NovelToon NovelToon
Menikah Karena Fitnah

Menikah Karena Fitnah

Status: tamat
Genre:CEO / Pernikahan Kilat / Identitas Tersembunyi / Romansa / Tamat
Popularitas:852.3k
Nilai: 4
Nama Author: Kopii Hitam

Niat hati hanya ingin menolong seorang pria yang baru saja mengalami kecelakaan motor tunggal di jalanan, namun keadaan itu malah dimanfaatkan oleh seorang wanita yang tidak bertanggung jawab.

Alana dipaksa menikah hari itu juga oleh segerombolan orang-orang yang menangkap basah dirinya bersama seorang pria di sebuah kontrakan. Alana tidak dapat membela diri karena seorang wanita berhasil memprovokasi massa yang sudah berdatangan.

Bagaimanakah cara Alana menghadapi situasi ini?
Bisakah dia mengelak atau malah terpaksa menikah dengan pria itu? Pria yang tidak dia kenal sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24.

Ketika Alana hendak membuka pintu, Azzam tiba-tiba memeluknya dari belakang. "Jangan pergi, tetaplah tinggal di sana!" pinta Azzam, dia tau Alana tidak memiliki tempat tinggal lagi selain apartemen itu. Kemana Alana akan pergi?

Alana menitikkan air mata, dadanya masih sesak mengingat ucapan Azzam tadi. "Untuk apa? Bukankah aku bukan siapa-siapa lagi bagimu? Aku tidak pantas menempati apartemen itu."

Azzam menyibakkan rambut Alana ke depan dan mencium tengkuk istrinya itu berulang kali. "Kamu sangat berharga bagiku, aku tidak ingin melihatmu menderita di luar sana."

"Memangnya kenapa kalau aku menderita? Bukankah itu yang kamu inginkan?"

Alana terisak mengingat sikap acuh tak acuh Azzam padanya, padahal dia sudah berusaha membuka hati dan belajar menerima Azzam sebagai suaminya, tapi sedikit kesalahpahaman telah menghancurkan segalanya.

"Tidak Alana, aku tidak pernah menginginkan itu. Tolong mengertilah, aku hanya ingin melihatmu bahagia. Aku tau bagaimana rasanya kehilangan orang yang sangat kita cintai, jangan sampai kamu menyesal kehilangan pria yang kamu cintai itu!" lirih Azzam dengan suara bergetar, hatinya teriris mengatakan itu.

"Berapa kali harus ku katakan padamu? Aku tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan pria itu. Aku tidak pernah bertemu dan berkomunikasi dengannya. Pertemuan itu tanpa disengaja, dan aku tidak punya perasaan apa-apa lagi padanya." sergah Alana tersulut emosi.

"Cukup membahas pria itu, aku lelah berdebat terus denganmu. Jika kamu tidak bisa mempercayaiku, lalu untuk apa hubungan ini dilanjutkan? Biarkan aku pergi, bila perlu aku akan menghilang dari hidupmu selamanya." isak Alana.

Azzam terkejut mendengar ucapan Alana barusan, dia sendiri tidak akan sanggup kehilangan Alana. "Jangan berkata seperti itu, aku juga akan lenyap dari dunia ini jika kamu menghilang dariku."

"Lalu aku harus bagaimana, Azzam? Kamu masih marah padaku gara-gara kejadian itu, tapi kamu juga tidak mau melepaskan aku. Apa yang harus aku lakukan?" isak Alana sesenggukan.

Azzam melepaskan pelukannya dan memutar tubuh Alana, keduanya saling berhadapan dengan air mata yang terus mengalir di pipi masing-masing.

"Jangan menangis lagi, aku mohon!" Azzam menyeka pipi Alana dengan telapak tangannya, dia tidak sanggup melihat itu.

Alana tidak bisa menahan kesedihan di hatinya lalu melemparkan tubuhnya ke pelukan Azzam. "Maafkan aku, aku janji akan menghindar jika bertemu dengan pria itu, aku juga akan berusaha menjadi istri yang baik untukmu."

"Sudah, jangan bicara lagi! Aku tidak pernah marah padamu, aku hanya kecewa pada diriku sendiri."

Azzam mendekap Alana erat dan mengusap punggungnya dengan penuh kelembutan.

Setelah tangisan Alana mereda, Azzam melepaskan tubuh istrinya itu dan membawanya kembali ke brankar. Meski dalam keadaan pincang, Azzam masih menguatkan diri untuk melangkah.

Lalu keduanya duduk di sisi brankar, Alana merebahkan kepalanya di bahu Azzam dalam keadaan tersedu.

"Sudah, jangan menangis lagi! Aku akan pulang ke apartemen, aku tidak akan ke mana-mana." bujuk Azzam sembari mengusap kepala Alana dengan sayang.

"Janji?" Alana mendongak menatap wajah suaminya itu.

"Iya, aku janji." Azzam sedikit menunduk membalas tatapan Alana dan kembali menyeka wajahnya.

Tanpa meminta izin, Azzam mengecup kelopak mata istrinya itu, kemudian mencium kening, hidung dan pipi Alana dengan lembut.

"Kenapa berhenti?" tanya Alana setelah Azzam menjauhkan bibirnya.

Azzam mengukir senyum dan mengacak rambut Alana gemas.

"Azzam..." keluh Alana dengan bibir mengerucut.

"Hehe... Aku takut dipukul lagi, rasanya tidak enak." seloroh Azzam tertawa kecil lalu membaringkan diri di brankar.

Alana mengambil kunci apartemen yang tadi dia taruh di brankar. Dia meminta izin untuk pulang, dia belum sempat mandi karena tidak memiliki pakaian ganti.

Saat hendak meninggalkan ruangan, tiba-tiba pintu terbuka. Alana urung melangkahkan kakinya ketika mendapati seorang perawat yang datang membawakan makanan untuk Azzam.

Dari arah belakang, Erni dan Ijah menyusul masuk setelah memastikan putra dan menantunya sudah bangun.

Perawat itu menyodorkan sebuah nampan ke tangan Alana, gadis itu mengambilnya dan menaruhnya di atas nakas.

Sadar akan kedatangan Erni yang tidak diundang, Azzam lantas membuang muka ke arah lain.

Alana yang tidak mengenal Erni sontak mengernyit dan memutar leher ke arah Azzam. Alana kian kebingungan melihat suaminya memalingkan muka.

Lalu Azzam berkata pada perawat yang tengah mengganti infus.

Azzam mengutarakan niatnya yang ingin rawat jalan karena merasa tubuhnya sudah membaik.

Tentu saja hal itu bukan alasan utama, yang jelas Azzam tidak ingin berlama-lama melihat wajah Erni.

Erni tidak mengatakan apapun setelah mendengar ucapan Azzam tadi, dia justru fokus menatap Alana dan mengajaknya ke luar. Ada yang ingin dia katakan pada menantunya itu.

Mendengar Erni mengajak Alana ikut bersamanya, Azzam sontak memutar leher dan menatap wanita itu tajam. Azzam melarang istrinya menuruti permintaan sang ibu.

Alana sendiri semakin kebingungan melihat sikap dingin Azzam itu, seketika ingatan Alana tertuju pada ucapan suaminya beberapa hari yang lalu.

Ya, agaknya Alana mulai mengerti kenapa Azzam bersikap demikian. Alana pun mencoba meyakinkan suaminya, dia tidak akan lama.

Awalnya Azzam menentang keras permintaan istrinya itu, tapi Alana berusaha membujuknya hingga Azzam pun terpaksa mengizinkannya.

Sesampainya di luar, Erni mengajak Alana duduk di kursi tunggu. Wanita paruh baya itu sangat senang melihat Alana yang berhasil meluluhkan kerasnya hati Azzam, Erni yakin Alana mampu mengubah Azzam menjadi pria yang lebih baik.

Sebelum mengatakan apa yang ingin dia sampaikan, Erni memperkenalkan dirinya terlebih dahulu, Erni bahkan tidak sungkan memeluk menantunya itu.

"Terima kasih telah bersedia menjadi menantu Ibu, Ibu senang karena sekarang Azzam sudah tidak sendiri lagi."

Erni mengusap rambut Alana layaknya anak sendiri. Dia yakin Alana adalah wanita yang baik, dari cara Alana berbicara Erni sudah bisa menilainya.

"Tolong jaga Azzam untuk Ibu, belajarlah memahaminya! Dia sebenarnya anak yang baik, hanya saja terkadang sikapnya terlalu kekanak-kanakan. Dia merasa semua orang telah meninggalkannya, dia butuh perhatian layaknya anak kecil." jelas Erni.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Azzam mengasingkan diri dari keluarganya sendiri?" tanya Alana ingin tau.

Erni menghela nafas panjang dan membuangnya kasar. "Ceritanya panjang, Ibu sendiri tidak tau bagaimana cara memulainya."

"Intinya tolong tetaplah bersama Azzam, Ibu lihat dia sangat nyaman bersamamu." imbuh Erni.

"Ya, aku akan belajar mengerti dia." angguk Alana.

"Sekali lagi terima kasih. Ibu akan menceritakan semuanya padamu, tapi bukan sekarang. Azzam tidak suka menunggu lama, Ibu tidak mau melihat kalian bertengkar."

Erni mengeluarkan ponsel dari tas dan meminta nomor Alana.

Setelah Azzam sembuh, dia akan mengatur waktu untuk bertemu dengan menantunya itu dan menceritakan semuanya. Erni yakin Alana bisa membuat Azzam melunak seiring berjalannya waktu.

"Masuklah!" ucap Erni, lalu dia pun memilih pergi dari rumah sakit.

Hatinya cukup lega setelah menitipkan Azzam pada Alana. Erni yakin Alana bisa mewujudkan keinginannya. Alana pasti bisa mencairkan hati Azzam yang sudah mengeras seperti batu gunung.

1
Anjelie Sharma
kok ending nya gini aj
Anjelie Sharma
critane mbulet
tukaran tok
Joko Idena
sangat seru dan cerita nya menguras air mata,tp sayang cerita nya gk ada lanjutan,berhenti di tengah jln
Kopii Hitam: maaf ya kk, waktu itu author sakit jadi tidak bisa melanjutkan
total 1 replies
Hasanah
aastga
Omah Tien
paling malas lihat cewe nya g tau diri so
oma lina katarina
nah gitu dong
oma lina katarina
kurang apa si Azzam, ganteng,, mapan , Alanna nya ga tau diri ,,jadi kesel sendiri
oma lina katarina
belagu Alanna nya kadang bikin sebel , jadi bukan kasian ,, sok, ga tau diri dah di sayang banyak tingkah
Diah Anggraini
azzam semangat donk.. kalo azzam nyerah saya sedih nih bacanya
Yosef Sudin
putar keliling cari terus alur ceritanya, belum ada tujuan yang jelas
Nelviati 17
kok kek gini outhor buat cerita nya dari salah paham trus emosi jg lama2 bacanya
Nelviati 17
kok kem gitu alana kurang suka ah sifatnya sama Azzam
I'iss Bundanya Queisha
outhor nya pasti agak rada2,GK masuk akal bget ceritanya,
Atika1234 Atika
capek bacanya
Yunik Yuliatin
Sungguh membagongkan...😃😃
Heintje Anumpitan
azzam nya yg bego,,,,
Bu Zahwawe
cerita ini sebenernya mau d bawa kemana,, muter"
Yuli Yuli
cm sgtu kurang seru
Yuli Yuli
akhirnyaaaa....
Yuli Yuli
bonusnya cm dikit
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!