Dara anak seorang pembantu di jodohkan dengan seorang pewaris tunggal sebuah perusahaan karena sebuah rahasia yang tertulis dalam surat dari surga.
Dara telah memilih, menerima pernikahannya dengan Windu, menangkup sejumput cinta tanpa berharap balasannya.
Mampukah Dara bertahan dalam pernikahannya yang seperti neraka?
Rahasia apa yang ada di balik pernikahan ini?
Mampukah Dara bertahan dalam kesabaran?
Bisakah Windu belajar mencintai istrinya dengan benar? Benarkah ada pelangi setelah hujan?
Ikuti kisah ini, dalam novel " Di Antara Dua Hati"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 MEMBELA DIRI
"Nyonya, jangan-jangan nyonya sedang hamil?" Mata Mbak Parmi sedikit menggoda.
"Bagaimana mungkin aku sedang hamil?" Dara Dara sedikit salah tingkah mendengar tuduhan yang begitu menohok itu.
"Sepertinya akhir-akhir belakangan ini, nyonya sering sakit dan sedikit tidak bersemangat."
"Setiap orang bisa sakit kan, mbak." Dara terkekeh mendengar alasan mbak Parmi yang aneh itu.
"Tapi nyonya besar tidak biasanya seperti itu."
"Mungkin tekanan dari beberapa masalah antara aku dan Kak Windu membuatku terlihat sedikit kurang bersemangat." Sahut Dara memberi alasan.
"Bukan itu saja..." Mbak Parmi menatap Dara dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan sikap menilai yang lucu.
"Apa lagi sih, mbak? Aku tambah berantakan, tambah jelek, tambah tak terurus....begitu?" Dara tertawa kecil pada mbak Parmi.
"Bukan...bukan begitu...tapi..."
"Tapi apa lagi?"
"Setiap masuk ke dapur beberapa hari belakangan ini nyonya akan mual jika mencium bau-bau masakan yang menyengat.
Selama ini tempat favorit nyonya muda kan di dapur? Kemarin, waktu masuk dapur nyonya muda langsung menutup hidung lalu lari kembali ke kamar. Bukankah itu aneh sekali?"
"Apanya yang aneh?" Dara mengernyit dahinya.
"Bukankah itu gejala orang yang sedang hamil?" Mbak Parmi membalas tatapan mbak Parmi dengan wajah begitu curiga.
"Mbak ini ada-ada saja...begitu saja dibilang gejala hamil. Kebanyakan nonton sinetron mbak Parminya." Dara tertawa mendengar alasan mbak Parmi.
"Iya, mbak...di sinetron-sinetron suka begitu ceritanya." Mbak Parmi tersipu, karena memang dia penyuka semua sinetron rumah tangga yang banyak pelakornya, lalu sang istri di bikin sengsara menderita tujuh lautan tujuh samudra, di depan televisi mbak Parmi akan termehek-mehek dengan kain handuk yang segera menjadi basah karena air matanya juga.
"Bagaimana saya bisa hamil mbak, tuan muda itu saja tidak sekamar denganku sudah berbulan-bulan." Dara terkekeh, berusaha mengusir kecurigaan mbak Parmi.
Mbak Parmi mengangguk-anggukkan kepalanya, jawaban Dara cukup beralasan.
"Jangan terlalu kuatir begitu, aku hanya sedang tidak enak badan, mbak." Dara tersenyum sambil berbaring kembali diatas bantalnya yang dibikin tinggi.
"Tadi tuan besar menanyakan kenapa nyonya muda tidak keluar kamar..." Tiba-tiba mbak Parmi berucap.
"Mbak Parmi jawab apa?" Dara bertanya dengan sedikit gugup, kalau urusan tuan besar dia sedikit merasa was-was. Ayah mertuanya itu meskipun tidak terlalu banyak bicara tapi sangat perhatian padanya.
"Saya bilang ke tuan besar, nyonya muda sedang tidak enak badan, seperti yang nyonya muda suruh."Jawab mbak Parmi tanpa rasa bersalah.
Dara menghela nafas dengan lega, dia sungguh tidak ingin membebankan semua masalah yang sedang mereka alami pada laki-laki baik yamg baru tiga bulan yang lalu kehilangan istri tercintanya. Membuatnya sedih untuk hal baru tentu saja tidak seharusnya ditimpakan oleh dirinya dan Windu.
"Terus apa kata tuan besar?" Tanya Dara lagi dengan sedikit penasaran
"Di suruh memanggilkan dokter Niko." Jawab mbak Parmi pendek.
"Ah, tidak usah bi...aku sudah minum obat, cuma sakit biasa, meriang karena mau pilek saja." Dara mengibaskan tangannya, bibirnya di tariknya kebawah sedemikian rupa, seolah penyakit yang sedang dialaminya itu begitu remehnya.
"Dan lagi...aku sudah minum obat dari resep dokter Lisa...jadi semua orang tidak usah mencemaskan aku."
"Dokter Lisa?" Mbak Parmi bertanya dengan bingung, dia sedikit binging, selama ini yang dia tahu, Dara tak pernah mengenal dokter selain dokter Niko.
"Itu...maksudku dokter Lisa temanku." Dara benar-benar keceplosan.
"Teman nyonya?"
"Aduh, mbak...aku masih mengantuk, mau tidur sebentar." Dara menarik selimutnya, seolah-olah sedang ingin tidur.
"Ini masih jam setengah sembilan..." mbak Parmi bertambah bingung dengan sekarang dengan sikap Dara yang semakin aneh saja.
"Tadi malam susah tidur mbak."
Mbak Parmi mengangguk-angguk lagi, lalu membereskan semua piring dan mangkok tempat sarapan Dara yang diantarnya tadi.
"Oh, iya...tadi tuan muda menanyakan nyonya muda..."
"Menanyakanku?" Dara memicingkan mata.
"Kalau nyonya sudah enakan, tuan muda ingin bicara." Kata mbak Parmi sambil bersiap pergi.
"Bicara apa?" Dara menunjukkan wajah sedikit antusias, mungkin Windu sudah kembali waras otaknya, kembali ke rencana awalnya minta perceraian dengan Dara segera dituntaskan.
"Saya kurang tahu mau membicarakan apa. Tuan muda hanya bilang ingin bicara." Jawab mbak Parmi.
"Oh..." Dara menggedikkan bahunya, dia tidak perlu mencecar mbak Marni dengan banyak pertnyaan lagi, toh dia tak tahu apa-apa.
Masalah mereka berdua Windu tak ada yang benar-benar tahu, sebesar apa konflik yang terpendam antara sepasang suami istri itu.
"Oh, iya..." Mbak Parmi tiba-tiba berbalik, seolah dia ingat sesuatu lagi.
"Ada apa, mbak?" Dara menjulurkan lehernya dari balik selimut.
"Tuan muda sudah melarang Fitri untuk masuk kamarnya lagi."
"Kenapa? Fitri bikin masalah dengan tuan muda?" Dara tampak terkejut, Fitri adalah keponakan mbak Parmi yang di suruh oleh Dara mengurus semua keperluan Windu dan satu-satunya yang keluar masuk kamar tian muda itu untuk membersihkan kamar, menyiapkan semua pakaian dan segala macam keperluan Windu.
"Tuan muda hanya tidak suka Fitri keluar masuk kamarnya, katanya tuan muda begitu." Jawab mbak Parmi.
"Hah...apa dia sudah tidak waras, memangnya dia bisa mengurus keperluannya sendiri? Tempat kaos kaki saja dia perlu orang lain yang menunjukkan." Dara mengomel panjang pendek, kesal luar biasa dengan sikap arogan Windu yang semakin menjadi-jadi.
"Tuan muda bilang..." Mbak Parmi tampak ragu meneruskan kalimatnya melihat muka masam nyonya mudanya itu.
"Dia bilang apa lagi?" Dara mencecar dengan pias jengkel.
"Tuan muda bilang, dia mau nyonya muda saja yang mengurus semua keperluannya." Lanjut mbak Parmi.
Dara melotot seperti ayam baru menelan karet, mbak Parmi segera kabur dari kamar itu, dia tahu nyonya mudanya itu sedang marah.
"Astaga orang itu, memang tak ada puas-puasnya menyusahkanku! Apalagi yang mau dilakukannya padaku. Manusia plin plan tidak jelas!"
Dara merutuk dalam hati, sekarang dia benar-benar sangat kesal luar biasa pada Windu.
Dia turun dari tempat tidur, rencananya ingin berbaring dan bermalas-malasan serasa menguap begitu saja. Kepalanya yang sedari tadi pusing tiba-tiba seringan kapas, bahkan rada mualnya hilang mendadak.
Yang ingin dilakukannya adalah mendatangi Windu, dia tidak ingin laki-laki tak berperasaan itu mendapat celah untuk menghinanya lagi apalagi sampai menginjak-injak harga dirinya.
Kalau selama ini Windu yang bersikap provokatif supaya dia tak tahan dan meminta perceraian dengan cepat, sekarang waktunya dia membalik keadaan.
Dia akan membuat Windu yang mengemis-ngemis meminta dia menceraikan dirinya.
(Yaaa...Penderitaan Windu di mulai di part depan saudara-saudari readers, kita lihat bagaimana Dara bersikap pada sang suami yang telah membuat hati dan harga dirinya terluka ini😅😅😅 Yukkk...tetap stay di novel akak yaaaaa❤️❤️❤️ jangan lupa Vote dan hadiah minggu ini Dara🤭)
...Terimakasih sudah membaca novel ini❤️...
...VOTE, LIKE dan KOMEN kalian selalu author nantikan😊...
...I love you all❤️...
Terimakasih
Rangkaian katanya indah tapi mudah dimengerti.
Karakternya tokoh2nya kuat,
Alurnya jelas, jadi tidak melewatkan 1 kalimatpun,
Sekali lagi Terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
author pandai merangkai kata.
tapi tak pandai memilih visual windu, ga cocok tor sama dara haha maap ya tor 🙏