Pernikahan sudah di depan mata. Gaun, cincin, dan undangan sudah dipersiapkan. Namun, Carla Aurora malah membatalkan pernikahan secara sepihak. Tanpa alasan yang jelas, dia meninggalkan tunangannya—Esson Barnard.
Setelah lima tahun kehilangan jejak Carla, Esson pun menikah dengan wanita lain. Akan tetapi, tak lama setelah itu dia kembali bertemu Carla dan dihadapkan dengan fakta yang mencengangkan. Fakta yang berhubungan dengan adik kesayangannya—Alvero Barnard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lima Tahun Kemudian
Dulu Esson berpikir segala masalah bisa kelar dengan uang. Namun, kenyataannya tidak. Ada beberapa masalah yang tetap tak berujung meski dengan uang yang melimpah. Tentang Carla contohnya.
Lima tahun penuh Esson mencari jejak Carla, tetapi nihil. Jangankan sosoknya, sedikit petunjuk tentangnya saja tidak ada. Esson seperti orang bodoh yang selalu menemui jalan buntu.
Entah ke mana Carla. Esson sudah mencari di seluruh penjuru kota, bahkan sampai ke luar negeri, tetapi takdir tetap tidak mempertemukannya dengan Carla. Wanita itu seolah raib ditelan bumi.
Sebuah fakta yang akhirnya membuat Esson menyerah. Walau hati masih terpaut, tetapi ada masa depan yang harus dirajut. Tiga puluh tujuh tahun bukan usia yang muda, terlebih untuk tetap melajang dan menunggu wanita yang tak pasti akan kembali atau tidak.
Itu sebabnya Esson pun berhenti mencari Carla dan menikah dengan wanita lain. Bukan orang asing yang ia pilih, melainkan wanita yang telah ia kenal sebelumnya.
Tessa Aulia Wijaya, sahabat dekat Carla. Wanita yang kini menjadi pelabuhan terakhir Esson. Meski cinta masih belum mekar sepenuhnya, tetapi Esson sudah yakin memilih Tessa sebagai wanita yang hubungannya sah secara agama dan negara.
'Aku belum sepenuhnya mencintai kamu, pun belum sepenuhnya menghapus perasaan untuk Carla. Tapi, kamu adalah satu-satunya wanita yang pantas menjadi istriku. Jadi apa kamu bersedia menikah denganku dan menua bersamaku?'
Kata-kata Esson kala itu, ketika ia dan Tessa sudah dua bulan menjalin hubungan. Bukan tanpa alasan. Tessa adalah wanita yang selalu ada setelah Carla menghilang. Wanita itu pula yang dengan sabar mengobati luka yang ditorehkan Carla.
Tessa bukan wanita genit, apalagi penggoda yang selalu menjurus ke arah ranjang. Dia adalah wanita terhormat, bermartabat, dan pandai menjaga sikap. Dia adalah cerminan wanita yang memang pantas menyandang gelar Nyonya Esson.
'Cinta bisa tumbuh seiring waktu, bahkan cinta bisa mekar karena kebiasaan. Aku tahu, tidak mudah bagimu menghapus nama Carla. Tapi, aku percaya suatu saat kamu akan bisa. Aku bahagia menjadi wanita pilihanmu, Esson, dan aku bersedia menikah denganmu.'
Jawaban bijak Tessa yang membuat Esson makin yakin untuk menikah dengannya.
Lantas, pesta pernikahan pun disiapkan dengan matang. Gaun, cincin, gedung, dan konsepnya tidak kalah mewah dengan rencana pernikahan yang gagal dulu. Bahkan, cincin yang Esson persembahkan untuk Tessa pun tidak kaleng-kaleng, yakni cincin yang dibuat langsung oleh desainer ternama dari Paris. Harganya miliaran dan hanya ada satu dalam setiap negara.
Kini, pernikahan tersebut sudah dua bulan berjalan. Mengingat usia keduanya yang sangat matang—Esson 37 tahun dan Tessa 33 tahun, mereka tidak lagi menunda momongan. Sejak awal menikah langsung merencanakan kehamilan.
Tuhan pun merestui jalan yang mereka pilih. Satu bulan setelah menikah, Tessa mengandung anak Esson, dan sekarang kehamilan tersebut sudah berusia satu bulan. Kehidupan yang sangat indah, bukan?
"Sayang, nanti malam aku ada undangan makan dengan owner Hotel Sakura. Sepertinya mereka juga ingin bekerja sama untuk pengembangan restoran yang akan didirikan di sebelah hotel. Jadi, pulangku sedikit telat," ucap Esson sebelum berangkat ke kantor.
Sikapnya manis dan hangat, persis seperti sikapnya dulu terhadap Carla. Memang itulah Esson, selalu meratukan wanitanya.
"Iya, Sayang. Kamu hati-hati ya, kerjanya jangan terlalu diforsir."
"Siap, Sayang." Esson menjawab sembari memeluk Tessa dan mendaratkan ciuman mesra di keningnya. Sungguh, sikap seorang suami yang romantis dan penyayang.
Usai mengantar kepergian Esson, Tessa tersenyum sendiri sambil mengusap perutnya yang masih rata. Tak pernah disangka ia berhasil menjadi istri Esson, bahkan sebentar lagi akan menjadi ibu dari anak lelaki itu. Dulu hal ini tak pernah berani ia impikan selagi masih ada Carla.
"Semoga kita selalu bahagia, Esson," batin Tessa.
Lantas, ia kembali ke kamar dan meneruskan bacaan buku yang belum rampung. Sejak hamil dia memang fokus di rumah dan menjaga kandungannya.
Namun, Tessa juga tak keberatan. Melepaskan karier bukanlah apa-apa jika imbalannya adalah seorang Esson Barnard.
_________
Sesuai dengan jadwal yang telah diagendakan, malam ini Esson datang ke Hotel Sakura guna menghadiri undangan makan malam dari sang pemilik hotel.
Dengan didampingi tangan kanannya, Esson melangkah memasuki hotel dengan penuh wibawa dan karisma. Beberapa karyawan yang menyambutnya pun menunduk hormat, tahu bahwa Esson adalah tamu besar sang atasan.
Sesampainya di ruangan yang telah disediakan untuk mereka makan malam, Esson tertegun dalam beberapa saat. Perhatiannya tercuri penuh pada bunga-bunga segar yang tertata di setiap sudut ruangan.
"Bunga ini ...," batin Esson.
Pikirannya tak lagi di sana, tetapi berkelana pada masa silam. Konsep rangkaian bunga yang ada di hadapannya saat ini, mengingatkan Esson pada ciri khas sentuhan tangan seseorang. Carla Aurora.
Bersambung...
Penderitaan Carla sungguh sungguh menyakitkan 🥲🥲🤗🤗
Jadi untuk apa memperdalam kisah yng sdh lewat ikhlas kan aja Son , cerita mu dngn Carla sdh selesai 😠😠🤣