NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Jatuh Cinta

Biarkan Aku Jatuh Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:11.8M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

BIARKAN AKU JATUH CINTA
Ig @authormenia

Akbar diundang ke SMA dan bertemu dengan Ami yang muda dan cantik. Hatinya terasa kembali pada masa dia masih muda, bagaikan air dingin yang dituangkan air mendidih. Dia menemukan jiwa yang muda dan menarik, sehingga dia terjerumus dalam cinta yang melonjak.
Akbar menjalin hubungan cinta dengan Ami yang berumur belasan tahun.
Bagaimana hubungan dengan perbedaan usia 16 tahun akan berkembang?
Bagaimana seorang gadis yang memutuskan untuk menikah muda harus berjuang untuk mendapatkan persetujuan dari keluarganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Layang-Layang Terbang Bermanuver

Ami menatap wajah tampan yang sedari tadi tertawa lepas dan kini terkekeh. Ugh, kenapa wajah Kak Akbar gak bosan untuk dipandang sih, suara hatinya berdemo.

"Makasih ya, Selimut. Kamu memang smart girl. Gombalanmu tuh selalu ngangenin. Bikin hati happy. Boleh gak kalau Kak Akbar sayang sama Ami?" Akbar menatap lembut dan tersenyum simpul.

Ami ditatap sedemikian rupa serta mendapat pertanyaan seperti itu, membuat jantungnya kelojotan. Wajah terkesiap. Lupa bernafas.

"Amiiiii." Teriakan Aul terdengar keras di luar kamar diiringi ketukan pintu.

Sontak Ami terjengit. Kembali pada kesadarannya. Ia menoleh ke arah pintu yang sebelumnya sudah di kuncinya.

"Kak, udahan dulu ada Teh Aul." Ami berucap pelan dan tergesa. Ia melambaikan tangan sebelum akhirnya memutus panggilan video tanpa menunggu jawaban Akbar.

"Amiiiii." Ketukan di pintu pun berulang.

Ami bergegas membereskan baju yang berserakan di kasur. Dimasukkan lagi dengan asal ke dalam lemari. Yang penting di luar keliatan rapih. Membuka pasmina dan mengganti baju atasan dengan kaos tidur Doraemon.

"Amiiiii." Teriakan Aul yang ketiga kalinya diiringi memutar gagang pintu.

"Ya, sebentar." Teriak Ami sambil mendekati pintu.

"Lagi apa sih? kenapa lama bukanya?" Aul melipat kedua tangan di dada dengan tatapan memicing.

"Aku denger, cuma lagi tanggung di kamar mandi, Teh." Ami beralasan. Dalam hati meminta maaf karena sudah berbohong.

"Lagian masih sore udah kunci pintu segala." Aul masih mengutarakan keheranannya.

"Kan aku abis mandi. Takutnya pas lagi pakai baju ada yang nyelonong buka pintu." Ami kembali beralasan.

Aul tidak lagi bertanya berkepanjangan. Ia masuk dan duduk di tepi ranjang adiknya itu. "Ami jadi liburan ke Jakarta gak?" ujarnya memastikan lagi keinginan Ami yang pernah disampaikan beberapa waktu lalu.

Ami ikut naik ke atas ranjang. Duduk sila sambil memeluk bantal guling. "Iya jadi dong. Aku udah bilang ke Teh Puput. Emang kenapa?"

"Tadi Kak Panji telpon ngajakin ketemu desainer di Jakarta. Maksud teteh, kita bareng aja berangkatnya. Hari apa kira-kira?" Aul menatap serius.

"Iyes. Mau banget pergi bareng. Jum'at aja setelah Ibu pulang ambil raport, gimana?" Ami nampak berbinar dan bersemangat.

"Nanti teteh konfirmasi dulu ke Kak Panji." Aul pun beranjak turun dari ranjang.

"Teh, aku mau ajak Padma juga ah." Teriak Ami saat Aul sudah keluar dari pintu. Terdengar jawaban iya meski sosok kakaknya itu sudah tidak kelihatan.

Ami menghembuskan nafas panjang. Rasanya baru saja jadi maling yang tertangkap basah. Mana belum sempat menjawab pertanyaan Akbar lagi.

"Duh, maksud Kak Akbar sayang sebagai apa ya?" batin Ami menduga-duga Beralih memutar-mutar ponselnya. Mempertimbangkan apakah melanjutkan lagi video call atau tidak. Namun melihat jam menunjukkan beberapa menit lagi waktunya magrib. Ia memutuskan menyimpan ponselnya dan beranjak keluar kamar.

Sementara itu Akbar merasa kecewa karena belum sempat mendengar jawaban Ami. Namun setelah dipikir-pikir, ia justru menyesal karena terlalu cepat mengutarakan perasaan. Harusnya nunggu sebentar lagi Ami berumur 17 tahun. Ketukan di pintu terdengar lagi. Membuatnya tersadar dari lamunan. Bergegas membukakan pintu.

"Mas Akbar dipanggil Bapak sama Ibu." Ucap Mbok Narti dengan sopan.

"Oke, Mbok. Bentar lagi aku turun." Sahut Akbar. Ia membuka lagi ponselnya untuk memastikan adakah pesan baru dari Ami. Ternyata tidak ada. Barulah pergi meninggalkan kamarnya.

Akbar duduk berhadapan dengan Papa Darwis dan Mama Mila di sofa ruang tengah. Mamanya mulai mengecilkan volume suara tv. Menandakan akan ada obrolan serius. Bahkan Iko saja hanya melintas, tidak ikut bergabung.

"Bar, Gita kerjanya gimana setelah lima tahun jadi sekretaris?" Papa Darwis mulai membuka suara. Menatap putra sulungnya dengan wajah serius.

"Gita kerja profesional. Sekretaris handal. Kenapa emang, Pa?" Akbar tidak terlalu heran karena sudah ada bocoran dari Gita.

"Kemarin waktu di Singapore, Papa ketemuan sama Jafar. To the point aja, Papa nya Gita itu ngajak besanan." Papa Darwis mengamati reaksi wajah Akbar.

"Terus Papa jawab apa?" Akbar dengan santai mencomot anggur merah yang ada di meja. Mengunyahnya dua butir sekaligus.

"Papa bilang keputusan ada di Akbar. Tapi saran Papa, kalau Akbar masih juga belum punya calon istri, kenapa harus bingung nyari. Apalagi CV yang ditawarkan mamamu juga kata Leo gak ada yang cocok. Udah aja Gita. Cantik udah pasti. Attitude dia bagus, keluarga udah saling kenal." Jelas Papa Darwis.

"Tapi Akbar gak ada rasa cinta sama Gita, Pa. Di luar kantor, Akbar anggap Gita seperti adik." Elak Akbar.

"Bar, nikah aja dulu tapi sambil buka hatimu. Nanti juga cinta akan datang karna terbiasa bersama. Gak ada jaminan saling cinta bakal bahagia. Liat aja tuh artis yang kemarin viral pacaran pada bucin. Tiap muncul di tv mesra terus. Eh, nikah belum seumur jagung viral lagi KDRT. Ya kan, Ma?" Papa Darwis menoleh pada Mama Mila. Karena tahu gosip artis itu dari istrinya. Ia mana suka nonton acara infotainment.

"Iya, Bar. Mama idem sama saran Papa." Mama Mila mulai menyahut.

"Emangnya Papa sama Mama dulu nikah tanpa cinta juga?" Akbar menaikkan satu alisnya.

"Saling cinta dong. Malah Papamu tuh yang bucin. Sering datang apel ke Surabaya bela-belain gaji magang abis buat tiket naik kereta Bandung Surabaya." Mama Mila mendahului menyambar menjawab. Sementara Papa Darwis bereaksi mesem-mesem.

"Nah ini bukti menikah atas dasar saling cinta. Dan sampai sekarang Papa sama Mama harmonis. Jadi Akbar juga mau nikah karena dasar cinta juga. Dan Papa sama Mama tenang aja. Akbar udah punya calon kok. Nanti akan dikenalin kalau udah pas waktunya. Sudah ya jangan bahas-bahas lagi jodoh perjodohan. Anak Papa Mama ini bukan gak laku. Hanya masih mencari pasangan hidup terbaik." Akbar menerangkan panjang lebar.

"Siapa sih, Bar. Mama kan jadi kepo. Orang Tasik, ya?" Mama Mila mencoba mengorek.

"Bukan, Ma. Jangan dulu kepo. Nanti keriput wajahnya lho Ma. Bisa-bisa Papa diculik sama yang pakai hotpant." Akbar mulai lagi aksi jahilnya.

"Kalau penculiknya cantik dan seksi gitu, Papa gak akan melawan." Papa Darwis makin sengaja memancing reaksi sang istri.

"Lihat saja! Dipastikan burung Papa akan Mama sunat lagi pakai tangan Mama sendiri." Mama Mila membuat gerakan tangan menebas leher.

Akbar tertawa melihat Papanya bergidik dan mendapat timpukan bantal Mama Mila. Menjadi celah jalannya untuk kabur.

"Bar, tapi nanti nikahan Iko diajak kan calonmu itu?" Teriak Mama Mila.

Akbar yang baru menaiki dua titian tangga, memutar badan. "Maybe yes, maybe no," ujarnya sambil mengangkat bahu. Ia kembali menaiki tangga. Tersenyum simpul mendengar gerutuan mamanya.

***

Tak terasa waktunya berangkat ke Jakarta tiba. Ami sudah selesai packing pakaian ke dalam travel bag. Selepas sholat jum'at lebih tepatnya jam dua siang nanti, Panji dan Padma akan datang menjemput. Libur telah tiba, soraknya dalam hati. Kini ia sedang menunggu Ibu yang sedang mengambil raport ke sekolah.

Ami hanya memutar-mutar ponsel usai sejenak melihat medsos. Orang yang ingin dihubungi sepertinya sedang sibuk. Padahal mau bilang akan ke Jakarta siang ini. Ia urung mengetikkan pesan.

Sejak video call sore itu, selanjutnya tidak dibahas lagi tentang pertanyaan yang belum dijawab Ami. Malah esoknya Akbar mengabari bersiap pergi ke Malaysia selama seminggu. Alhasil, sudah dua hari ini tidak ada komunikasi dengan Akbar. Merasa ada sesuatu yang hampa.

"Assalamu'alaikum." Ami terperanjat bangun dari tidurannya di sofa begitu mendengar suara ibunya. Bergegas mendekati sambil menjawab salam.

"Ibu, aku ranking berapa?" Ami menjegal langkah ibunya dengan rasa penasaran akut.

"Nilainya beda sama semester satu. Kenapa bisa berubah?" Ibu Sekar membuka tasnya untuk mengeluarkan raport.

"Wah turun ya, Bu." Ami berubah mengerucutkan bibir. Buru-buru membuka raportnya untuk memastikan.

"Arggh, Ibu ngeprank. Alhamdulillah yes!" Ami memekik keras dan memeluk Ibu Sekar sambil berjingkrak-jingkrak senang. Ia kembali meraih ranking pertama di kelasnya.

Ibu Sekar terkekeh melihat Ami yang segera memotret raport. Sudah bisa ditebak akan diposting di grup keluarga.

[Hadiahnya, Bro sis!]

[Si bungsu rank atu lagi nih🤸]

Dua pesan mengiringi foto raport yang sudah dilampirkan di grup keluarga berisi Ibu, ketiga kakaknya, juga kakak ipar.

"Alhamdulillah...ate Ami juala. Aa mau ngasih hadiah kelupuk. Hihihi." Rasya lebih dulu membalas dengan voice note.

Ami dan Ibu terkekeh bersamaan. Isengnya Rasya memang terkontaminasi oleh Ami.

"Hadiahnya mau dedek Rayyan aja. Ate sekarang mau berangkat ke Jakarta. Nanti dedek Rayyan mau Ate bawa ke Ciamis." Ami balas menjawab dengan voice note.

"Oh tidak bisa Malimal!" Suara Rasya terdengar menggemaskan. Membuat Ami tergelak dan Ibu terkekeh.

Sambungan beralih video call. Dan wajah Puput serta Rasya tampil di layar. "Ami, jadi berangkat sekarang?" Tanya Puput.

"Jadi, Teh. Jam dua an dari sini." Sahut Ami. Kemudian obrolan menjadi panjang karena Aul yang baru datang, ikut nimbrung. Pembahasan melebar membicarakan hasil video call dengan Zaky yang bisa datang di acara lamaran maupun nikahan sesuai waktu yang sudah ditentukan.

Panji dan Padma datang menjemput di jam dua siang. Berpakaian santai karena perjalanan jauh akan ditempuh. Masuk ke dalam rumah tanpa sungkan karena sudah terbiasa.

"Munaroh, tos dulu kita." Ami beradu kedua telapak tangan dan berakhir beradu pinggul dengan Padma. Karena sama-sama menjadi juara kelas. Sontak saja suasana rumah semakin berisik karena cekikikan dua remaja itu.

"Nanti Kak Panji kasih hadiahnya di Jakarta. Bebas pilih sendiri di mall." Panji memberi apresiasi untuk duo M itu. Marimar dan Munaroh.

"Cakeeep." Kompak Ami dan Padma sambil mengacungkan jempol.

Usai berpamitan kepada Ibu, semuanya masuk ke dalam mobil. Sesajen untuk di perjalanan disimpan di depan kaki biar mudah saat mengambil.

"Jangan lupa berdoa. Jangan ngebut ya, Panji!" Ibu berwasiat begitu mesin mobil sudah dihidupkan. Ia membalas lambaian tangan anak-anaknya itu yang membuka kaca sampai bawah. Hingga mobil pun menjauh dan hilang dari pandangan.

"Yang, air mineral udah beli belum?" Panji menoleh sekilas. Kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya. Menambah cool penampilannya.

"Udah, Kak. Mau minum sekarang?" Aul sudah menyimpan dua botol minuman di sekat pintu mobil. Termasuk untuk dua penumpang di belakang, sudah ada di kantong sesajen Ami.

"Nanti aja. Maksudnya kalau belum, kita mampir dulu ke mart." Panji memperjelas tujuannya.

"Layang-layang terbang bermanuver. Teh Aul yang dipanggil Ayang, kenapa aku yang laper." Celetuk Ami dengan santai.

"Baper kali, bukan laper." Ralat Padma sambil terkikik.

"Ih, beneran laper aku mah." Ami membuka goodie bag berisi aneka cemilan. Ia lebih dulu mengeluarkan salah buah yang dibuat dadakan.

"Kak Panji mau salad buah? Ini Teh Aul yang bikin. Nanti disuapin juga sama Teh Aul." Ami sengaja membawa salad menjadi empat kotak. Lagi-lagi Aul menjadi korban keisengannya.

Panji mengulum senyum sambil pandangan fokus menatap jalanan di depannya. "Nanti aja, Mi. Pas istirahat aja disuapinya biar terasa enaknya salad buatan Ayang." Ia pun terpancing menggoda Aul.

"Hadeuh, kamu tuh jadi ketularan Ami." Aul mencolek pinggang Panji dengan gemas. Panji terkekeh sambil melirik sekilas.

"Pergi ke Uganda memakai sarung." Ucap Ami.

"Aduh, nggak deh. Nanti melorot bahaya." Sahut Padma yang kemudian terkikik.

"Hais. Bilang cakep gitu." Protes Ami dengan mata melotot. Padma bukannya takut, malah tambah cekikikan.

"Iya deh ulang lagi, Mi!" Padma pun mingkem menahan senyum.

"Pergi ke Uganda memakai sarung."

"Cakep." Padma mengacungkan satu jempolnya.

"Mereka yang becanda, kita diam jadi patung." Ami menempelkan telunjuk di depan bibirnya.

Suasana pun berubah senyap. Yang disuruh becanda pun hanya saling lirik dan menahan senyum. Sengaja diberi kesempatan malah menjadi gagu.

"Mi, Teh Aulnya sakit gigi. Udah kalian aja duo M yang biasanya suka rusuh. Gak enak rasanya kalau perjalanan pada diem gini." Celetuk Panji sambil melirik penumpang di belakang dari spion tengah. Nampak sedang asyik mengunyah tanpa suara.

"Ish, bukan sakit gigi. Tapi aku gak mau ganggu konsentrasi kamu." Aul menatap sang driver yang merespon dengan terkekeh.

1
Aira Azzahra Humaira
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Aira Azzahra Humaira
hahhhh bukan matre tapi kebutuhan 🤣🤣🤣
Aira Azzahra Humaira
selamat ya iko 😘
Aira Azzahra Humaira
hahhhh salam paham kira Anu ehm ehmmm ya sya 😂😂
Aira Azzahra Humaira
percintaan manis penuh dengan senyuman
Aira Azzahra Humaira
bukan mimpi itu Amii emang ayang lg nonton
Aira Azzahra Humaira
akbar jadi SUPORTERNYA Amii
Aira Azzahra Humaira
tuh akbar bijak orangnya suka deh
Aira Azzahra Humaira
akhirnya Ami restui juga ibunya nikah lg
Aira Azzahra Humaira
😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂
Aira Azzahra Humaira
akbar mah banyak Modusnya mii
Aira Azzahra Humaira
mau dong traktiran nya mi
Aira Azzahra Humaira
pesonamu Amiii 🥰🥰🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
ada aja km Amiiii
Aira Azzahra Humaira
🥰🥰🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
inimah baca novel banyak faidah nya 🥰🥰🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
hahhh dasar Ami
mamik sutarmi
Luar biasa
Aira Azzahra Humaira
pak bagja jadi bapak sambung nya ami kan
Aira Azzahra Humaira
ya Allah senyum terus baca novel ini biar awet muda 😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!