Karena kelalaian nya dalam berkendara. Mobil yang dikendarai oleh Alina pun akhirnya mengalami kecelakaan hingga membuat sang kakak yang saat itu akan melahirkan meninggal dunia.
Dan suami dari sang kakak, yang merupakan kakak ipar Alina mengalami kelumpuhan. Beruntung, bayi yang tengah dikandung oleh Alisa masih bisa diselamatkan.
Karena hal itulah, Alina pun akhirnya terpaksa menikah dengan Pras, kakak iparnya sendiri demi mempertanggung jawabkan perbuatan nya. Meski itu tidaklah disengaja.
Lalu, akankah pernikahan mereka berjalan dengan baik ditengah kebencian Pras pada Alina karena sudah menghilangkan nyawa sang istri dan membuatnya lumpuh??
Akankah Pras lulus dan mau memaafkan Alin setelah melihat ketulusan Alina dalam menjaga dan merawat Alesya, putrinya.
yukk simak kisah mereka...
Jangan lupa tinggalkan jejak ya,like,komen dan subscribe.
Biar Othor lebih semangat saat menulis,terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part.24
***
"Al, Mama boleh tanya sesuatu?" tanya mama Widia membuka suara setelah beberapa saat menghabiskan waktu dengan diam karena si kecil Alesya sudah tertidur dipangkuan nya.
"Boleh Ma, memang nya, Mama mau tanya apa?"
"Hubungan kamu dengan Pras. Bagaimana hubungan kalian selama ini? Jangan takut, ceritakan saja apa yang selama ini terjadi pada kalian berdua,"
"Tidak ada Ma, kami baik baik saja kok."
"Kamu yakin?"
"Te_tentu saja. Tapi, kenapa tiba tiba Mama bertanya seperti ini?"
"Seorang ibu itu memiliki perasaan yang sensitif terhadap putra putri nya sayang. Dan Mama merasa, jika kamu dan Pras tengah menyembunyikan sesuatu dari kami. Katakan, apa yang sebenarnya terjadi?"
Deg...
Jantung Alina berdetak lebih cepat sekarang saat mama Widia mengatakan jika beliau merasakan ada yang aneh pada pernikahan anaknya itu.
Namun, tidak mungkin bagi ALina membuka aib pernikahan nya sendiri meski itu pada mertuanya sendiri.
"Kami baik baik saja Ma, Mas Pras juga sudah semakin baik padaku. Mama tenang saja, semua akan baik baik. Tolong bantu dengan doa agar pernikahan kami tetap baik baik saja," jawab Alina mencoba menenangkan sang mama mertua.
Menjelang sore, mama Widia pun pamit untuk kembali pulang kerumahnya. Kembali meninggalkan Alina dan juga ALesya.
Sepeninggalan mama Widia, Alina langsung membawa Alesya untuk segera dimandikan karena memang hari sudah sore.
Karena hari sudah kian sore dan dirinya juga butuh mandi, sementara Mbok Ijah sudah ijin pamit karena ada keperluan keluarga,.
Akhirnya Alina pun memutuskan untuk mandi bersama dengan balita itu. Setelah dirinya dan Alesya mandi bersama, Alina segera menyiapkan makan malam untuk Alesya yang sudah tersedia dimeja makan.
Yang sebelumnya sudah disiapkan oleh Mbok Ijah dan Alina tinggal dihangatkan nya saja. Saat tengah asik menyuapi Alesya, tiba tiba saja suara salam mengalihkan perhatian nya.
"Assalamu'alaikum,"
"Waalaikumsalam, loh. Mas Wahyu, sendiri? Mas Pras nya dimana?" tanya Alina saat melihat Wahyu masuk ke rumah itu seorang diri.
"Tuan masih di kantor. Maaf, boleh minta tolong nyonya?"
"Boleh, minta tolong apa ya?"
"Tolong siapkan beberapa pakaian tuan, nyonya. Malam ini tuan akan melakukan perjalanan bisnis keluar kota dan tuan belum membawa baju ganti,"
"Ah, begitu. Berapa lama di sana nya?"
"Mungkin satu minggu lebih. Kami tengah membangun proyek baru dan saat ini proyek itu sudah mulai berjalan. Tuan selalu memastikan semua pekerjaan nya sendiri, maka dari itu malam ini tuan akan pergi ke lokasi untuk memastikan jika proyek itu berjalan dengan lancar,"
"Baiklah, tolong titip Ale sebentar ya, Mas? Saya akan siap kan baju ganti nya untuk satu minggu ke depan,"
Alina pun mulai beranjak dari meja makan menuju ke kamar milik Pras. Dia mengambil koper yang berukuran sedang untuk dipakai sebagai tempat baju baju Pras yang akan dibawa hari ini oleh Wahyu.
Meski sedikit kecewa, namun Alina tetap melakukan tugasnya. Menyiapkan baju ganti untuk suaminya. Jujur, ALina sangat kecewa dengan kepergian Pras.
Pasalnya, beberapa hari lagi dirinya akan di wisuda tapi suami nya malah pergi ke luar kota dalam jangka waktu yang cukup lama.
Namun mau bagaimana lagi, toh dirinya adalah istri yang tidak di harapkan. Tentu saja apapun yang berhubungan dengan Alina itu sama sekali tidak penting untuk Pras.
Termasuk acara wisuda Alina. Jika orang lain akan menyambut suka cita acara itu karena akan merayakan hari kelulusan bersama dengan orang terkasih.
Namun tidak dengan Alina, jika saat ini teman teman yang lain nya tengah sibuk menyiapkan dress code couple bareng keluarga atau orang terkasih.
Berbeda dengan Alina yang saat ini tengah menyiapkan baju ganti yang akan dibawa suaminya berangkat ke luar kota bahkan tanpa berpamitan dengan nya terlebih dahulu.
Bahkan tadi pagi pun Pras tidak mengatakan apapun. Sungguh benar benar istri yang tidak di anggap dan tidak di harapkan.
Seandainya saja tidak ada Alesya di antara mereka. Mungkin Alina sudah menyerah saja dengan hubungan ini. Sakit rasanya di abaikan bahkan di anggap tak kasat mata oleh suami sendiri.
Pria yang sudah mulai mengisi hatinya, yang selalu dirindukan nya. Alina menghela nafas panjang sebelum menyeret koper berukuran sedang itu untuk di bawa keluar lalu diserahkan pada Wahyu yang saat ini tengah menunggunya sambil membantu menjaga Alesya.
"Ini koper nya Mas, maaf lama." ujar Alina menyerahkan koper itu pda Wahyu yang tengah duduk menemani Alesya bermain.
Wahyu yang tengah duduk anteng pun langsung berdiri saat istri dari atasan nya itu datang lalu menyerahkan koper milik suaminya untuk dia bawa.
Wahyu sempat dibuat tertegun saat melihat bagaimana keadaan wajah Alina saat ini. Dimana matanya terlihat basah seperti habis menangis, meski wajahnya masih menampilkan senyuman.
Namun tetap saja, Wahyu bisa melihat dengan jelas jika istri dari atasan nya itu baru saja menangis. Namun hal itu wajar saja, toh Alina akan menjalani hari penting nya yang akan melepaskan status pelajarnya.
Tapi di hari bahagia nya itu, Pras malah akan pergi dengan jangka waktu yang lama. Semua istri juga pasti akan merasa sedih saat sang suami tidak ada bersama nya di saat acara penting dalam hidupnya.
"Apa ada pesan untuk tuan nyonya? Nanti biar saya bantu sampaikan," tanya Wahyu sangat hati hati.
"Sampaikan saja pada tuan untuk, jangan terlalu lelah, hindari bergadang, makan tepat waktu dan minum obatnya juga. Itu saja, terima kasih Mas,"
"Baik nyonya, kalau begitu. Saya pamit dulu,"
"Iya Mas, hati hati dijalan,"
"Iya nyonya, terima kasih. Assalamu'alaikum,"
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,"
Setelah Wahyu pergi, Alina pun segera membawa Alesya kembali kedalam kamar nya karena balita itu sudah terlihat mengantuk.
Seperti biasa, Alina akan menemani Alesya tidur hingga dia pun akan ikut tidur dengan sendiri nya.
Tepat dini hari, Alina pun terbangun namun kembali tertidur karena rasa kantuk yang sangat kuat dan tidak bisa ditahan nya.
Di bawah alam sadar nya, Alina tampak melihat siluet seseorang tengah duduk disamping nya lalu mengusap lembut pucuk kepalanya.
Namun, karena rasa kantuk nya. Alina pun kembali mengabaikan siapa yang saat ini duduk disamping nya itu.
Sementara orang itu, langsung berdiri dan pergi dari dalam kamar ALina dan Alesya setelah memastikan jika kedua wanita beda usia itu dalam ke adaan aman dan baik baik saja.
"Ayo jalan," titahnya setelah kembali ke dalam mobil yang sedari tadi sudah menunggu nya didepan rumah mewah itu.
Sang supir pun mengangguk patuh lalu kembali melajukan mobil itu keluar dari area rumah dan mulai memasuki jalan rasa , berbaur dengan penghuni jalan lain nya.
*
***
"Wah bab nya jadi panjang...selamat ya reader ku, akhirnya bisa baca bab dengan jumlah kata yang banyak. Karena adanya kebijakan baru, maka mulai sekarang Othor akan up sedikit panjang per bab nya. Meski agak kecewa dengan regulasi yang baru, tapi tenang saja Othor akan mencoba bertahan. Semoga NT bisa mempertimbangkan lagi regulasinya biar nggak kehilangan banyak author author hebat. Bantu doanya ya, semoga NT bisa kembali merubah regulasinya ke regulasi awal 🙏🙏🙏."