Leon salah satu pewaris perusahaan terbesar di Eropa. Bertemu dengan Pamela gadis sederhana yang berkerja sebagai pelayan bar. Leon menikahi Pamela karena ingin membuat mantan kekasihnya cemburu akibat meninggalkannya pergi bersama seorang pengusaha muda pesaingnya. Pamela menerima tawaran yang diberikan oleh Leon, ia pun memanfaatkan situasi untuk menukarnya dengan uang yang akan digunakan sebagai biaya pengobatan neneknya.
Sejak awal menikah Pamela tidak pernah mendapat simpatik, kasih sayang bahkan cinta dari Leon. Pria itu pergi pagi dan pulang malam hari, Leon hanya menjadikannya wanita pelampiasan. Pamela yang memang memiliki perasaan pada Leon memilih bertahan di satu sisi ia memerlukan uang Leon untuk pengobatan neneknya, batin serta raganya kerap menangis di saat suaminya tidak ada di rumah
Simak kelanjutannya dalam Novel
Penyesalan Suami : Forgive Me My Wife
Selamat Membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maciba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 - Hanya ingin Pamela
BAB 24
Satu minggu sudah Leon tidak menyentuh istrinya itu, kondisi Pamela pun semakin membaik dan dokter kembali memeriksanya pagi ini. Namun Leon masih belum diizinkan menyentuh Pamela. Leon hanya diam mendengar penjelasan dokter tanpa bertanya apapun.
“Kau, mau kemana?”, tanya Leon melihat istrinya turun dari ranjang dan berjalan.
“Aku ingin buang air kecil, tuan”, jawab Pamela pelan.
“Cepat, dan turun ke bawah, layani aku”, ucap Leon sontak mata Pamela terbuka lebar.
“Apa dia tidak mendengar penjelasan dokter? Kenapa masih bersikeras menyentuhku”, batin Pamela yang merasa cemas.
Akhirnya setelah selesai dari kamar mandi, Pamela berjalan menuruni anak tangga dan melihat Leon yang duduk menanti kehadirannya.
“CEPAT”, sentak Leon.
“Layani aku makan”, ucap Leon sangat tegas.
“Hah, apa? Makan?”, Pamela kebingungan hingga memancing emosi Leonard.
“Kau pikir apa? Kau pikir aku akan menidurimu seperti itu? Aku tidak menyukai wanita sakit”, lantang Leon.
Pamela pun menyajikan sarapan untuk suaminya, ia merasa sedikit beruntung karena Leon kini tidak membebaninya memasak sarapan, semua di kerjakan oleh asisten yang berkerja di penthouse.
Leon mulai mengiris panekuk di atas piringnya dan memasukan satu potong ke dalam mulut, lalu menyesap coklat hangat di depannya. Sebenarnya ia kurang menyukai masakan asisten rumah tangga, namun Leon juga tidak mau istrinya jatuh sakit hanya untuk menyiapkan sarapan pagi-pagi, Leon membiarkan Pamela istirahat lebih lama agar semakin cepat pulih.
Semua makanan yang di masak oleh asisten rumah tangga tidak ada yang menarik perhatian atau seleranya, begitupun ketika Leon pulang ke mansion utama beberapa hari lalu.
Makanan di mansion terasa hambar dan tidak cocok di lidah sekalipun koki handal yang memasaknya. Pikiran dan indra pengecap Leon menginginkan Pamela yang membuatnya sekalipun makanan yang tersaji memiliki bentuk tidak menarik.
“Ah”, pekik Pamela, ia benar-benar terkejut karena Leon menarik tangannya hingga duduk di pangkuan pria yang tengah menikmati sarapan ini.
“Le-leon, ummm maksudku Tuan Leon”
“Kau bisa diam? Tidak lihat aku sarapan?”, ucap Leon sangat dingin.
“Maafkan aku tuan”, cicit Pamela.
Pamela begitu menikmati pahatan indah pada wajah suaminya, begitu tampan dan kharismatik, apa harus ia merasa beruntung dinikahi seorang Aleandro Leonard Torres?. Wajah Leon begitu sempurna untuk pria, dan tubuhnya pun atletis dengan otot kekar pada tangan, dada, punggung serta perut dan otot bagian kaki yang semakin menjadikan Leon menarik.
Tentu saja Pamela bisa mengatakan jika suaminya pria yang sempurna secara fisik karena ia telah melihat Leon secara keseluruhan. Bahkan pria itu selalu membuatnya melayang ke langit biru ketika melakukan penyatuan. Namun apabila sedang marah, Leon sangat menyeramkan layaknya iblis tampan.
“Apa aku bisa mendapatkan hatimu Leon?”, batin Pamela.
Andai saja hubungan pernikahannya normal, Pamela ingin mengalungkan tangan pada leher suaminya, serta membelai wajah yang saat ini tengah mengunyah makanan, dan melabuhkan ciuman di pipi Leon. Tapi sayang semua itu hanya angan belaka yang harus Pamela kubur dalam.
“Tuan Leon, terima kasih”, cicit Pamela.
“Hem”
“Aku sangat berterima kasih karena tuan sudah merawatku dengan baik, dan membayar mahal dokter untuk mengobati ku”, ucap Pamela.
“Hem”
Pamela hanya menelan saliva dan sabar menunggu suaminya selesai makan.
“Dan kau tidak ku izinkan untuk sakit lagi, menyusahkan saja”, ucap Leon tajam.
“I-iya tuan”, cicit Pamela.
“Ah”, Pamela memekik karena tubuhnya tiba-tiba melayang, Leon menggendongnya ala bridal.
“Aku akan menggantung mu jika kau terus berisik, paham !”, kalimat Leon sangat menyeramkan di dengarnya.
“Iya tuan, maafkan aku”
“Yang benar saja aku digantung hanya karena berteriak, lagipula ini salahnya juga tiba-tiba menggendongku seperti ini. Eh tunggu Leon membawaku kemana?”, kata hati Pamela.
Leon terus melangkah seperti tak terbebani oleh berat tubuh Pamela, ia mulai membuka pintu ruang kerja yang di dominasi warna abu-abu serta hitam.
Leon menurunkan Pamela di dekat meja kerjanya dan ia berlalu membuka lemari dengan banyak berkas.
“Kau, kemarilah”, perintah Leon.
“Aku?”, tunjuk Pamela pada dirinya sendiri.
“Tentu saja kau bodoh”, umpat Leon.
Pamela mendekati suaminya yang selalu kasar baik dengan kata-kata atau perbuatan.
“Bawa semua ini ke atas meja”, tunjuk Leon pada tumpukan map dalam lemari besi.
“HAH?”, Pamela terperangah melihat banyaknya map yang harus di pindahkan ke meja kerja Leon.
“Kau ingi aku menggantung mu sekarang juga?”, bentak Leon.
“Tidak tuan, baik aku akan membawanya”, jawab Pamela.
Selama satu minggu ini juga Leon hanya berkerja dari penthouse, ia hanya sesekali keluar untuk pertemuan penting, selebihnya di kerjakan di ruang kerja apartemen. Alonso pun rutin datang, baik memberi laporan atau meminta tanda tangan Leon.
Selama itu juga Leon dan Megan tidak bertemu, apalagi kejadian malam itu membuat Leon geram. Dan Pamela bersikap acuh padanya, namun meskipun tak bertemu, Megan tetap menghubungi Leon dan mereka saling bertukar kabar.
Megan hanya tahu jika Leon sedang melakukan perjalan bisnis ke beberapa tempat, dan hal itu juga yang menyebabkan Megan tidak lagi mengunjungi Torres Inc, karena percuma saja Leon tidak ada di tempat.
“Lama sekali, cepatlah Pamela”, teriak Leon tanpa melihat Pamela kesusahan membawa berkas yang cukup tebal.
“Kenapa aku harus menikah dengannya”, keluh Pamela dalam hati.
BRUK
“Ini tuan”, ucap Pamela.
Tiga kali istri dari Leon ini mengambil beberapa tumpuk berkas hingga meja kerja suaminya penuh, tangannya mulai pegal dan sakit di saat membawa berkas yang terakhir.
“Sudah selesai semua Tuan Leon, ada lagi yang tuan inginkan?”, tanya Pamela lemah sembari memijat lengannya.
“Kau itu sangat lemah”, sinis Leon melihat apa yang dilakukan istrinya.
“Kalau begitu , aku permisi Tuan Leon”, ucap Pamela menunduk.
“Ah”, pekik Pamela.
“Hmmmppp”, Leon langsung m-e-lu-m-at bibir ranum yang selalu memekik saat Leon mengangkat tubuhnya, Leon mendudukkan Pamela di meja kerja.
“Jangan buat polusi suara dengan teriakan jelekmu itu”, sinis Leon sesaat tautan bibirnya terlepas.
“Iya tuan”, Pamela gugup setengah mati.
Leon menengadahkan tangan seperti meminta sesuatu dari istrinya, sementara Pamela yang memang tidak mengerti, mengerutkan kedua alis.
“Kenapa kau diam saja”, nada dingin Leon. Pria ini langsung mengambil tangan wanitanya dan memijat lembut tangan Pamela sembari membaca email di layar laptop.
“Disaat bersamaan dia sangat menyeramkan tapi juga membuatku merasa diperhatikan”, batin Pamela terus menatap tangannya yang dipijat oleh Leon.
Dengan wajah serius, dan satu tangannya bergerak lincah mengarahkan kursor pada file yang hendak dibaca, sementara tangan kirinya masih memberi sentuhan pada tangan Pamela yang pegal.
“Tuan, terima kasih tanganku sudah tidak sakit lagi”, Pamela berusaha menaik tangannya.
“Aku tidak terima bantahan dan penolakan, sebaiknya kau diam jangan banyak bicara”, tegas Leon.
...TBC...
...****...
Jangan lupa dukungannya ya untuk author receh ini
Terimakasih 🤗🥰
../Good/
juga kelahiran putera ke dua Pamela dan Leon dilanjutin thor ditunggu juga karyamu yang lain semangat