Siapa yang ingin hidup dalam kekurangan semuanya pasti mau hidup serba berkecukupan. Tapi itu takdir tak seorang pun tau hidup mereka akan seperti apa.
Ira seorang ibu rumah yang dulu berada diatas di hantam badai hingga terjatuh kebawah.
Mana dulu yang mengaku sebagai saudara? Tak satu pun ada yang peduli. Suaminya terpaksa jadi ojol untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akankah hidup Ira berubah?Lantas bagaimana dengan keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Seperti Janjinya pada Ira, Fandi langsung menghubungi Mia setelah komunikasinya dengan Ira selesai.
"Assalamualaikum, mas." sapa Mia saat mengangkat telpon kakak lelakinya.
"Waalaikumsalam, kamu sibuk ga?"
"Ga sih, mas. Mas mau apa?" tanya Mia bertanya - tanya berita apa yang kakak lelakinya bakal katakan.
"Kamu beneran ngawur Ira dari rumah ibu?" tanya Fandi to the point.
"Mas dapat kabar dari siapa?" tanya Mia kaget.
"Ga perlu mas sebutan dapat berita dari siapa, mas cuma mau tau jawabannya iya atau tidak?" tegas Fandi.
"Ini pasti Ira yang mengadukan sama mas Fandi?" tanya Mia sambil menahan emosi.
"Ini ga ada hubungannya dengan Ira, ada orang lain yang ngasih tau mas."
"Haris, suaminya Ira?." tebak Mia lagi.
"Bukan, nanti kamu sendiri juga bakal tau siapa yang mengadu sama mas. Seorang kamu jawab aja jujur?" bentak Fandi membuat tubuh Mia peringatan karan ketakutan. Kakak tertuanya itu terkenal dengan ketegasannya , sehingga adik - adik dan hampir semua keluarga besarnya takut padanya.
"Mau jawab." bentak Fandi lebih keras dari tadi.
"Bukan begitu bang, aku cuma ga rela rumah ibu hancur kaya gitu. Makanya aku berniat merenovnya." bela Mia.
"Tapi ga harus ngusir Ira dan keluarganya. Lagian rumah itu juga bukan untuk kamu, jadi kamu itu ga ada hak buat usir Ira dan keluarganya dari sana." Mia habis di marahi kakak tertuanya. Mia tidak bisa lagi membela diri hanya diam dan mendengarkan saja. Andai kakaknya ada di depanya sarbini tentu Ira akan menangis meminta maaf pada Fandi.
Mia menangis sesegukan meski ponselnya sudah mati dan suara Fandi sudah tak terdengar lagi. Inilah yang Mau takutkan jika kakak tertuanya mengetahui apa yang akan ia lakukan.
Otaknya terus berpikir mencari tau kira - kira siapa yang memberi tahu Fandi, kakaknya. Jika Ira dn suaminya tidak memberitahu Fandi lalu siapa lagi orang yang kemungkinannya menghubungi Fandi. Apa bude? Tapi ga mungkin bude, masa bude menghubungi mas Fandi tanpa ngomong dulu sama aku.
"Sial ..... Sial....." runtuk Mia sambil memukul kasur meluapkan rasa kesalnya. Untung suaminya ga tau, jika suaminya tau dirinya pasti habis di marahi seperti kemaren.
Sementara itu di tempat berbeda Ira ,Haris dan kedua putranya tengah menikmati makan malam mereka yang sederhana.
"Mulai besok, ibu akan bekerja. Doakan kerjaan ibu lancar ya, nak." ujar Ira yang makana di piringnya sudah habis.
"Kerja, ibu Mau kerja dimana?" tanya Dhani yang juga sudah selesai dengan suapan terakhirnya.
"Di rumah bu hj."
"Kerja apa, bu? jangan bilang ibu jadi ART di sana." ucap Dhani kelihatan tidak suka.
"Ga, ibu kalian hanya ngajarin cucu bu hj ngaji aja, kok." Haris mewakili istrinya menjawab pertanyaan dari anak bungsunya itu.
"Ooh, aku kira ART. "
"Emang kenapa kalau ART?" pancing Ira.
"Ya kasihan aja ibunya capek kerja ini dan itu di sana, belum lagi ibu juga bekerja di sini. " jawab Dhani.
"Apapun pekerjaannya yang penting halal. Sudah ayo bantu ibu beberes , habis itu kalian belajar sebelum tidur, satu lagi jangan lupa sholat dulu." Ira dengan di bantu kedua orang putranya membereskan sisa makan malam mereka. Walau kedua anak lelaki tapi mereka tidak segan membantu ibu mereka mengerjakan pekerjaan rumah.
...****************...
Assalamualaikum kk, satu komen dan saranya sangat berharga bagi thor. Dan jangan lupa vote yang banyak agar thor makin semangat menulis bab berikutnya😘😘🙏🙏🙏
nauzubillah mindalik