Seorang CEO yang tak sengaja mendapatkan amanah dari korban kecelakaan yang ditolongnya, untuk menyerahkan cincin pada calon pengantin wanita.
Namun Ia malah diminta Guru dari kedua mempelai tersebut untuk menikah dengan mempelai wanita, yang ditinggal meninggal Dunia oleh calon mempelai pria. Akankah sang CEO menikah dengan mempelai wanita itu? Akankah sang mempelai wanita setuju Menikah dengan sang CEO?
Dan sebuah masalalu yang mempelai wanita itu miliki selalu mengganggu pikirannya. Kekhawatiran yang ia rasakan selalu menghantui pikirannya. Apakah masalalu yang menghantui pikiran mempelai wanita itu?
Cerita ini hanya khayalan Author, jika ada kesamaan tokoh, kejadian itu hanya kebetulan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebutir Debu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24 Tampil Cantik Untuk Suami Itu Ibadah
Saat Marisa sedang mengukur tubuh Bram. Mata Marisa terbelalak karena melihat goresan-goresan merah pada leher Bram. Kerah kemeja Bram yang tertarik membuat jelas sekali ukiran berwarna merah hasil kerokan Ayra itu membuat Marisa yang tak pernah tahu jika itu dihasilkan dari benda koin bukan bibir mungil Ayra.
Marisa tersenyum simpul ketika mengukur bagian pundak Bram.
"Amazing, dia wanita yang luar biasa ternyata. Maha karya cinta nya begitu nyata dan cetar membahana di setiap inci tubuh Bram hihihi.... Ah aku jadi traveling dan menginginkan nya."
Marisa pindah kebagian depan Bram. Senyum simpul Marisa membuat Bram tidak suka.
"Nyonya Marisa apa yang membuat mimik wajah anda seperti itu. Anda sedang memikirkan saya?"
"Katakan pada ku semalam berapa ronde kalian habis waktu bersama? Dan aku yakin istri mu memberikan pelayanan yang luar biasa Bram. Pantas kau memilih nya. Kau lebih memilih isinya daripada covernya hehehe...."
Marisa berbisik ditelinga Bram. Kedua netra Bram membesar.
"Apa maksud mu Marisa?"
"Hehehe.... mahakarya istri mu terpampang jelas pada leher mu Bram."
Marisa meninggalkan Bram sendiri karena ia telah selesai mendapatkan semua ukuran untuk baju pengantin Bram.
Bambang yang mendengar pembicaraan itu tertawa terpingkal-pingkal. Ia sangat menikmati wajah jutek sang kakak karena ia tahu itu adalah mahakarya koin kerokan karena ia pun semenjak hidup tanpa nama besar Pradipta harus merasakan keganasan koin itu disaat tubuhnya mengalami panas.
"Katakan pada ku. Kau pasti belum menyentuhnya kan Bram? atau gosip yang beredar tentang kau dan Rafi....?"
"Bugh!"
"Kau pikir aku penyuka terong? bahkan makanan yang bernama terong itu saja aku tak menyukai nya apa lagi kilasan nya!"
"Lalu kenapa masih tak kau nikmati surga dunia yang sudah layaknya kau nikmati itu?"
"Heh. Dia bukan tipe ku. Lihat cara nya berpakaian!? Walau wajah nya masuk kriteria cantik Tapi caranya berpakaian tak membuat mata ku terobsesi. Dia tidak sepadan mendampingi ku dengan penampilan nya itu.!"
Ayra yang tak sengaja ingin mengetuk pintu karena merasa meninggalkan tas nya di dalam ruangan Marisa mendengar jelas percakapan suaminya itu.
Nyonya Lukis yang tak sengaja ada dibelakang Ayra hanya mendengar kalimat terakhir yang diucapkan putra sulungnya itu.
Nyonya lukis menarik pergelangan tangan Ayra. Sedikit menjauh dari ruang Marisa. Ia memilih sebuah sofa yang berada di sudut luar ruangan Marisa.
Nyonya lukis mengangkat dagu menantunya. Terlihat kesedihan namun cepat ditutupi oleh Ayra dengan senyum kepada mertuanya itu. Karena Ayra paham betul pesan Umi Laila untuk tidak memasang wajah masam, sedih dihadapan suami dan orang tua.
"Ay, katakan pada mama apakah dalam agama seorang istri tak boleh tampil cantik untuk suaminya?"
Ayra menatap Nyonya lukis ia mencoba mengambil nafas sebelum menjawab pertanyaan nyonya Lukis.
"Ma,Di antara fitrah seorang perempuan adalah keindahan. Berdandan dan tampil menarik merupakan anjuran Islam. Dengan tujuan untuk membahagiakan sang suami.
Maka berdandan atau tampil cantik untuk suami merupakan bagian dari ibadah. Sehingga istri kelak akan mendapatkan balasan dan pahala dari Allah di akhirat kelak, Ma."
Nyonya Lukis bahagia karena ternyata ia bisa membuat menantunya tampil lebih modis agar Bram merasa nyaman dan jatuh hati karena istrinya mampu mengimbangi penampilan nya. Bram yang terbiasa bertemu wanita-wanita cantik, modis, trendi maka cukup memasang standart untuk kata cantik.
"Sekarang tidak ada alasan kamu untuk menolak. Kamu telah menjelaskan bahwa berdandan untuk suami boleh. Sekarang kamu ikut mama. Dan setelah ketempat satu ini, kamu ikut mama ke suatu tempat yang harus juga kamu kunjungi."
Nyonya lukis menarik tangan Ayra ke ruangan yang bertuliskan
[Aisha room]
"Saya ingin anda menunjukkan koleksi yang yang anda buat untuk menantu saya ini. Yang sesuai dengan prinsip nya tadi. Apa Ay mama lupa?"
"Tertutup, tidak menerawang, tidak menunjukkan lekuk tubuh, menutupi bagian paha dan pinggul. Serta tidak mengundang syahwat mata yang memandang nya. Tetapi tetap tampil cantik. Benar kan Ayra Khairunnisa?"
Suara lelaki yang biasa berbicara ketus dan kasar terdengar cukup tenang dan datar. Lelaki yang baru saja masuk mengikuti Nyonya Lukis dan Ayra menjawab pertanyaan yang ditujukan pada Ayra.
soalnya saya banyak kenal orang dari berbagai daerah meskipun pernah mondok, tp tidak sedetail itu tau tentang najis
mau komen keseeell.. ternyata udah ada yg mewakili😆