurna, cantik menyerupai boneka. Kulit wajahnya mulus, bersih tanpa noda.

Namun, Syarin yakin itu bukan karena perawatan mahal, melainkan alami dari tubuhnya.

Bahkan bentuk jemari Zahra yang kecil memanjang dengan kuku pendek terlihat sangat indah di balik kulit putihnya.

Saat ia menggeser cangkir teh, terlihat dari gerak tubuhnya bahwa ia adalah wanita yang sangat lembut dan santun.

"Cantik, lembut dan sopan. Pantas Raka tidak bisa berpaling." Begitu tatapan Syarin berbicara.

Mendadak rasa tak percaya diri menyergap ke hatinya.

"Ternyata di balik cadar itu ada wajah secantik bidadari yang ditutupi dengan baik agar tidak sembarang laki-laki bisa menikmati keindahannya. Hanya Raka seorang yang bisa. Pantas Raka sayang sekali sama dia."

"Maaf, ya. Camilannya hanya ini. Aku belum buat kue. Seminggu di sini belum melakukan apa-apa," ucap Zahra.

Syarin seketika tersadar dari lamunan. "Iya, tidak apa-apa, Zahra. Duh, kamu jadi repot."

"Tidak, kok."

"Kapan-kapan kalau aku ada waktu luang, bagaimana kalau kita jalan berdua? Aku juga tidak punya banyak teman di sini."

"Insyaallah kalau suamiku mengizinkan."

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, lalu disusul dengan kemunculan Raka dari sana. Raka sempat terkejut melihat Syarin duduk bersama Zahra di ruang tamu.

"Loh Mas? Bukannya sudah berangkat?" Zahra langsung berdiri menyambut suaminya.

"Hp aku ketinggalan, Sayang. Mobil sudah di gerbang lagi." Ia terkekeh. Sejenak melirik wanita yang duduk di sofa. "Hai, Sya," sapa Raka seadanya.

"Hai. Maaf, aku bertamu pagi-pagi," balas wanita itu.

"Tidak apa-apa."

"Hpnya disimpan di mana, Mas?" tanya Zahra. Sesekali meneliti ke arah meja dan kursi.

"Sepertinya di kamar. Aku lupa deh."

"Sebentar, aku carikan."

Ketika Zahra melangkah menuju kamar, Raka mengikuti dari belakang. Merangkul pinggang istrinya dan merapatkan pintu kamar mereka.

Melihat kemesraan mereka, Syarin termenung. Tak bisa dipungkiri masih ada sedikit rasa cemburu di hatinya.

Rasa yang ia simpan untuk Raka telah lama bersemayam dalam hati. Namun, ia harus kalah oleh pesona seorang gadis bercadar.

"Sudah, Mas. Di depan ada tamu, tidak enak dia menunggu di depan, kita malah mesra-mesraan di sini," protes Zahra saat Raka terus memeluk dan menciumi pipinya.

"Sekali lagi. Soalnya kalau sudah di luar sering kangen sama kamu." Sambil mengecup kening dan bibir.

Meraih ponselnya dari tangan Zahra dan memasukkan ke saku jaket.

Memeluk lagi, seakan tiada puasnya.

"Padahal tadi malam sudah dipuas-puasin." Zahra terkekeh dengan tingkah suaminya.

"Yang tadi malam tidak cukup!" Ia tertawa pelan. “Oh ya, tumben kamu terima tamu."

"Iya, Syarin bilang sedang tidak ada kegiatan hari ini. Jadi aku ajak ngobrol saja."

"Oh ya sudah. Aku berangkat sekarang, ya."

"Iya, Sayangku," balas Zahra sambil membelai wajah suaminya. Tersenyum dan mengecup bibir singkat.

"Tuh, kan, aku sudah jinak malah dipancing-pancing. Aku batal berangkat, ah! Mending di sini temenin kamu tidur!"

"Ish!" Zahra tertawa menahan dada Raka yang menarik tubuhnya ke tempat tidur.

Keduanya segera keluar kamar.

Syarin masih duduk di sana dengan buku album foto pernikahan di pangkuannya yang diambil dari kolong meja ruang tamu. Ia membuka halaman demi halaman.

Raka sempat berpamitan singkat pada Syarin sebelum Zahra mengantar suaminya ke pintu.

Syarin bisa melihat betapa Raka tak rela meninggalkan istrinya seorang diri.

"Raka terlihat sangat menyayangi kamu," ucap Syarin sesaat setelah Zahra kembali duduk di hadapannya.

"Alhamdulillah. Semoga awet."

Syarin tersenyum dan turut mengamini. "By the way...kamu belum isi?"

"Belum."

"Sengaja ditunda?"

"Suamiku bilang, jangan hamil dulu. Mungkin karena kami lama terpisah, jadi mau puas-puasin pacaran berdua katanya. Selain itu menurut dia aku masih terlalu muda untuk hamil."

Syarin menyimak dengan menautkan kedua alisnya. "Memang usia kamu berapa?"

"Baru masuk 23 tahun."

"Oh ... pantas saja." Syarin mengangguk. Zahra memang terlihat masih sangat muda, sedangkan Raka sudah memasuki usia matang, 29 tahun.

Syarin sendiri sudah menginjak 27 tahun.

Ia kembali asyik melihat-lihat foto pernikahan Zahra dengan Raka.

Menebak berapa biaya yang dikeluarkan keluarga mereka untuk mengadakan pernikahan dengan konsep yang sangat mewah. Bahkan mereka dikabarkan menyewa satu gedung hotel di hari itu.

"Ngomong-ngomong, ini siapa?" tanya Syarin sambil menunjuk potret seorang lelaki dewasa di album foto.

Zahra mendekatkan diri dan menatap gambar yang ditunjuk Syarin. Ia mengulas senyum setelahnya.

"Itu Papaku," jawab Zahra, membuat Syarin kembali terpukau.

"Papa? Maksudnya Papa kandung?"

"Iya."

"Wow. Tapi dia masih terlihat sangat muda. Seperti masih usia 40an."

"Papaku rajin olahraga dan menjaga pola makan. Papa sangat menerapkan pola hidup sehat. Makanya dia terlihat lebih muda dari usia yang sebenarnya. Kadang membuat Mama cemburu."

"Heemm ...." Syarin mengangguk paham. "Kamu anak tunggal?"

"Tidak. Aku punya dua kakak laki-laki dan dua adik laki-laki. Kami berlima. Adik bungsuku berusia 2 bulan."

"Hah? Kamu punya adik bayi berusia dua bulan?"

Zahra mengangguk dan tersenyum. Tak pula menyebut bahwa Bastian hanyalah anak adopsi. Baginya, Bastian sama seperti Bima.

"Iya, alhamdulillah."

Bola mata Syarin membulat penuh. Kembali memandang foto Pak Vino dengan penuh kagum.

Ia terlihat sangat muda dan mempesona. Sama sekali tidak terlihat seperti papa dari 5 anak.

"Mama kamu yang mana di sini?" tanyanya sambil membalik lembar foto.

Zahra lalu menunjukkan foto kedua orang tuanya yang berada di halaman paling belakang.

Foto yang diambil di sebuah taman bunga. Keduanya berjalan bergandengan tangan dan saling tersenyum.

"Ini Mama."

Semakin terpukau Syarin setelah melihat potret seorang wanita yang tampak masih begitu muda.

"Pantas anaknya secantik ini. Papanya masih aduhai padahal sudah tidak muda lagi," ucap Syarin secara frontal. "Papamu pasti jadi idola kaum hawa."

Zahra tertawa pelan. "Tapi hanya Mama pemilik hatinya. Papaku itu garang di luar, tapi lembut di dalam. Dia paling tidak bisa jauh dari Mama begitu pun sebaliknya. Dan aku ... melihat pantulan Paра dalam diri Mas Raka."

"Ya, aku pernah dengar bahwa anak perempuan akan mencari jodoh yang seperti Ayahnya."

"Iya. Begitulah, aku berharap pernikahan kami harmonis seperti mereka. Saling percaya dalam kondisi apapun dan punya anak banyak."

"Aamiin. Sempurna sekali, Zahra," ucap Syarin menutup album foto. "Doakan aku cepat bertemu jodohku." Ia terkekeh.

**************

**************

1
Endang 💖
aduh Mia kami bakalan nyesel kalok tau bahwa Rafa itu sangat tulus sama kamu.
jangan mudah terhasut mia
Endang 💖
ada yang ngadu domba Rafa dan mia
Ninik
wah ada bibit pelakor yg udah mulai ugat uget kaya ulat bulu
Endang 💖
di rayu dong Rafa biar GX ngambek lagi,dia hanya kecewa aja tu
Ninik
kalau Mia membenci Rafa Yo salah yg jahat Leon tp otak Mia dah lemot makanya dia membenci org yg salah
Endang 💖
tambah lagi thor...
apa Mia GX tinggal bareng Rafa, terus Rafa gmana
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
semangat rafa
julia anggana
Luar biasa
Endang 💖
kasian ternyata kisah hidup Rafa..
tambah lagi thor..🙏😁🫣
Yasmin Natasya
double up dong thor...
Endang 💖
ayo cepat Rafa dan Mia butuh bantuan itu
olip
bagus dan menarik
olip
lnjut
Endang 💖
waduh mia dalam bahaya, semoga Rafa cepat menolong Mia...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!