"Menikahlah denganku, maka aku akan memberikan cek satu juta dolar ini padamu dan jadilah suamiku selama satu tahun," Marien Douglas.
"Jika begitu, aku tidak akan ragu asal kau mau menikahi pria cacat ini!" William Archiles.
Kedua insan yang ditemukan setelah mengalami sakit hati, memutuskan untuk menikah. William dicampakan oleh kekasihnya tepat saat dia ingin melamar kekasihnya karena kedua kakinya yang mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan, sedangkan Marien melarikan diri saat hendak dijual pada pria tua menggantikan kakaknya. Mereka berdua bertemu di tempat yang sama lalu memutuskan untuk menikah dengan tujuan masing-masing. Akankah semua berjalan sesuai dengan rencana mereka dan tanpa Marien sadari, pria yang dia nikahi bukanlah pria biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Perlu Khawatir
Marien tersadar saat sebuah tangan hangat menyentuh dahinya. Kedua mata membuka perlahan, senyuman hangat William yang pertama kali dia dapatkan karena William berada di sisinya sedari tadi tanpa meninggalkan dirinya sama sekali. William sangat mengkhawatirkan keadaannya, dia bahkan merasa tidak berguna karena tidak bisa menjaga Marien dengan baik padahal mereka berada di tempat yang sama.
Tangan William masih berada di dahi Marien lalu tangannya mengusap wajah Marien dengan perlahan. William sangat lega melihat keadaan Marien yang sudah membaik.
Akibat perutnya yang sakit, William membawa Marien ke rumah sakit tanpa membuang waktu. Marien tertidur setelah diberi obat, dia bahkan merintih akibat rasa sakit yang luar biasa. Penyebabnya sudah pasti ada pada makanan yang baru saja dia konsumsi. Dia sungguh tidak menyangka ada sesuatu di dalam makanan itu. Berutungnya dia belum mencicipi, jika dia melakukannya maka mereka akan berakhir sama.
"Bagaimana dengan keadaanmu?" tanya William.
"Di mana kita?" tanya Marien sambil melihat sekitar.
"Rumah sakit, bagaimana dengan keadaanmu sekarang. Apa perutmu masih sakit, Marien?"
"Aku rasa sudah lebih baik," Marien bangun dari atas ranjang dan beringsut agar dia bisa bersandar, "Maaf sudah membuatmu khawatir, William," Marien menunduk dan terlihat tidak enak hati. Tidak saja harus merepotkan William yang memiliki kekurangan tapi dia juga membuat pria itu berada di dalam masalah.
"Tidak masalah, Marien. Tidak perlu dipikirkan. Jika keadaanmu sudah lebih baik, sebaiknya kita pulang atau kau lebih suka tidur di sini?"
"Tentu saja tidak, jam berapa sekarang?"
"Jam sebelas!" jawab William setelah melihat jam yang melingkar di lengannya.
"Oh astaga, ayo kita pulang!" Marien turun dengen perlahan. Perutnya masih terasa nyeri namun dia tidak menunjukkan rasa sakit agar William tidak khawatir.
"Apa sudah bayar?" tanya Marien seraya mendorong William keluar dari ruangan rawat inap.
"Tidak perlu memikirkan hal itu. Kita tinggal pulang saja!" ucap William karena itu rumah sakit milik keluarganya.
"Baiklah, aku berhutang padamu. Sungguh hari yang sial, aku terlalu ceroboh dan beruntungnya kau tidak memakannya!" seharusnya dia tidak menyentuh apa pun di rumah musuh.
"Sudahlah, kita bahas di rumah. Tapi perutmu baik-baik saja, bukan?" William memastikan karena dia tidak akan membawa Marien pulang jika perutnya masih sakit
"Aku sudah baik-baik saja!" Marien menatap punggung William. Dia sangat ingin tahu, apa yang dibicarakan oleh ayahnya dan William? Tapi akan dia bertanya nanti.
Mereka segera kembali ke rumah meski sesungguhnya perut Marien semakin terasa nyeri. Marien tetap membantu William mandi, berganti pakaian dan membantunya untuk naik ke atas ranjang. Marien meninggalkan William dan pergi mandi, setelah itu dia berbaring ke atas ranjang dan terlihat sangat lelah. Gaun mahal yang dibelikan oleh William jadi sia-sia, seharusnya dia tidak perlu terlalu heboh dan sekarang, dia jadi membuat William rugi.
William mendekati Marien yang berbaring membelakanginya lalu William berbaring dan memeluk Marien, tangannya berada di perut Marien untuk memberikan usapan lembut di sana.
"Apa masih sakit?" tanyanya.
"Tidak!" Marien berbalik, senyuman menghiasi wajah. William mengusap wajah Marien dengan perlahan. Mau berapa banyak pun yang ditawarkan oleh ayah Marien, dia tidak akan tertarik karena mereka sudah terikat kontrak selama satu tahun ke depan.
"Maaf, William. Kau benar-benar terlibat masalah gara-gara aku. Inilah yang tidak aku mau, aku tidak mau kau terlibat dan sekarang, Alexa tidak akan melepaskanmu juga. Langkahmu untuk maju mungkin akan terhambat gara-gara Alexa. Aku khawatir kau akan berakhir seperti aku!"
"Tidak perlu mengkhawatirkan hal ini, Marien!" William menarik Marien mendekat lalu mendekapnya. Masalah balas dendamnya pada Fiona memang sedang dia jalankan dan tidak ada siapa pun yang bisa menggagalkannya meski pun Alexa atau suaminya yang berkuasa itu. Dia bahkan bisa membuat pria itu gulung tikar jika dia mau.
"Apa yang sedang aku lakukan, tidak akan ada yang bisa mengacaukannya. Kakakmu itu pun tidak jadi kau tidak perlu khawatir. Biarkan saja mereka menggonggong dan menganggap kita pecundang tapi ada di mana hari, kita akan membungkam mereka semua. Saat ini kita berada di pihak yang lemah namun kita akan merangkak dengan perlahan dan ketika waktunya sudah tiba, mereka tidak akan punya mulut lagi untuk menghina kita!"
"Aku hanya tidak mau kau berada di dalam masalah William karena aku tahu Alexa tidak akan berhenti apalagi dia sudah mendapatkan pendukung!"
"Sudah aku katakan kau tidak perlu mengkhawatirkan hal ini!" rambut yang menutupi dahi Marien disingkirkan lalu sebuah kecupan lembut mendarat di sana. Marien terkejut, namun perlakuan lembut yang diberikan oleh William membuatnya memejamkan kedua mata. Seperti itu sebentar tidak ada salahnya asalkan mereka tidak melewati batas. Marien bahkan melingkarkan tangannya ke tubuh William, dia merasa sudah tidak sendirian lagi.
"Apa yang kau bicarakan dengan Daddy?" akhirnya dia menanyakan hal yang sangat ingin dia tahu sedari tadi.
"Bukan hal yang penting, tentunya tidak menyenangkan!"
"Kenapa? Apa ayahku menghina dirimu?"
"Itu hal biasa, tidak perlu dibesar-besarkan. Aku pun tidak keberatan dengan penghinaan yang dia berikan. Biarkan saja, apa pun yang mau orang katakan tentang aku, aku tidak mau peduli lagi!"
"Maafkan aku, William!"
"Hei, lagi-lagi kau mengatakan hal seperti itu!"
"Aku benar-benar minta maaf. Aku hanya bisa mempersulit dirimu saja. Selain penghinaan Alexa, kau pun harus mendapatkan penghinaan dari ayahku. Lain kali aku tidak akan membiarkan hal ini terjadi, aku berjanji padamu!"
"Aku tidak selemah yang kau kira, Marien. Penghinaan mereka berikan tidak perlu dibahas karena yang paling penting saat ini adalah, keadaan perutmu. Apa benar kau baik-baik saja?" ini yang paling penting karena dia akan membalas apa yang telah Marien dapatkan.
"Hm, aku yang terlalu bodoh. Seharusnya kita tidak menyentuh apa pun di rumah musuh. Aku sangat bersyukur kau tidak mencicipi makanan itu jika tidak, kita akan berakhir sama!"
"Yeah, kita akan keluar dari rumah itu sambil merangkak jika kita berdua sama-sama sakit perut. Aku tahu kau pasti sudah menahannya sambil menunggu aku!"
"Aku tidak mau Alexa melihat kelemahanku oleh sebab itu aku harus menahannya. Dia sengaja ingin membuat aku malu di depanmu juga di depan semua orang. Kau bisa melihat sendiri bagaimana dia menghalangi kita, dia memang sengaja ingin membuat kita malu!"
"Tentang masalah ini!" William mengusap kepala Marien dengan perlahan, "Maukah kau memeprcayai aku, Marien?" tanyanya.
"Apa yang mau kau lakukan?" Marien mengangkat wajah, menatap Willian dengan ekspresi ingin tahu.
"Percayalah padaku, itu yang aku inginkan karena aku akan membalas apa yang kau alami malam ini. Aku akan membalas lebih kejam lagi jadi percayalah padaku dan serahkan padaku. Aku akan memberikan kejutan untukmu nantinya!"
"Baiklah!" Marien kembali memeluknya, "Aku mempercayaimu, William!"
"Senang mendengarnya, Marien!" William kembali mencium dahinya. Hubungan yang manis bahkan terasa lebih manis dari pada hubungannya dengan Fiona. Mereka cukup kompak, dan Marien memiliki sifat yang cukup menyenangkan. Meski hubungan mereka hanya sampai tahun depan tapi dia akan menunjukkan tanggung jawabnya sebagai suami Marien meski dia hanya suami palsu dan dia akan membalas orang-orang yang menyakiti Marien. Tunggu saja, Alexa akan mengalami apa yang Marien alami tidak lama lagi.