Hi Kak .... Aku hadir lagi nih, jangan bosan ya untuk selalu ikuti cerita aku🥰🥰🥰🥰
Kehamilan di usia lanjut membuat Sonia harus angkat kaki dari rumah suaminya. 20 tahun dirinya mengarungi bahtera rumah tangga bersama Dion Wiratama akhirnya harus berujung pahit, gara-gara suatu malam yang Sonia pun tidak tahu menahu dan tidak ingat sama sekali, kapan dia berhubungan dengan seorang pria, sedangkan Dion sendiri sudah di vonis impoten karena sebuah kecelakaan tiga tahun yang lalu.
Apakah Sonia mampu membawa kehamilannya ini sendiri ataukah ada pengeran berkuda putih yang nantinya akan menerima Sonia??
Nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab acak
Saat ini Sonia mulai menghubungi sahabatnya dulu yang memang jago berbisnis, sebagai seorang pemula tentunya Sonia membutuhkan sosok yang begitu pengalaman dalam menjalani bisnisnya nanti agar bisa berjalan sesuai dengan rencana.
Mobil yang dilakukan Sonia mulai berhenti di sebuah restaurant mewah dan tentunya milik sahabatnya itu, kali ini Sonia hanya meminta saran dan pendapat serta r menunggu," ujar Sonia yang merasa tidak enak sendiri.
"Gak apa-apa Son, nyantai saja," sahut Gita.
"Ya gak bisa gitu dong soalnya kan kamu sibuk banget," ungkap Sonia.
"Son, mau minum apa?" tanya Gita.
"Jus jeruk saja, soalnya ketika hamil ini, aku suka banget dengan jus jeruk," ujar Sonia.
"Ya sudah tunggu sebentar lagi," ucap Gita lalu mulai memanggil waiters untuk mengantar minuman temannya itu.
Kembali ke topik, saat ini Gita mulai memberi gambaran, usaha Sonia nantinya, dan Gita pun sudah ada temuan tempat-tempat yang dia yakini begitu strategis dan cocok untuk di tempati usaha temannya itu.
"Eh, begini Son, untuk lokasi aku sudah menemukan titiknya, di jalan mawar ini cukup strategis dan dekat dengan sekola dan kampus, aku yakin pasti outlet mu akan banyak yang datang, apalagi dengan harga yang pas di kantong anak sekolah dan kampus, begitu juga emak-emak pasti banyak yang suka," ujar Gita.
"Baiklah, berarti pertama kali aku buka harus di jalan mawar ini dulu ya," sahut Sonia.
"Sip, setelah itu jika sudah rame barulah kita buka outlet baru lagi, jadi kita coba satu dulu ya," ungkap Gita.
Selesai berdiskusi dengan Gita akhirnya Sonia pun memutuskan untuk pulang, karena memang hari sudah sore, sebelum pulang wanita cantik ini sengaja mampir ke toko baju, karena selama hamil ini baju-baju yang biasa dia pakai sudah hampir tidak muat di tubuhnya.
Sonia mulai masuk ke toko tersebut, diapun mulai memilih baju-baju hamil yang menurutnya begitu lucu dan menggemaskan, ketika dirinya sedang memilih baju sampai tidak sadar baju yang dia pilih pun begitu banyak sehingga membuatnya untuk memilih semuanya di karenakan semua bagus-bagus.
"Lihat Nih Nak, ibumu begitu antusias membeli baju, mulai besok kamu tidak akan terhimpit oleh baju Mama yang sesak itu," gumam Sonia.
Puas mencari baju akhirnya Sonia mulai membayarnya ke kasir, setelah itu wanita hamil itu mulai membawa belanjaan yang begitu banyak itu sendirian.
Hampir saja belanjaan Sonia jatuh ke bawah beruntung ada seorang yang menolongnya, dan ternyata seseorang itu Dion yang memang sedang mengantar ibunya karena memang toko ini langganan keluarganya.
"Kamu gak kenapa-napa Mbak," ujar Dion yang masih belum sadar, dan ketika sadar pria itu mulai melepaskan tangannya dari tubuh Sonia.
Saat ini suasana hening tidak ada sapaan ataupun ucapan dari mulut keduanya, mereka benar-benar asing meskipun sudah pernah satu atap selama berpuluh-puluh tahun.
"Dion," panggil Retno yang memecahkan keheningan itu.
Belum sempat Dion menjawab Retno pun langsung menyadari kalau di sini juga ada Sonia juga.
"Eh, di sini juga ada Sonia, kenapa kamu gak bilang Nak," ucap Retno sambil menelisik belanjaan Sonia yang begitu banyak.
"Sudah Ma, ayo kita pergi, apa Mama sudah selesai belanjanya?" tanya Dion datar.
"Loh kok begitu, ini ada istri kamu seharusnya kau ajak Sonia makan atau apa kek, kaku amat jadi orang," tegur Retno.
"Sudah Ma, terima kasih banyak, aku mau pulang," ucap Sonia.
"Nak, jangan buru-buru, Mama masih ingin menyapa cucu Mama dulu," pinta Retno.
Sonia pun hanya terdiam, dia tidak mungkin menolak keinginan ibu mertuanya itu, akan tetapi dirinya juga mempunyai batasan jika nantinya mertuanya itu memintanya yang macam-macam.
"Hay cucu Nenek, baik-baik ya kau di perut Mama, jangan rewel tinggal beberapa bulan lagi kita sudah bertemu," ucap Retno sambil mengelus perut menantunya itu.
"Makasih ya Ma, maaf ya aku tidak bisa lama-lama," ujar Sonia.
"Iya Nak, hati-hati ya," ucap Retno yang diangguki oleh Sonia.
Sonia pun langsung membawa lagi belanjaannya itu, sedangkan Dion hanya mematung, pria itu masih memendam rasa ketidak sukaannya terhadap Sonia yang dia anggap begitu sombong tidak mau menerima permintaan maaf darinya.
"Nak, kau bantulah dia," tegur Retno.
"Nggak usah," sahutnya yang masih terdengar di telinga Sonia.
Sonia mencoba untuk tidak ambil pusing dengan ucapan Dion tersebut, karena memang untuk sekarang dia sudah benar-benar belajar menjadi asing dihadapan pria yang sudah membersamai dirinya selama bertahun-tahun itu.
"Kali ini kita sudah membuktikan, untuk menjadi asing, baiklah semoga keasingan ini akan membuatku melupakan semua pengkhianatan yang kau torehkan untukku," ucap Sonia sambil melajukan mobilnya.
******
Sesampainya di rumah Sonia langsung menaruh belanjaannya itu ke kamarnya, setelah itu wanita cantik berambut panjang itu mulai membersihkan tubuhnya dari kotoran dan debu yang menempel.
Ternyata guyuran air di shower mampu membuat jiwanya menjadi tenang, dan damai, sesekali wanita paruh baya itu mulai mengelus perutnya yang sedikit membuncit, bahkan dirinya sempat bertanya di dalam pantulan kaca di dalam kamar mandinya.
"Hai Sonia, di usiamu yang menginjak kepala empat lebih ini, kamu di karuniai anak lagi, apa nantinya bisa kau mengimbangi anakmu di saat usiamu yang susah tidak muda lagi itu, ah rasanya sangat tidak mungkin, semoga saja kehadiran dia bisa memberi warna baru dalam hidupku," ucap Sonia dalam pantulan kaca.
Selesai membersihkan tubuhnya wanita itu langsung turun ke bawa sekedar untuk menyapa kedua orang tuanya yang masih saja setia bahkan Nehru tidak pernah melepas genggaman tangannya terhadap wanita yang sudah menemaninya hampir 50 tahun itu.
"Selamat sore Ma, Pa," sapa Sonia.
"Selamat sore juga Sayang, oh ya segera ke dapur karena Mama sudah menyuruh bibik untuk membuatkan susu mu," ujar Wanda.
"Wah, makasih ya Ma sudah menyiapkan semua untuk aku," sahut Sonia.
"Iyalah, kamu itu anak kami satu-satunya jadi sudah sepantasnya kami memperlakukan dirimu dengan baik," ucap Wanda.
Sejenak Sonia teringat akan sosok Kenzi yang sekarang tidak tinggal bersamanya, sebagai seorang ibu sebenarnya dia merasa bersedih harus berpisah dari anak sulungnya tersebut akan tetapi dia tidak bisa bersama lagi dengan papanya.
'Anakku Kenzi maafkan Mama, bukan berarti Mama tidak sayang, tapi ketahuilah Nak, meskipun saat ini Mama tidak tinggal bersamamu, akan tetapi doa Mama selalu menyertaimu,' batin Sonia.
"Nak kenapa kau begini," tegur wanita sepuh itu.
"Gak ada, aku hanya teringat Kenzi saja, yang tidak seberuntung aku, mendapatkan figur seorang ayah dan ibu bahkan sampai aku tua seperti ini, sedangkan aku merupakan ibu yang tidak bisa mempertahankan rumah tangganya," ucap Sonia dengan tatapan sedihnya.
"Nak, kau hanya gagal menjadi istri bukan Ibu, jadi selagi kesempatan itu masih ada gunakanlah dengan baik untuk memperhatikan anakmu meskipun hanya dalam via telepon ataupun media sosial lainnya, dan selalu datangi dia di momen-momen special nya," nasehat Wanda yang membuat hati Sonia sedikit tenang.
Bersambung .....
semangat thor...