Lihatlah Aku, Suamiku!

"Aku akan tidur di luar." Elyna hanya mengambil ponselnya yang ada di atas kasur.

Rifal terdiam seketika. Matanya mulai terbuka dengan lebar. Menatap Elyna dengan raut tak terbaca.

"El," panggil Rifal.

"Maafkan aku, Mas," ucapnya. "Jika, hatimu masih untuknya, janganlah memberi harapan kepadaku yang tidak ada apa-apanya ini dibanding dia."

Elyna pergi meninggalkan Rifal dengan hati yang teramat sakit. Dia ingin disentuh oleh Rifal, tapi dia juga takut. Jika, kesuciannya dia berikan kepada laki-laki yang memang sudah sah dan berhak menyentuhnya, akankah suaminya itu berubah? Atau dia akan dibuang begitu bagai pepatah habis manis sepah dibuang.

Baik Elyna dan juga Rifal mereka sama-sama tidak bisa tidur. Mereka memikirkan apa yang telah mereka lakukan pada pasangan masing-masing.

"Apa aku terlalu kejam kepadamu, Mas?" gumam Elyna. Dia terduduk di lantai. Menatap layar ponselnya yang bergambarkan foto pernikahan mereka berdua.

"Aku hanya ingin kamu melihatku. Menganggapku ada. Bukan mencariku hanya karena papihmu saja."

.

Keesokan paginya Elyna yang baru selesai mandi berpapasan dengan Rifal yang baru keluar dari kamar.

"Mas, mau kopi atau teh?"

Rifal tertegun ketika melihat Elyna membalutkan handuk di rambutnya. Aura kecantikannya sangat terpancar.

"Mas," panggilnya lagi.

"Kopi saja."

"Ya udah, aku beli dulu ke minimarket. Di sini tidak ada kopi yang biasa Mas minum." Melayani suaminya adalah kewajiban. Namun, untuk melayani perihal hasrat biologis dia belum bisa.

"Saya ikut."

Elyna menghentikan langkahnya. Dia menatap Rifal dengan penuh tanya.

"Kamu istri saya. Saya berhak menemani kamu." Elyna pun tersenyum. Dia pun mengangguk.

Mobil melaju menuju minimarket terdekat. Elyna mengambil kopi yang biasa suaminya konsumsi.

"Mas mau apa lagi?" tanya Elyna.

"Kamu butuhnya apa? Ambil saja." Rifal mengambil alih keranjang yang Elyna bawa. Wanita itu tersenyum dibuatnya.

"Mas, aku mau ke pasar dulu, ya. Mas kembali aja ke rumah. Ini kuncinya." Elyna menyerahkan kunci rumah kepada Rifal. Namun, pria itu menolak.

"Biar saya antar." Elyna tercengang. Kenapa semakin hari suaminya ini semakin membuatnya jatuh cinta.

"Andai sikapmu tidak berubah ke depannya. Apa yang aku miliki pasti akan kuberikan kepada kamu, Mas."

.

Rifal mengikuti Elyna dari belakang. Pasar nampak ramai dan ketika Elyna hendak berjalan terlebih dahulu, Rifal menautkan telapak tangannya kepada Elyna.

"Takut kamu hilang. Saya gak hafal wilayah ini," bisik Rifal. Elyna pun tersenyum dan tidak menolak tangannya digenggam oleh sang suami.

Inilah yang Elyna inginkan. Akhirnya, dia bisa merasakan pergi berdua dengan sang suami tercinta. Walaupun tidak ke tempat romantis, tapi dia teramat bahagia. Apalagi Rifal memperlakukannya dengan sangat lembut.

"Udah?" tanya Rifal. Elyna pun mengangguk. Senyum Rifal pun dia tunjukkan. Pria itu menarik tangan Elyna dengan begitu lembut keluar dari pasar.

"Mas, aku mau beli kue itu dulu, ya." Elyna menunjuk ke arah gerobak yang menjual kue ape.

"Saya ikut." Pria itu seakan tidak mau jauh dengan Elyna. Mengikuti ke mana langkah Elyna berpijak.

Seketika Rifal menghentikan langkahnya. Dia teringat

akan sesuatu hal ketika melihat kue yang berwarna hijau dengan pinggiran kering. Otaknya seakan memutar memori yang lama.

"Itu makanan kesukaan kamu, Key."

"Mas, mas mau?" tanya Elyna yang ternyata sudah ada di hadapannya. Rifal terkejut dan refleks menganggukkan kepala.

Elyna menyuapi Rifal kue ape yang masih hangat. Rifal pun membuka mulutnya.

"Enak 'kan?"

"Enak, Key."

Tubuh Elyna seketika menegang. Kue yang dia pegang pun terjatuh begitu saja. Tangannya seakan tidak mampu mengangkat beban kue yang ringan itu.

"Aku Elyna, Mas. Bukan Keysha." Suara yang begitu lirih dan sedikit bergetar.

"Aku kira kamu sudah berubah, pada nyatanya kamu masih tetap sama. Hanya Keysha yang ada di hati dan pikiran kamu. Padahal kamu sedang bersamaku, Mas. Aku Elyna."

...***To Be Continue**"...

Komen dong ...