NovelToon NovelToon
Pedang Dari Masa Depan Jatuh Melalui Sebuah Meteorit

Pedang Dari Masa Depan Jatuh Melalui Sebuah Meteorit

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Mengubah Takdir
Popularitas:45.9k
Nilai: 5
Nama Author: Wafi_Shizukesa

Peristiwa meteorit jatuh yang anehnya hanya bisa dirasakan oleh Yamasaki Zen, seorang pelajar SMA berusia 15 tahun selepas aktivitas belajarnya di sebuah Akademi Matsumoto. Kejanggalan itu membuatnya terkejut dan bingung setelah suara dentuman keras berhasil membuat telinganya kesakitan. Namun anehnya, kedua orang tuanya sama sekali tidak merasakan dampak apa pun.

Di suatu tanah lapang di bukit rendah, dirinya melihat kilau meteorit dari kejauhan. Setelah selesai memeriksa meteorit itu, suatu hal absurd, kini ia menemukan sebuah pedang di dalam meteorit yang sesaat sebelumnya lapisan luarnya telah hancur dengan sendirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wafi_Shizukesa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 011 : Siswa Populer

Bagian 1

“Tunggu, jadi sekarang, di mana temanmu yang satu lagi? Bukankah, kalian berdua datang bersama?”

Yamasaki bertanya kepada Natech 002 yang saat ini berada dalam wujud pedangnya, dan pedang itu sendiri sedang berada di genggaman tangannya.

“Memang benar, awalnya kami datang bersama, tetapi, Natech 004… dia bilang kepadaku kalau dirinya sudah menentukan pemilik pedang yang baru.”

“Kalau begitu, siapa?”

“Kamu akan tahu setelah kalian bertemu nanti.”

“Kapan?”

“Tidak tahu.”

“Tunggu, ‘menemukan pemilik pedang yang baru’? Apa itu berarti… kehadiranmu di sini…”

“Benar, aku telah memilihmu sebagai pemilik pedang ini.”

Jawaban yang diberikan terdengar cukup memuaskan bagi Yamasaki.

Namun di sisi lain, dirinya merasa kurangnya informasi yang cukup. Hanya menanggapinya dengan “Aaaa…” dengan reaksinya yang biasa. Lalu dirinya pun mencoba untuk melanjutkan perkataannya:

“…kalau kamu telah memilihku sebagai pemilik pedang ini. Lalu apa yang harus kulakukan?”

“Aku senang kamu bertanya seperti itu. Aku hanya ingin kamu membantuku untuk menggagalkan rencana jahat pencipta kami. Terlepas dari hal itu, kalian sama saja secara langsung akan menyelamatkan planet Bumi dan umat manusia dari kehancuran karena ulah rencana jahat pencipta kami.”

“Tetapi, bukankah dengan kehadiran kalian berdua di planet Bumi, itu sama saja sudah berhasil menggagalkan rencana jahat pencipta kalian?”

“Itu tidaklah benar! Apa yang kami lakukan hanyalah mengulur waktu. Suatu saat, cepat atau lambat mereka pasti akan membawa paksa kami kembali.”

“Hem… rumit juga, ya? Aku akui, diberikan sebuah tanggung jawab untuk menyelamatkan satu nyawa seseorang saja tidaklah semudah yang kamu pikirkan.”

Yamasaki berkata dengan nada yang netral, dirinya hanya berusaha untuk memberitahu “apa itu arti sebuah tanggung jawab” saat mengetahui fakta kalau “risiko” itu nyata keberadaannya di dalam suatu tanggung jawab.

“Aku tahu apa yang saat ini kamu rasakan. Akan tetapi... tidak ada pilihan lain selain itu."

Natech 002 segera membalas, dan di akhir dia pun mempertegas akan penawarannya saat di awal.

Yamasaki Zen bukannya menolak akan usulan tersebut. Menurutnya, menyelamatkan seseorang adalah suatu kehormatan dan pencapaian mulia yang akan didapatnya. Hanya saja, saat mendengarkan kalimat ‘menyelamatkan umat manusia’, itu membuat dirinya menjadi pesimis.

Bahkan kalau pun hanya diberikan penawaran untuk menyelamatkan satu saja nyawa manusia, tetapi dalam kondisinya yang benar-benar terjebak di dalam kemungkinan terburuk yang di sana tidak ada sedikit pun peluang keberhasilannya. Maka analogi itu kurang lebih sama seperti penawaran yang diberikan kepadanya sebelumnya.

Yang ada hanyalah kesia-siaan dan kemustahilan.

Yamasaki Zen mengetahui betul batas dari kemampuan yang dimilikinya.

Namun, saat masih mencoba untuk mempertimbangkan penawaran itu. “—Pasti ada alasan kenapa dia memilihku”, dalam benaknya terpikirkan kalimat itu. Saat masih terdiam dan berpikir mengenai beberapa kemungkinan secara kompleks, pada akhirnya, Yamasaki memilih untuk menerima tawaran itu:

“Baiklah, kalau hanya itu pilihannya… maka apa boleh buat, bukan?”

Dikatakan seperti itu, lalu…

“Tunggu, mungkin penawaran itu bisa aku ubah objek tawarannya menjadi ‘lindungi planet Bumi’ tanpa harus melibatkan umat manusia di dalamnya.”

Yamasaki hanya mencoba untuk mengungkapkan pikirannya.

“Meskipun ‘tanpa melibatkan umat manusia’ katamu, semua itu bakal percuma! Apa-apaan itu, jika saja penawaran yang kamu buat itu diberlakukan… apakah kalau misalkan kamu telah gagal dalam menyelamatkan nyawa seluruh umat manusia. Kamu tidak akan merasa terbebani dengan itu?”

“…”

“Sudah kuduga, ternyata memang benar, kalau anggapanku tentang ‘sisi jahat pikiran manusia’ itu benar adanya.”

“Mungkin yang kamu maksud adalah shadow, dan jangan lupakan juga kalau manusia memiliki apa yang dinamakan persona.”

“Berarti, kamu memang mengakui kalau itu adalah benar shadow milikmu?”

“Berisik, habisnya, kejadian ini absurd sekali. Sebuah meteorit jatuh; sebuah pedang di dalam meteorit; dan kemudian, sebuah pedang berbicara kepadaku lalu memberitahu kalau ‘tidak lama lagi planet Bumi akan hancur’, apa-apaan coba?”

“Kamu sendiri, kenapa kamu memiliki niat untuk membawaku sementara aku sedang dengan tenangnya berada dalam kedamaian di dalam meteorit itu?”

Untuk sesaat, pertanyaan Natech 002 barusan membuat Yamasaki tersentak.

“Lah, ‘damai’ apaan! Bukankah kamu sendiri memang berniat membawakan kabar buruk itu kepadaku!?”

Kebohongan itu baru disadari oleh pikirannya.

Lalu kemudian, Yamasaki pun segera bangun beranjak dari atas kasur dan berdiri, lantas dalam suasana hatinya yang jengkel, dirinya pun melanjutkan perkataannya:

“Selain itu, aku tidak sengaja menemukanmu saat sebelumnya kehadiranmu yang “meresahkan” mencoba membuat telingaku menjadi rusak, kamu tahu?!”

“…”

Di waktu-waktu seperti ini malah tidak ada balasan.

“Oi...”

*Tok\, tok\, tok.*

“!!!”

Suara ketukan pintu terdengar, sontak saja membuat Yamasaki menjadi terkejut dalam berbagai artian.

Perlu diakui, suara ketukan pintu barusan memang benaran membuat dirinya terkejut karena takut. Sementara dalam artian lainnya, suara ketukan itu membuat Yamasaki tersadarkan akan keberadaan ‘pedang misterius’ itu, yang sebenarnya adalah sebuah humanoid nanoteknologi yang “menjelma” ke dalam bentuk sebuah pedang bergaya eropa kuno. Mungkin, jika berpikir yang datang adalah ayahnya, maka itu bisa dimaklumi oleh dirinya.

Namun, sayangnya pikiran itu tidak bisa dirinya terima begitu saja.

Pasalnya, pikiran itu seakan melupakan keberadaan ibunya yang dalam kondisi saat ini, beliau sama sekali belum mengetahui tentang kehadiran pedang itu. Maka jika itu pilihannya tetap “tidak disembunyikan”, hasil yang akan didapatkan adalah 50:50. Dan di samping itu semua… pikirannya dengan jernih mengingat kondisi dirinya yang sebenarnya adalah “sendiri” di dalam kamarnya.

Mau tidak mau, pilihan untuk menyembunyikan pedang itu adalah suatu kewajiban.

Secepatnya, Yamasaki Zen segera menyembunyikan pedang itu ke kolong bawah kasur. Lalu setelahnya, dirinya pun bergegas beranjak menuju kursi putarnya dan berpura-pura memainkan komputer pribadinya.

Namun,

“Zen, cobalah untuk tidak berisik di malam hari!”

Beruntungnya, sepertinya tidak ada tanda-tanda kalau pintu kamarnya akan dibuka oleh salah satu dari kedua orang tuanya.

Selain itu, seruan yang dimaksudkan untuk memberitahu, itu adalah suara ayahnya.

“Ah, iya…”

Itu adalah balasan singkat darinya.

Lalu, setelah suasana menjadi hening, Yamasaki melanjutkan perkataannya “…aku minta maaf” dengan nada suaranya yang dipelankan. Kemudian setelahnya, barulah dirinya bisa menghela napasnya lega-lega.

“Hai, Yamasaki-san…”

“…”

Baru saja hendak menenangkan diri, tiba-tiba saja pedang itu—Natech 002 sepertinya mencoba untuk memanggil sang pemilik barunya.

Meskipun masih ada sedikit rasa jengkel kepada Natech 002 setelah apa-apa saja yang sudah terjadi. Namun tetap, Yamasaki berusaha untuk tidak larut ke dalam emosinya itu. Dirinya pun kemudian mencoba untuk mengambil Natech 002 yang sebelumnya sempat disembunyikan oleh dirinya di kolong bawah kasur.

“Ada apa, tiba-tiba saja kamu memanggilku?”

Sambil duduk di atas kasur, Yamasaki mencoba merespons panggilan Natech 002 sebelumnya dengan sebuah pertanyaan yang dilontarkan.

“Ini mengenai pembicaraan sebelumnya… jadi, keputusannya bagaimana?”

“Aku tidak mengatakan kalau aku tidak akan melakukannya, bukan? Jadinya, keputusan aku masihlah sama seperti sebelumnya. Aku akan melakukannya.”

“Hem… kamu orangnya cukup cepat dalam hal memutuskan sesuatu, ya. Aku hargai keputusanmu itu.”

“Jadi, apa rencanamu untuk menggagalkan rencana jahat dari penciptamu sendiri?”

“Aku ingin kamu mempelajari kekuatan yang aku miliki.”

“Kekuatan, ya. Seperti yang sudah kuduga kalau itu akan menjadi objek penawarannya.”

“Natech 002—petir merupakan kekuatanku.”

Tiba-tiba saja, pedang itu kembali terbang—lepas dari genggamannya.

Sesaat setelahnya, pedang itu lantas kembali bersinar terang diikuti oleh satu buah bola cahaya yang terbentuk di dekatnya. Pedang itu menghentikan cahaya sinarnya dan bola cahaya itu kemudian mulai redup, memperlihatkan sebuah objek yang perlahan semakin jelas terlihat. Dari hasil yang didapat, objek itu merupakan sebuah gelang berbahan dasar logam tungsten.

Bahan yang sama yang sebagian besar terkandung di dalam pedang itu.

“Ambillah gelang ini, dan pakailah selalu di lenganmu agar kamu bisa berkomunikasi denganku di mana saja...”

“...”

Dalam diam, Yamasaki meraih dan mengambil gelang itu di kasur dekatnya.

Natech 002 pun melanjutkan kembali perkataannya:

“...kamu tidak perlu mengeluarkan kata-kata, jika ingin berkomunikasi denganku. Begitu pun denganku, aku tidak perlu terlihat seperti berbicara denganmu saat ada orang lain di sekitarmu.”

“Gelangnya cukup bagus. Ah, maaf... aku tidak paham maksud dari perkataanmu barusan?”

“Gelang itu....—kamu cukup berbicara dalam pikiran saja untuk berkomunikasi denganku. Konsepnya semacam membaca pikiran lalu dilanjutkan telepati. Itu hanya belaku kepadaku dan juga AI Natech lainnya.”

“Ini... cukup dipakai saja, kan?”

“Iya.”

Jawaban singkat diberikan.

Yamasaki lantas memakai gelang itu di lengan kiri.

—Seperti ini, kan?

Seraya memakai gelang itu, Yamasaki berpikir demikian.

(—Ah, sebaiknya kamu menggunakannya di lengan kananmu.)

Yamasaki Zen merasakan adanya sebuah gelombang suara yang masuk begitu saja ke dalam kepalanya.

—Apa barusan itu... kamu sehabis melakukan telepati?

(Itu benar!)

Setelah merasakan sensasi yang belum pernah dirasakan sebelumnya.

Di tambah, pernyataan Natech 002 akan kebenaran berkomunikasi lewat telepati. Entah kenapa, Yamasaki merasa kalau itu akan membuat dirinya kerepotan, jika dipikirkan kembali.

“Hai, kamu dapat membaca pikiranku, kan?”

(Bukankah sudah kuberitahu sebelumnya? Memangnya kenapa?)

“Tidak, hanya saja—aku harap kamu tidak masuk lebih dalam ke pikiranku.”

(Baiklah, kalau itu keinginanmu, akan aku kabulkan.)

Jawaban yang diberikannya, malah membuat rasa kepercayaannya terhadap Natech 002 penuh keraguan.

—Entah kenapa, mudahnya kamu memberikan jawaban membuatku semakin meragukanmu.

“Oh, iya. Selain itu, kenapa kamu memberikannya dalam bentuk sebuah gelang?—Maksudku, apa hubungannya gelang ini dengan caraku berkomunikasi nantinya?”

Sambil melepas gelang di lengan kirinya lalu memindahkannya ke lengan kanannya, Yamasaki pun bertanya.

(Singkatnya, gelang ini merupakan inti dari pedang tersebut dan juga merupakan jiwa lainnya yang aku miliki.)

Natech 002 menjawab, dia mencoba menjelaskan singkat.

1
Wafi_Shizukesa
syapp!
Not Found
semangat kak 😊❤️
Ananda
sangat keren dan menginspirasi
Hibr 'Azraq
11, 12 sama si Taewoon wkwkwk.
Hibr 'Azraq
Fufufu, Tidak baik menolak rezeki Zen...
Hibr 'Azraq
Anak pintar....
Wafi_Shizukesa
lah, kamu mampir dong 😅
Hibr 'Azraq
gila novelnya keren..! semangat Thorrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!