Pernikahan Tanpa Cinta,, bukankah itu terdengar menyedihkan,,???
Bagaimana bisa dua insan memutuskan untuk menikah tanpa memiliki perasaan apapun, bahkan mereka tidak saling mengenal sebelumnya.
Ya,, itu terjadi karena sebuah perjodohan yang di lakukan oleh kedua orang tua mereka.
Persahabatan mereka sejak di bangku SMA dan sampai akhirnya mereka terpisah karena menikah dan ikut dengan suami mereka masing masing, membuat mereka jarang bertemu.
pertemuan terakhir mereka terjadi 10 tahun yang lalu sebelum salah satu dari mereka memilih untuk tinggal di luar negeri karna suaminya di tugaskan disana. Sebelum perpisahan itu, mereka sudah berjanji akan menjodohkan anak mereka..
Keinarra Chan Hei dan Elvano Mahendra menikah atas dasar perjodohan.
Tapi siapa sangka, Keinarra atau yang biasa di nanggil berusaha menggambil hati Elvano atau Vano..
Meskipun awalnya dia tidak menyukai Vano, namun dia berfikir jika pernikahan bukanlah sebuah hubungan yang bisa di akhiri begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Wullandarrie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Vano membuka CV yang baru saja di kirimkan oleh Juan ke emailnya.
Ada 8 CV milik pelamar kerja yang sedang melakukan test interview saat ini.
Vano mengukir senyum smirk kala membaca CV milik Keina. Sebuah ide untuk memberikan pelajaran pada wanita itu terlintas di kepalanya sejak pertama kali mengetahui kalau Keina melamar pekerjaan di perusahaannya.
CV milik Keina dia pisahkan, setelah itu segera di kirim ke pihak HRD beserta perintah.
Perintah itu di buat dengan sesuka hatinya. Karna Vano tau kalau pihak HRD tidak akan berani menolak perintah seorang CEO tempatnya bekerja.
Sebuah panggilan masuk tak lama setelah email tersebut terkirim.
Vano segera mengangkat panggilan telfonnya.
"Selamat pagi Pak,," Sapaan ramah dan sopan itu terdengar dari seberang sana. Tepat di ruang HRD dengan gedung yang sama.
"Hmm," Vano hanya menjawab acuh.
"Apa perintah saya kurang jelas.?!" Tegasnya.
Dia menahan kekesalan lantaran pihak HRD menghubunginya, padahal email yang dia kirimkan sudah sangat jelas dan detail.
Tentang apa yang harus dia lakukan pada pemilik CV itu.
"Maaf Pak. Perintah Pak Vano sangat jelas. Saya paham apa yang harus saya lakukan. Hanya saja saya ingin memastikan kalau perintah tersebut benar-benar dari Bapak." Tuturnya.
Karna selama bekerja di perusahaan Vano, dia tidak pernah mendapatkan perintah yang aneh-aneh. Apalagi menyangkut penerimaan karyawan baru yang hanya akan di tempatkan di divisi umum. Sekalipun Vano tidak pernah turun tangan dalam menerima karyawan karna sepenuhnya dia menyerahkan tugas itu pada pihak HRD.
Itu sebabnya dia langsung menghubungi Vano untuk memastikan kebenarannya. Dia khawatir email milik Vano telah di hack hingga mengirimkan perintah itu padanya.
"Sekarang kau sudah tau bukan.?!" Tegas Vano dingin.
"Jadi cepat kerjakan perintah ku.!"
Vano kemudian mematikan sambungan telfonnya begitu saja.
Dia meletakkan telpon di tempatnya, senyum smirk mengembang di bibirnya dengan tatapan penuh arti.
Laki-laki itu tidak sabar untuk memberikan pekerjaan pada Keina.
...****...
"Hanya saya sendiri.?" Tanya Keina sembari menunjuk dirinya sendiri setelah dia di perintahkan untuk ikut dengan salah satu pihak HRD.
Padahal dia sedang menunggu giliran untuk interview, tapi di ajak pergi ke ruangan lain dengan alasan akan di tempatkan di divisi yang berbeda.
"Ya, cuma kamu saja. Mari ikut saya,,"
Dengan ragu-ragu Keina beranjak dari duduknya.
Sebelum ikut dengan karyawan itu, dia berpesan pada Rena dan Adel untuk menunggunya jika akan pulang.
"Hubungi aku kalau ada sesuatu yang mencurigakan,," Bisik Rena. Dia seolah bisa membaca situasi yang terlihat tidak beres.
Dia merasa aneh karna tiba-tiba pihak perusahaan mengatakan ada posisi untuk di tempatkan di divisi lain.
Belum lagi orang itu membawa Keina sebelum Keina menyelesaikan interview.
Keina mengacungkan jempol, dia kemudian mengikuti langkah laki-laki paruh baya yang memasuki lift khusus.
Walaupun dia juga menaruh kecurigaan sejak awal, tapi Keina memilih untuk diam.
"Maaf Pak, sebenarnya kita mau ke ruangan apa.?" Keina memberanikan diri untuk bertanya setelah keluar dari lift. Dia melihat ke sekeliling dan tidak mendapati siapapun lewat di lantai itu.
Hanya ada dia dan laki-laki paruh baya yang mengajaknya. Bagaimana Keina bisa tenang jika di bawa ke lantai yang sepi seperti ini.
"Kamu akan di tempatkan di ruangan CEO." Jawabnya sambil terus melangkahkan kaki.
Keina tampak kaget mendengarnya. Bagaimana bisa dia di tempatkan di ruangan CEO, sedangkan dia tidak melamar sebagai asisten atau sekretarisnya.
"Maksudnya.?" Keina menatap bingung. Dia menghentikan langkah di samping laki-laki paruh baya itu.
"Lalu apa pekerjaanku.?" Tanyanya penasaran.
"Bos besar yang akan menjelaskan padamu." Dia menjawab sembari mengetuk pintu megah itu berulang kali.
Tak lama Jan tampak keluar membukakan pintu.
"Pak Juan, dia wanita yang di minta oleh,,
"Saya mengerti. Anda boleh pergi,," Potong Juan cepat.
Laki-laki itu kemudian pamit pergi dari sana, meninggalkan Juan dan Keina yang tampak saling pandang.
Sekarang Juan tua kenapa Vano menyuruhnya untuk mengirimkan CV milik para pelamar.
"Kak Juan yang minta aku datang ke ruangan ini.?" Keina menatap intens.
Juan langsung menggelengkan kepala.
"Bukan aku menyuruh, tapi suami mu."
"Ayo masuk,," Ajak Juan sopan.
Sebenernya dia bingung melihat seorang istri CEO melamar pekerjaan di perusahaan suaminya sendiri. Namun dia tak punya hak untuk bertanya lebih jauh, terlebih dia tau kalau pernikahan itu memang tidak di inginkan oleh Vano. Dan hubungan keduanya tidak baik-baik saja.
Keina mengikuti langkah Juan di belakangnya. Matanya mengitari semua sudut ruangan mewah itu, dan berakhir pada sosok laki-laki yang tengah duduk di kursi kebesarannya sembari menatap tajam ke arahnya.
-
𝘌𝘯𝘥𝘪𝘯𝘨 𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯, 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘢𝘯𝘯𝘯𝘯..