Kisah gadis bernama Li Mei adalah putri raja dari Zheng-mi goo yang dikutuk memiliki umur panjang karena dituduh membakar istana selir ayahnya, dia melintasi waktu dari kejaran pengawal istana yang ingin menangkapnya sehingga Li Mei mengalami amnesia karena kecelakaan yang tak terduga. Dan bertemu Shaiming yang menjadi tunangannya.
Mampukah Shaiming membantu Li Mei mengingat semuanya, akankah ingatan Li Mei kembali ? Dan apakah mereka akan bersama dan bahagia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 TERHARU, TENTU IYA !
Li Mei kembali sadar dari pingsannya.
Perlahan-lahan membuka kedua matanya seraya menoleh.
Di sisinya tampak Shaiming duduk menemaninya serta memandanginya dengan tatapan lembut.
"Shaiming...", gumam Li Mei.
Li Mei membuka mulutnya untuk menyapa Shaiming yang duduk di dekatnya sembari menggenggam erat tangannya.
"Li Mei... Syukurlah... Kau sadar, Li Mei...", bisik Shaiming.
Wajah Shaiming langsung berubah cerah saat dia melihat Li Mei yang mulai sadar kembali.
"Li Mei !", ucapnya sekali lagi.
Shaiming terburu-buru beranjak dari tempatnya duduk lalu berlari pelan ke arah pintu.
Dipanggilnya dokter Liu Yaosan yang menunggu di luar ruangan kamar klinik.
Tampak dokter Liu Yaosan tengah duduk sembari memperhatikan arloji di tangannya lalu menoleh ke arah Shaiming yang keluar dari kamar klinik dengan langkah tergesa-gesa.
Dokter Liu Yaosan lalu berdiri kemudian melangkah menghampiri Sahiming.
"Apa dia sadar ?", tanya dokter muda itu.
"Ya, dia sudah sadar dari pingsannya", sahut Shaiming.
"Baiklah, aku akan memeriksa kembali kondisinya", kata dokter Liu Yaosan.
Mereka melangkah bersama-sama memasuki ruangan kamar klinik dimana Luvena dirawat sekarang.
KRIEEET... !
Pintu kaca terbuka dari arah luar kamar lalu masuk dokter Liu Yaosan bersama Shaiming yang berjalan di belakangnya.
Tap... !
Tap... !
Tap... !
Suara langkah kaki keduanya terdengar menggema di dalam ruangan klinik saat mereka berjalan masuk.
Li Mei menolehkan kepalanya ke arah dokter Liu Yaosan kemudian menatap ke arah Shaiming.
"Apa kabar Li Mei ?", sapa dokter muda itu.
"Baik... Apakah kamu dokter yang merawatku ?", tanya Li Mei.
"Ya, benar", sahut dokter Liu Yaosan.
Dokter Liu Yaosan memeriksa kondisi Li Mei sembari memperhatikan denyut nadi di tangan Li Mei.
"Sepertinya kondisi mu mulai membaik hanya saja kamu masih perlu beristirahat dua atau tiga hari lagi di klinik", ucap dokter Liu Yaosan.
"Tapi, dokter...", sahut Li Mei.
Dokter muda bernama Liu Yaosan langsung menoleh ke arah Shaiming yang berdiri di sampingnya.
"Shaiming..., kau harus memahami ini bahwa Li Mei memerlukan waktu untuk rehat sejenak agar kondisinya pulih !", kata dokter Liu Yaosan.
"Ya, aku mengerti, dokter", sahut Shaiming.
"Aku meminta pada mu untuk melupakan sedikit kesibukan opera kalian karena Li Mei, aku sarankan untuk beristirahat di klinik", ucap dokter Liu Yaosan.
"Baiklah....", sahut Shaiming dengan anggukkan kepala pelan.
"Mungkin dua atau tiga hari, dia harus menginap di klinik ini sampai obat yang aku suntikkan untuk kekuatan pikirannya habis", kata dokter Liu Yaosan.
"Aku mengerti, dokter", sahut Shaiming tanpa membantah.
Tiba-tiba Li Mei meraih tangan Shaiming lalu menggenggamnya erat-erat sambil menatap Shaiming cemas.
"Shaiming... Bagaimana dengan opera milikmu ? Kalian harus tetap latihan, bukan ?", tanya Li Mei.
"Tidak apa-apa, opera akan terus berjalan. Jangan terlalu kamu pikirkan hal itu, Li Mei !", sahut Shaiming.
"Tapi, Shaiming...", ucap Li Mei yang terlihat sangat khawatir.
"Tidak apa-apa, Li Mei", sahut Shaiming. "Jangan pikirkan tentang opera !", sambungnya.
Li Mei menatap Shaiming dengan pandangan serius, terlihat gurat-gurat kesedihan tergambar jelas pada raut wajah gadis itu.
"Baiklah, sekarang aku harus pulang karena obat telah aku suntikkan tadi dan kita tunggu besok untuk pemberian suntikan obat selajutnya", kata dokter Liu Yaosan.
"Kau akan pulang ?", tanya Shaiming sambil menatap dokter Liu Yaosan.
"Yah, benar !?", sahut dokter muda itu.
"Apa kau akan kembali kemari ?", kata Shaiming.
"Tentu saja, aku akan ke klinik lagi tetapi aku datang kemari pada saat jam kerja nanti", sahut dokter Liu Yaosan.
Dokter Liu Yaosan melirik ke arah arloji yang melingkar di pergelangan tangannya seraya memperhatikannya.
"Kira-kira sekitar pukul 09.00, aku akan datang ke klinik. Akan ada petugas malam ini yang berjaga disini, aku akan meberitahukan padanya tentang kalian", ucapnya.
"Sekarang sudah larut malam, tidakkah kau pergi beristirahat sejenak, tidak masalah bagi ku untuk menunggu lama di klinik", sahut Shaiming.
"Tidak masalah buat ku karena aku akan sangat senang sekali jika ada pasien yang perlu aku tangani serius di klinik", ucap dokter Liu Yaosan sambil tertawa pelan.
"Apa selama ini kamu tidak punya pasien khusus untuk kamu rawat ?", tanya Shaiming.
"Bukan begitu, tentu saja banyak pasien yang datang ke klinik ini tapi Li Mei sangatlah istimewa", sahut dokter Liu Yaosan.
Shaiming menoleh dengan tatapan dingin ke arah dokter Liu Yaosan, memberi tanda bahwa dia sungguh-sungguh tidak ingin rahasianya terbongkar oleh Li Mei sampai gadis itu sembuh dari amnesianya.
"Ehk !? Baiklah..., aku pergi dahulu...", kata dokter Liu Yaosan terburu-buru.
Tampak dokter Liu Yaosan mengerti maksud dari tatapan Shaiming yang seolah-olah dia ingin menyampaikan bahwa dia tidak ingin siapapun tahu tentang dirinya maupun tentang Li Mei saat ini.
"Aku pergi, Li Mei !", ucap dokter Liu Yaosan sambil melambaikan tangannya ke arah Li Mei serta Shaiming.
BLAM... !
Terdengar suara langkah kaki dokter Liu Yaosan yang menjauh pergi dari klinik.
Tap... Tap... Tap...
Semenit kemudian, suasana kembali tenang, terdengar lagi suara gaduh yang berasal dari luar ruangan.
Shaiming menoleh kembali ke arah Li Mei yang berbaring di atas tempat tidurnya lalu duduk di dekatnya.
"Istirahatlah, Li Mei...", ucap Shaiming.
"Bagaimana denganmu, Shaiming ?", tanya Li Mei yang agak mencemaskan Shaiming.
Di sebabkan Shaiming tidak dapat beristirahat dengan baik karena ruangan kamar klinik ini, tidak dilengkapi oleh fasilitas tidur lainnya.
"Dimana kamu akan tidur, Shaiming ?", tanya Li Mei.
"Tidak usah kamu pikirkan lagi tentang kondisi ku, aku akan baik-baik saja, tidurlah, Li Mei !", sahut Shaiming.
"Maafkan aku, telah menyusahkan mu", kata Li Mei.
"Li Mei... Tidurlah !", jawab Shaiming.
Li Mei tidak bersuara lagi, hanya diam lalu berusaha menuruti permintaan Shaiming yang memintanya untuk tidur.
SRET... !
Laki-laki berwajah tampan rupawan itu menarik kursi lainnya ke arah hadapannya untuk meletakkan kedua kakinya bertumpu disana.
Shaiming memejamkan kedua matanya lalu pergi beristirahat.
Li Mei kembali memperhatikan ke arah Shaiming, diam-diam menolehkan kepalanya seraya memandangnya.
"Tidurlah, Li Mei...", tiba-tiba Shaiming bersuara.
"Ii--iya...", sahut Li Mei terkejut ketika dia ketahuan sedang memperhatikan Shaiming yang duduk bersandar pada kursi sedangkan kedua kakinya dia letakkan bertumpu pada kursi lainnya.
"Pikirkan saja tentang kesehatan mu karena kita akan terus melanjutkan latihan mu untuk opera", kata Shaiming.
"Apa akan ada pertunjukkan opera nanti ?", tanya Li Mei.
"Iya, rencananya aku akan mengikuti festival opera untuk Festival Musim Semi, yang jatuh pada bulan Februari tahun ini, menandai dimulainya Tahun Naga menurut siklus zodiak China, yang setiap tahunnya menetapkan satu dari 12 hewan zodiak", sahut Shaiming.
"Benarkah !? Wow !?", ucap Li Mei.
"Akan ada persiapan khusus untuk kita karena opera kita kategori opera kecil maka kita harus ekstra berlatih", kata Shaiming.
"Apa kita akan membawakan tarian Bian Lian pada opera nanti ?", lanjut Li Mei.
"Iya... Karena kategori opera kita diutamakan pada pertunjukkan opera tarian Bian Lian", sahut Shaiming.
"Maaf, karena aku, latihan opera kalian terhenti...", kata Li Mei agak menyesal.
"Bukan karena mu, opera memang penting dan utama bagi ku tetapi kesehatan mu, dirimu adalah yang paling terutama bagiku, Li Mei", sahut Shaiming.
Li Mei tertegun sedangkan pandangannya menatap ke arah atap langit kamar klinik, kedua matanya berkaca-kaca penuh rasa terharu dengan penjelasan Shaiming yang sangat mengkhawatirkan kondisinya.
Tidak dapat membalas budi baik Shaiming yang begitu besarnya terhadap dirinya, namun, Li Mei bertekad akan memperbaiki dirinya dengan terus bersemangat untuk sembuh supaya dia dapat kembali berlatih tarian Bian Lian.