Perjanjian antara sang Daddy dan Queena, jika dia sudah berusia 18 tahun dia diperbolehkan berpacaran.
"Daddy! Aku sudah mempunyai pacar! Aku sangat menyukainya."
Saat Queena mengatakannya, seakan dunia menjadi gelap. Vard Ramberd seketika emosi. Ia tak rela pria lain memiliki Queena, gadis itu adalah miliknya!
Dengan kasar Vard memanggul tubuh Queena di pundaknya, menjatuhkan gadis itu ke atas ranjang menindihnya. "Queena, kau selamanya adalah milikku!"
Setelah Vard menodai paksa Queena, gadis itu memandang penuh benci pada sang Daddy. "Aku membencimu, Vard Ramberd! AKU MEMBENCIMU!!!"
---Kuy ikuti kisahnya, lovers ♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Jahat Yang Telah Merenggut Hidup Mommy-ku.
Vard mendorong tubuh Xavier ke dinding, "Selama kau masih berhubungan dengan tunangan mu, aku akan terus mengganggu kehidupan pribadimu. Ingat ini, lepaskan Esther dari sekarang atau kau akan menyesal. Kau tidak tau apa-apa tentang Esther, jika kau menariknya ke dalam hidupmu itu akan membahayakan nya. Meskipun dengan cara picik, aku akan melindungi wanita yang aku cintai! Aku ingatkan sekali lagi, menjauhlah dari Esther!"
Setelah mengatakan nya Vard keluar dengan wajah berdarah juga wajah bengkak nya.
Xavier mengatur nafasnya, ia berjalan terpincang ke arah cermin di dalam toilet. Ia melihat wajahnya sama bonyoknya dengan si brengsek Vard. "Sial! Aku harus berkata apa pada Esther? Tapi, apa maksud dari ucapan si bajingan itu?"
Ia merogoh ponselnya, menelepon Esther. "Halo, Esther. Begini, tiba-tiba mamaku telepon. Ada sesuatu terjadi di rumah, maaf aku harus pergi lebih dulu. Kamu tidak apa-apa, kan?"
"Tentu saja, Xavier. Keluarga nomber satu, oke."
"Sekali lagi aku minta maaf, padahal aku yang mengajakmu makan. Hati-hati, aku pergi." Xavier melihat lagi wajahnya di dalam pantulan cermin, "Sial! Aku masih ingin bersamanya. Hahhh..." ia berjalan keluar toilet pergi ke parkiran dari jalan samping. Saat diluar sebelum masuk mobil ia menatap ke dalam ke tempat duduk Esther, menghela nafas panjang lalu masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobil pergi dari parkiran Restoran.
"Presdir, pria itu sudah pergi. Aku lihat kakinya berjalan pincang sebelah," ujar Taylor.
"Siapa yang lebih parah? Aku atau dia?"
"Kalian sama-sama terluka, aku kira itu seimbang." Jujur Taylor tapi ia mendapatkan delikan kesal dari sang Bos. "Aku hanya jujur. Apa kita akan pergi sekarang, bukankah Anda harus pergi memeriksakan tubuh Anda ke Dokter?"
Vard menghembuskan nafas pelan, saat menarik nafas dadanya terasa sakit sepertinya pukulan Xavier padanya sangat kuat, "Tunggu Queena aman keluar dari Restoran, dia pasti naik kendaraan lain karena si brengsek itu meninggalkan nya di Restoran."
Benar saja tak berapa lama ia melihat Queena keluar Restoran dan menunggu taxi di jalan raya. Vard terus mengikuti Queena sampai wanita itu kembali ke kantor. "Dia sudah aman, sekarang bawa aku pergi ke Dokter. Ah, mengenai tunangan Xavier minta seseorang membuntuti dia, aku khawatir dengan Queena."
"Baik, Presdir."
Sedangkan di dalam toilet di sekolah, bocah iseng itu sedang tertawa terbahak-bahak. Ia melihat kedua laki-laki yang sedang mendekati sang Mommy keluar dari dalam toilet dengan wajah babak belur.
"Astaga, Mom. Aku menjadi kasihan dengan dua pria ini, apa mereka akan berakhir saling membunuh karena memperebutkanmu. Hahaha..." tak dipungkiri Justin merasa puas melihat wajah Daddy-nya bengkak dan berdarah.
Mata Justin tiba-tiba menggelap, "Tapi sayangnya, aku juga tidak bisa mendukungmu Paman Xavier. Latar belakangmu aku tidak suka, apalagi kamu sudah mempunyai tunangan, Paman. Yang lebih parahnya lagi keluarga tunanganmu adalah musuhku dan Ibuku, Paman. Keluarga jahat yang telah merenggut hidup Mommy-ku!"
***
Di kediamannya, Xavier sedang diobati Dokter pribadi nya. Pria itu meringis saat diobati.
"Xavier, sejak tadi mama tanya. Siapa orang yang berani memukulimu?" sang Mama merasa marah melihat wajah putranya berdarah dan bengkak, apalagi saat melihat kaki anaknya itu pincang.
"Aku sudah bilang, ini hanya salah paham. Arghtt... Dok, hati-hati disitu sangat sakit."
"Xavierr, sayang... ada apa?" tunangan nya, Sabrina berlari masuk ke dalam kamar.
Xavie menutup matanya kesal saat melihat tunangan nya, sudah jelas sejak lama dia sudah memutuskan pertunangan.
"Sabrina, kamu sudah datang." Ujar Mama Xavier.
"Ya, Bibi Julia. Ada apa dengan Xavier?"
"Entahlah, Bibi terus bertanya tapi dia tak mau mengatakan nya. Coba kamu tanyakan sendiri, Bibi akan menyiapkan cemilan untuk kalian berdua. Dokter, apa sudah selesai?"
"Sudah, Nyonya."
"Kalau begitu ikut aku keluar," Julia berjalan keluar meninggalkan putranya dengan Sabrina berdua di dalam kamar.
Setelah hanya tinggal berdua di kamar Xavier, Sabrina duduk di pinggir ranjang.
"Ada apa? Siapa yang melakukannya padamu, Xavier?"
Xavier membuka matanya, ia menatap benci wanita itu. "Ini bukan urusanmu, kita sekarang hanya berpura-pura bertunangan karena aku masih menghargai persahabatan dua keluarga. Kau mengerti dengan pasti, aku sudah memutuskan pertunangan denganmu setahun lalu saat kau mengkhianatiku, Sabrina Oliver!"
Wanita itu menghela nafas pelan, " Kamu juga mengerti dengan pasti, kenapa aku mengkhianatimu. Kau selalu menyamakan ku dengan Krystal, dia sepupuku yang kau sukai sejak kecil. Kau selalu mengingat sepupuku yang sudah mati bersama orang tuanya itu! Kau harus memposisikan dirimu di posisiku, aku mencintaimu tapi kau selalu mencari sosok Krystal padaku!"
"Kau juga harusnya tau diri, Sabrina! Sejak awal Krystal yang bertunangan denganku, kami harusnya sudah menikah. Kau hanya pengganti dia!" teriak Xavier emosi saat mendengar Sabrina terus mengungkit kematian Krystal. Ia sangat menderita saat 20 tahun lalu menerima kabar jika mobil Krystal dan kedua orang tua gadis kecil berusia 6 tahun itu masuk ke dalam jurang. Dia dan Krystal selalu bersama, meskipun berbeda 8 tahun tapi Krystal selalu bergelayut manja padanya dan mengatakan akan menjadi istrinya saat dewasa. Setelah kematian Krystal, untuk memperbaiki ikatan dua keluarga, dia harus bertunangan dengan Sabrina yang adalah anak perempuan dari pewaris baru keluarga Oliver. Karena setelah kematian Krystal dan kedua orang tua gadis kecil itu, orang tua Sabrina lah yang menjadi pewaris kekayaan Oliver.
"Xavier, saat ini aku tidak ingin bertengkar denganmu. Istirahatlah, aku pergi. Satu lagi, jika kau ingin memutuskan pertunangan ini, bicaralah pada orang tuamu dan keluargaku. Kita lihat, bagaimana nasibmu dan keluargamu saat berpisah dariku." Ancam wanita itu, kemudian wanita itu keluar dari kamar Xavier dengan wajah congkaknya.
"Sial! Aku belum bisa mengatakan pada Papa dan Mama, aku belum berhasil mengumpulkan banyak saham," kesalnya, ia mengambil ponsel menatap wajah Esther di galeri foto, " Kamu sangat mirip dengan Krystal, Esther. Karena itu lah aku sangat tertarik padamu dan sekarang aku benar-benar sangat menyukaimu. Aku tidak ingin kehilanganmu, seperti aku kehilangan Krystal."
Pria dengan masa lalu yang menyedihkan itu terus memandangi wajah Esther sepanjang malam, mengelus sayang wajah cantik di layar ponsel.
ada lagi?🙃