Wanita Pengganti Kekasih Sang CEO

Elena tak tahan lagi untuk menahan tawanya. Tawanya meledak saat melihat Alex terlihat frustasi melihat makanan yang begitu banyak, dan semua mata mengarah kepadanya.

"Elena, awas ya kamu!" umpat Alex.

"Pelayan, cepat kau bawa makanan semua ini dan kalian habiskan saja makanan itu semua! Ini uang untuk pembayaran makanan itu, saya rasa jumlahnya cukup. Dimana bos kalian? Saya ingin bicara dengan bos kamu," ucap Alex. Sikap Alex begitu dingin, membuat kesan begitu menyeramkan.

"Ba-baik, Tuan. Sebentar Saya urus pembayaran ini, dan saya juga akan memanggil pemilik kafe ini," ujar Susi, dan Alex hanya menganggukkan kepalanya.

"Ya, ampun. Pelanggan cowok yang memesan makanan banyak tadi sepertinya sedang marah besar. Tampan sih, tetapi wajahnya sangat menyeramkan," ungkap Susi.

Semua pelayan di sana, langsung menatap ke arah Elena dengan serius. Karena Alex adalah pelanggan yang Elena layani tadi. Dia menanyakan banyak hal ke Elena, membuat Elena merasa kesal dengan Alex. Berniat keluar untuk menemui Alex.

"Elena, pulang 'lah sana! Hari ini saya memberi kamu izin tidak bekerja. Tadi kekasih kamu sudah izin kepada saya," ucap Andreas pemilik Kafe tempat Elena kerja.

"Ta-tapi Pak ...," ujar Elena. Elena menatap tajam ke arah Alex, sedangkan Alex justru berpura-pura seperti tak memiliki kesalahan.

"Sudah, tak perlu tapi-tapi. Cepat kamu ambil tas kamu, dan pergi temani kekasih kamu," titah Pak Andreas.

"Selalu saja mengandalkan kekuasaan untuk mewujudkan keinginannya," gerutu Elena.

Akhirnya Elena terpaksa menuruti permintaan Alex. Wajah Elena terlihat cemberut, tak suka. Dia juga lebih memilih untuk diam. Alex meraih tangan kekasihnya, dan menggandengnya.

"Kamu dengarkan tadi apa yang diucapkan bos kamu? Kamu diberi izin tidak bekerja, karena di suruh menemani aku selama aku di sini," ucap Alex.

"Emmm," sahut Elena sambil memutar bola matanya merasa malas.

"Jangan ngambek! Seharusnya aku yang marah sama kamu. Kamu itu sengaja ya buat aku menjadi bahan tontonan pengunjung di sana, karena memesan makanan sebegitu banyaknya," ujar Alex, membuat Elena tertawa terbahak-bahak. Dirinya menjadi teringat kejadian di kafe.

"Loh, 'kan itu kamu yang menyuruh? Aku hanya menjalankannya saja. Mengapa sekarang kamu justru menyalahkan aku. Dasar berkuasa, selalu saja keinginannya terwujud," cerocos Elena.

Elena merasa risih, saat Alex memeluknya. Menyerangnya secara tiba-tiba. Sebenarnya Elena merasa senang, karena dia pun sangat merindukan pelukan Alex yang selalu menenangkan dirinya.

Alex melepaskan pelukannya dan berlutut di kaki Elena. Kemudian mengeluarkan satu buah kota merah berisi cincin pertunangan mereka yang sempat Elena tinggalkan saat Elena pergi dulu.

"Kamu itu bukan hanya sekadar seorang pengganti di hidupku, kamu itu adalah wanita yang aku cintai. Aku ingin menikah dengan kamu," ungkap Alex.

Sebenarnya, ingin sekali Elena langsung menjawab kalau dirinya menerima tawaran Alex. Namun, jika dirinya dulu mengingat perlakuan Mami Jennica, dia takut hal itu akan terjadi lagi di hidupnya.

"Sebelum Mami kamu menerima aku sebagai calon menantunya, aku tak bisa menerima lamaran kamu untuk menjadi istri kamu," ucap Elena tegas.

"Baiklah, aku akan buktikan kesungguhan hati aku untuk menikahi kamu. Aku akan bicarakan hal ini kepada Mami aku untuk menerima kamu," ucap Alex dan Elena menganggukkan kepalanya.

Elena tak terlalu banyak berharap, karena dia mengenal sosok Mami Jennica. Tak akan semudah itu dia menerima Elena. Elena tak ingin mendapatkan penolakan kembali, untuk kedua kalinya di hidupnya dari Mami Jennica.

Hari ini Alex akan kembali ke Jakarta, untuk mengurus semuanya secepatnya. Membicarakan hal ini kepada sang Mami. Ingin rasanya mereka tidak pernah terpisah lagi, tetapi restu menjadi penghalang dari semua ini.

"Jika Mami kamu tak juga memberikan restu, dan tetap mempertahankan mantan kekasihmu sebagai menantunya. Maafkan aku, aku terpaksa menerima laki-laki lain untuk menjadi suamiku. Ayah aku sudah merestui hubungan kami, dan bahkan kami akan segera menikah," ucap Elena. Membuat Alex kalang kabut. Tentu saja dia tak akan mau hal itu sampai terjadi.

"Tidak! Kamu itu hanya menjadi milik aku, aku tak akan rela kamu dimiliki siapa pun. Secepatnya aku akan membawa Mami ke Yogyakarta, untuk melamar kamu," ujar Alex.

Alex terlihat panik, dirinya menjadi teringat ucapan Ayah-nya Elena mengenai kekasih Elena. Elena ingin melihat kesungguhan Alex kepadanya. Setelah apa yang terjadi dia lewati.

Setelah menikmati kebersamaan mereka selama satu hari. Hari ini Alex akan kembali ke Jakarta. Jordan merasa iba melihat Elena dan Alex. Dia yakin kalau bosnya dan Elena saling mencintai, tetapi mereka terhalang restu. Jordan berharap, Mami Jennica bisa membuka mata dan hatinya untuk melihat sisi baik Elena. Elena adalah pasangan yang pas untuk Alex.

"Aku pulang dulu ya! Jaga diri kamu baik-baik, dan tolong beri aku kesempatan untuk memperjuangkan cinta kita! Tolong jangan kamu patahkan dengan kamu berhubungan dengan laki-laki lain! Aku butuh dukungan kamu, untuk aku bersemangat! I Love You," ucap Alex sambil memeluk tubuh wanita yang dia cintai.

Suasana penuh haru, mengiringi perpisahan mereka. Prinsip dan restu menjadi penghalang hubungan mereka. Elena mencoba menahan tangisnya. Sama halnya dengan Alex, Elena pun berharap Mami Jennica segera merestui mereka.

Elena melambaikan tangannya, melepas kepergian laki-laki yang dia cintai. Sesampainya di Jakarta Alex langsung menuju rumah Mami-nya untuk membicarakan rencana pernikahan dirinya dengan Elena.

Alex terkejut, saat melihat Clara tinggal bersama Mami-nya. Alex tak menyangka, Mami-nya begitu membela Clara. Sampai-sampai memperbolehkan Clara tinggal bersamanya.

"Mi, mengapa Mami memberikan izin orang lain untuk tinggal di rumah Mami," ucap Alex.

"Itu urusan Mami, bukan urusan kamu! Lagi pula, Clara itu bukan orang lain. Dia itu calon menantu Mami," sahut Mami Jennica ketus, tentu saja membuat Clara merasa senang.

"Mi, berkali-kali aku katakan sama Mami. Aku sudah tidak mencintai Clara, dan sampai kapan pun aku tak akan pernah menikahi dirinya. Please Mi, tolong jangan paksa aku untuk menikahi dirinya! Aku sudah menemukan Elena, dan aku mohon Mami restui pernikahan kami. Karena Elena tak akan pernah menerima lamaran aku, jika aku belum mendapatkan restu dari Mami," ungkap Alex. Wajah Alex terlihat lesu.

"Sudah Mami katakan berkali-kali kepada kamu. Sampai kapan pun, Mami hanya ingin Clara yang menjadi menantu Mami. Jangan pernah berharap Mami akan mengabulkan permintaan kamu! Lebih baik kamu lupakan saja keinginan kamu ingin menikah dengannya, dan nikahi Clara secepatnya!"

Alex terlihat frustasi, karena tak kunjung mendapatkan restu dari mami-nya. Dia mengacak-acak rambutnya, dan mengusap wajahnya dengan kasar.

Sambil menunggu up, mampir yuk di karya bestie ku 😍😚