NovelToon NovelToon
I Just Want To Live An Ordinary Life

I Just Want To Live An Ordinary Life

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Cinta Murni / Masuk ke dalam novel
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Eby Mey2

"Angeline" adalah nama yang bagus dan cantik. Namun, pemilik nama ini tidak hidup seperti namanya. Ia masih baru lulus SMA, hidup dengan keluarga harmonis dan cukup, mempunyai banyak teman (kurasa), tapi dia introvert. Cukup pendiam, suka baca novel dan komik, dan motto hidupnya adalah hidup dengan yang biasa-biasa saja, tidak berlebih dan mencolok.

Namun ada perubahan drastis dalam hidupnya yang santai-santai saja. Secara mendadak dia meninggal, gara-gara menyelamatkan anak kucing. Tapi cerita ini tidak sampai disitu, Angeline tiba-tiba membuka matanya dan melihat atap-atap yang asing menurutnya.

"Ha...?! "

"Dimana ini? "

"inikan bukan rumah sakit, dan baju ini kenapa kuno sekali, apa aku cosplay? "




PENASARAN CERITA SELANJUTNYA SEPERTI APA?
BURUAN BACA SELENGKAPNYA!!!
DAN JANGAN LUPA KLIK LIKE, SUBSCRIBE, BERI HADIAH, DAN JUGA VOTE YAAA...!!!
AGAR AUTHOR NYA MAKIN SEMANGAT DAN RAJIN UPLOAD CHAPTER BARU!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eby Mey2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 18

Sima Annchi memilih menunggang kuda dari pada menaiki kereta kuda tersebut, karena teringat kejadian dulu saat ia mabuk berat gara-gara guncangan kereta tersebut. Yah, meskipun ia sudah didesak oleh Tang Yuxuan untuk menaiki kereta kuda dari pada kudanya, ia tetap bersih keras untuk menunggangi kuda selama perjalanan.

Beberapa waktu kemudian, rombongan pun telah siap dan berangkat keluar dari Gerbang Akademi. Rombongan ini terdiri dari Murid yang berjumlah 50 anak, dan guru pendamping yang berjumlah 15 guru. Para guru yang menunggang kuda semuanya berpencar untuk menjaga para murid di sisi mereka. Dan perjalanan ini membutuhkan waktu 8 jam hingga sampai di tempat tujuan.

Salju berjatuhan yang menemani perjalanan rombongan tersebut. Sima Annchi dengan santainya menunggangi kudanya. "Wahh... begini kah rasanya menunggangi seekor kuda, untuk saja tubuh ini sudah terbiasa dan ahli menunggang kuda, hingga aku pun merasa ini bukan pertama kalinya! " Di dalam hati Sima Annchi, ia merasa sangat senang dan menikmati hujan salju yang tak begitu deras jatuh di atas tudung kepalanya.

"Cih, dasar kampungan! " Tiba tiba Sima Annchi mendengar seseorang bicara padanya, ia menoleh ke sana ke mari tapi tidak menemukannya. Suara tersebut seolah bersuara di dalam kepalanya.

Guru Qiang mendekati Sima Annchi dengan kudanya. "Hey, ada apa? Apa kau baik-baik saja? " Sima Annchi menoleh ke gurunya dan menganggukkan kepalanya.

"Mengapa kau tidak menaiki kereta saja, dari pada kedinginan karena menaiki kuda? " Guru Qiang menyingkirkan butiran-butiran salju di tudung Sima Annchi dengan mengusap-usap kepala Sima Annchi. Ia tersenyum melihat pipi Sima Annchi yang semakin merona karena dinginnya udara.

Tiba-tiba, tubuh Sima Annchi merinding merasa di tatap dengan tajam di arah belakangnya, yang ternyata kereta kuda yang ditumpangi oleh rombongan Tang Yuxuan. Karena Sima Annchi tahu Tang Yuxuan menatapnya, ia kemudian menghentakkan kakinya dan kuda Sima Annchi melaju dengan cepat meninggalkan Guru Qiang. Ia sekarang berada di barisan paling depan rombongan, Sima Annchi tahu Guru Qiang tidak akan mendekatinya lagi karena posisi penjagaan sudah ditentukan masing-masing guru. ia pun menikmati perjalannya lagi dengan santai.

Akan tetapi pemikiran Sima Annchi sepenuhnya salah, guru pendamping yang menjaga di posisi adalah seorang wanita, Guru Qiang memanfaatkan hal tersebut dan bernegosiasi dengan guru tersebut untuk bertukar tempat. Ini semua dilakukan tanpa sepengetahuan Sima Annchi sendiri. Tak membutuhkan waktu yang lama mereka berdua pun sepakat dan segera bertukar. Guru Qiang mendekati Sima Annchi lagi.

Di sisi lain Sima Annchi tak henti-hentinya menengok ke kanan dan ke kiri. Entah apa yang ia cari dari tadi. Saat mulai keluar dari kota dan memasuki hutan, ia merasakan tatapan seseorang yang sedang mengawasinya dari kejauhan entah oleh siapa. Bukan hanya satu orang tapi beberapa orang menatapnya seperti hewan buas yang mengamati mangsanya.

Tiba-tiba pundak Sima Annchi ditepuk oleh seseorang yang membuat dirinya sedikit terkejut. Ternyata seseorang itu adalah Guru Qiang. Sima Annchi sedikit mengerutkan keningnya samar. ia kemudian melihat di mana guru yang menjaga posisi depan ini? Dan ternyata guru wanita tersebut sudah ada di barisan posisi Guru Qiang sebelumnya. Sima Annchi melirik gurunya yang sekarang berada disebelahnya sambil tersenyum, ia paham gurunya ini telah memanfaatkan ketampanannya untuk merayu guru tersebut dan berhasil sampai di sebelahnya.

Sima Annchi memalingkan mukanya cuek dengan guru Qiang. Tanpa sepengetahuan orang lain, Guru Qiang mengeluarkan camilan Sima Annchi yang dititipkan padanya dan disimpan di cincin penyimpanannya. Guru Qiang menyodorkan camilan tersebut di hadapan Sima Annchi, dan Sima Annchi langsung mengambilnya dan mulai memakannya.

Selama perjalan ini tidak ada interaksi yang lain, tidak ada kendala apapun selama perjalanan ini. Hingga sudah lebih dari 8 jam, akhirnya rombongan dari akademi tersebut sampai di lokasi tempat perkemahan yang luas dan dikelilingi oleh pepohonan yang tertutup salju. Para pekerja dari akademi mulai mendirikan tenda dan menyiapkan api unggun untuk para murid dan tanpa disuruh beberapa murid membantu para pekerja.

Hari pun semakin sore dan tenda-tenda suda selesai disiapkan, para murid dan guru menata barang bawaan mereka kedalam tenda masing-masing. Sementara Sima Annchi duduk manis di depan api unggun, ia bisa santai-santai karena barang-barangnya sudah ada yang menyimpannya.

Sima Annchi tak henti-hentinya merasa gelisah, ia terus merasakan tatapan mata yang terus mengawasinya terus bertambah. Hingga ia tak sadar Guru Qiang sudah ada di sampingnya duduk dengannya. "Hey ada apa? kenapa kau terlihat begitu gelisah? " Kata gurunya tiba-tiba, tanpa menoleh kearahnya Sima Annchi menggelengkan kepalanya.

Guru Qiang terus mendesak Sima Annchi untuk segera memberitahukannya. Dan akhirnya Sima Annchi menyerah dan berkata, "Mulai dari kita berangkat meninggal kota, aku merasakan tatapan tajam mengarah padaku yang awalnya aku merasa hanya satu orang tapi semakin aku menjauh dari kota tatapan tersebut semakin banyak. Entah sudah sebanyak apa dan bertambah setiap waktu atau tidaknya aku tidak tahu. "

Raut wajah Guru Qiang menjadi dingin seketika mendengar keluh muridnya tersebut. "Ah, aku juga ingat! Setiap kali aku keluar dari akademi untuk makan, aku juga merasakan seseorang yang selalu mengawasi ku tapi aku tidak tahu itu siapa. Apa aku terlalu parno ya? " Sambung Sima Annchi.

Guru Qiang mengusap-usap kepala Sima Annchi lagi untuk menenangkannya. Guru Qiang bilang tidak usah mengkhawatirkannya, karena dia tidak merasakan hawa yang mengancam dari mulai perjalanan. Dan jika ada sesuatu yang tidak beres para guru dan juga dirinya akan siap siaga untuk melindungi semua rombongan.

Di sisi lain dengan waktu yang sama, Bai Yeong yang tumben-tumbennya tidak bersama Tang Yuxuan dan malah bersama beberapa teman perempuannya, sedang asik Berbincang. Ia tak sengaja melihat Sima Annchi dan Guru Qiang sedang duduk bersama di depan api unggun. Dengan kesempatan itu, ia tersenyum licik.

Ia menunjuk mereka berdua. "Hey, hey, lihat itu! Bukannya itu kakak kelas Sima Annchi dan Guru Qiang? "

"Oh iya benar! Mereka terlihat sangat dekat. Apa selama ini rumor itu benar? " Salah satu temannya menjawab.

"Aku juga tidak tahu, bisa saja rumor itu salah, tapi kemungkinan juga bisa lebih dari pada rumor itu sendiri bukan? " Bai Yeong menambahkan bumbu-bumbunya.

" EHEM..! "

Mereka terkejut oleh suara tersebut yang tiba-tiba datang dari belakang mereka. Mereka pun menoleh dan ternyata seorang guru yang sedang menatap tajam mereka. Bai Yeong dan teman-temannya bubar dan kembali ke tenda masing-masing.

Tak lama dari itu, makan malam sudah matang dan disiapkan. Semua orang yang ada di sana mengantri untuk mendapatkan giliran. Tampaknya mereka membagikan dengan porsi rata, tidak kurang atau lebih. Ini yang membuat Sima Annchi merasa agak kecewa, karena porsinya sangat sedikit bagi Sima Annchi. Karena melihat muridnya seperti itu Guru Qiang, mengambil makanan Sima Annchi yang sudah dititipkan padanya dan menaruhnya di mangkok makan Sima Annchi.

...~BERSAMBUNG~...

1
Alfatih Cell
lanjut Thor crazy Up....semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!