" Aku akan membiayai sekolahmu sampai kamu lulus dan jadi sarjana. Tapi kamu harus mau menikah denganku. Dan mengasuh anak-anak ku. Bagaimana?
Aqila menggigit bibir bawahnya. Memikirkan tawaran yang akan diajukan kepadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai_va, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekolah Leon
" Kalian nggak mau honeymoon??"
Aqila dan Abizam tersedak saat mama Abi bertanya perihal bulan madu kedua pengantin baru itu.
" Abi terserah Qila aja Ma."
" Qila ikut sama Kak Abi aja Ma. Kak Abi kan kerja. Kalau harus nuruti Qila nanti jadi keteteran."
" Honeymoon itu apa Oma?"
" Hmmm apa ya?? Pergi bersenang-senang yang hanya boleh dilakukan oleh papi sama mami. Nanti kalau sudah pulang dari honeymoon biasanya bisa langsung punya adek bayi."
Aqila dan Abizam kembali tersedak.
" Mami sama papi makan pakai kuah dong biar nggak tersedak terus."
" Iya. Mama...nanti dulu dong ngomongnya."
" Iya..iya...makan dulu kalian."
Mereka pun melanjutkan makan malamnya. Setelah itu Aqila menuju ke kamar Leon. Diambilnya bantal yang berukuran besar dan cekung.
" Atlas!! Come here!!"
Seakan memahami ucapan Aqila, Atlas pun menghampiri Aqila diikuti oleh Leon.
" Ini tempat tidur Atlas mami??"
" Iya. Atlas boleh tidur di kamar Leon, tapi dia nggak boleh naik di atas tempat tidur ya. Atlas kan habis pipis atau main pasir. Nanti tempat tidur Leon kotor."
" Iya mami."
Aqila menunggu sampai Leon tertidur dan setelah itu dia kembali ke kamarnya. Dilihatnya Abizam yang sedang melihat acara televisi.
" Kakak nggak tidur??"
" Nunggu kamu."
Aqila mengubah lampu kamar menjadi redup dan setelah itu Aqila naik ke atas tempat tidur.
" Leon sudah tidur??"
" Sudah kak."
" Sejak ada kamu, dia jadi nggak mau ditidurkan sama aku. Mintanya sama kamu aja."
Aqila terkekeh mendengarnya. Setelah itu Aqila merebahkan dirinya di samping Abizam dan memeluk pinggang Abizam.
" Kamu mau honeymoon kemana??"
" Terserah kakak. Di mana saja Qila ikut kakak."
" Beneran nih??"
" Iya kak."
" Qila....."
" Iya??"
" Kalau Qila belum siapa melakukannya, kakak nggak akan melakukan kok. Kita bisa menikmati liburan dan benar-benar bisa liburan tanpa melakukan hal yang orang dewasa lakukan."
" Iya kak."
" Kakak cinta banget sama Qila."
" Qila juga."
" Gimana kalau kita ke villa aja??"
" Villa??"
" Kakak punya villa di daerah puncak. Nggak terlalu besar sih. Tapi lumayan juga. Ada kebun strawberry dan kebun tehnya. Kita bisa sambil memetik buah strawberry dan daun teh untuk diseduh langsung."
" Boleh. Kita ajak Leon kak??"
" Oke. Kita ajak Leon. Kita liburan bersama keluarga kecil kita."
" Iya."
Malam itu mereka tidur tanpa melakukan apapun lagi.
...****************...
" Leon nggak mau."
" Kenapa??"
Pagi itu Aqila dan Abizam mengatakan kepada Leon tentang rencana liburan mereka.
" Papi sama mami aja yang liburan. Leon di rumah sama Atlas."
" Kalau Atlas kita ajak aja gimana??"
" Nggak mau juga. Kata Om Ryan kalau Leon mau punya adik, Leon harus sering-sering membiarkan papi sama mami berduaan."
" Dasar Ryan."
" Mami..."
" Iya. Kenapa??"
" Kalau mami sama papi punya adik, akan tetep sayang sama Leon kan??"
" Tentu saja. Leon akan tetap jadi anak yang papi dan mami cintai."
Leon pun memamerkan senyumnya.
" Hari ini mami janji antar Leon sekolah kan??"
" Iya. Mami juga sudah siapkan bekal untuk Leon juga. Nanti kalau ada teman yang nggak bawa bekal, Leon jangan lupa berbagi sama temannya ya. Jadi orang nggak boleh pelit. Leon harus bisa jadi anak yang baik kebanggaan papi sama mami."
" Iya mami. Leon janji."
Setelah sarapan pagi, Aqila pun menyiapkan bekal untuk Leon.
" Leon sini."
" Iya mami."
Leon menghampiri Aqila dan raut kegembiraan terpancar dari wajah Leon. Dilihatnya bekal bentonya yang berbentuk singa. Lengkap dengan telur dadar sebagai rambutnya. Sayuran hijau pun seakan menjadi tempat berteduh singa bento tadi.
" Ini semua harus habis. Mami tahu Leon nggak suka brokoli. Tapi Leon habiskan semua ini. Kalau nggak, mami nggak mau buat kan bekal untuk Leon lagi."
" Iya mami. Leon memang nggak suka brokoli. Tapi masakan brokoli mami bikin Leon suka."
" Anak pintar."
" Ini garlic bread buatan mami. Mami buat ala-ala aja. Nanti jangan lupa berbagi sama teman-teman Leon ya."
" Iya mami."
Abizam dan Aqila pun mengantarkan Leon sekolah. Tampak beberapa ibu muda yang duduk berjejer di ruang tunggu yang disediakan oleh pihak sekolah.
" Qila disini aja ya kak?? Kakak bilang kakak ada rapat di dekat sini. Daripada Qila ikut terus nggak ngapa-ngapain. Lebih baik Qila disini ya??"
" Oke. Kamu bawa uang tunai??"
Aqila membuka dompetnya yang ada di tas selempang kecilnya dan ditunjukkannya dua lembar uang seratus ribuan kepada Abizam.
" Ini cukup untuk Qila jajan."
Abizam membuka dompetnya dan diambilnya sepuluh lembar uang seratus ribuan.
" Kak..."
" Uang saku Qila a hari ini. Kakak belum isi saldo di kartu debit Qila. Jadi Qila pakai ini aja."
" Kakak belum isi, tapi saldo Qila aja masih seratus jutaan. Kakak terlalu loyal."
Aqila mengerucutkan bibirnya dan membuat Abizam gemas. Di kecupnya kening Aqila.
" Kakak jemput nanti. Di depan ada mall kalau Qila sama Leon mau ke sana kabari kakak."
" Iya kak."
Aqila pun duduk di ruang tunggu yang disediakan oleh pihak sekolah. Salah seorang mama murid pun mendekati Aqila.
" Kok aku baru kali ini ya lihat mama nya Leon."
" Ah iya. Salam kenal, saya Aqila mamanya Leon."
" Oh, aku Devina. Mama nya Zain."
" Oh iya. Salam kenal."
" Memang kamu mama kandungnya Leon?? Kok kelihatan lebih muda ya?? Kayak baru lulus sekolah aja."
Ada rasa tidak suka dari diri Aqila, tetapi dia harus bersikap tenang dan sopan.
" Oh ya?? Berarti saya masuk awet muda ya??"
" Kamu bukan mama kandungnya Leon kan?? Wajahnya juga gak mirip."
" Lalu dimana letak kesalahannya mom?? Apa salah kalau saya bukan mama kandungnya Leon??"
" Ya nggak. Tapi kasihan aja. Sama Leon kalau dia nggak ada mama kandungnya. Mama kandungnya kabur ya??"
" Apa segitu pentingnya keberadaan mama kandung Leon untuk anda??"
" Ah nggak. Biasa aja."
" Kamu pasti sebel ya karena ada mamanya Leon. Kamu kan dari dulu naksir sama papanya Leon. Dasar gatel. Lebih baik urusi anak dan suami kamu. Kalau di tahu kamu kegatelan sama papa nya Leon, habis kamu dicerai sama suami kamu."
Seorang wanita muda dan cantik serta modis menghampiri mereka dan membantu Aqila. Devina pun meninggalkan mereka. Wanita cantik itu pun menghampiri Aqila.
" Abaikan wanita itu. Memang dari dulu dia sudah suka sama papa nya Leon. Padahal masih punya suami. Cuma suaminya memang sudah tua sih."
" Ah iya.. anda.."
" Oh iya kenal kan nama ku Liliana. Aku mama nya Alicia."
" Aahh Alicia. Iya saya tahu Alicia."
" Kemarin Cia cerita kalau dia bertemu mama nya Leon yang cantik dan baik. Jadi kamu mama nya Leon itu??"
" Iya kak. Salam kenal."
" Oh iya. Nggak salah yang Cia bilang. Kamu memang cantik."
" Ah bisa saja si Alicia."
Mereka bercerita dan saling berbagi tentang berbagai macam hal sampai mereka tidak menyadari kalau jam pulang sekolah sudah berbunyi.
" Mamiii.."
Leon menubruk Aqila dan memeluknya.
" Bekal Leon habis."
" Oh ya???"
" Masakan Tante enak sekali. Cia suka sama garlic breadnya. Seperti yang ada di restoran pizza. Mama, bikin garlic bread seperti yang Tante Qila buat dong."
" Qila ada resepnya nggak?? Aku minta dong."
" Ada kok kak. Nanti aku kasih."
" Tumben-tumbenan si Cia bilang enak.. Cia ini makannya susah. Aku kadang sampai pusing kalau mau buatkan bekal untuk Cia."
Handphone Aqila pun berdering. Dilihatnya nama Abizam yang menghubunginya.
" Hallo Kak."
" Qila masih di sekolah Leon kan??"
" Iya. Ini Leon baru bubaran sekolahnya."
" Kamu ke mall di situ dulu ya. Kakak masih ada meeting."
"Oh iya kak. Nanti Qila jalan-jalan sama Leon dulu di mall."
" Kakak malam ini lagi pengen makan sup tomat buatan kamu."
" Akan Qila buatkan."
" Papi mau sup tomat pasti ya mami??"
" Iya. Kenapa??"
" Leon nggak mau. Leon mau bola-bola udang aja."
" Oke. Nanti mami buatkan."
" Nanti kakak jemput sayang ya."
" Iya kak."
Wajah Qila memerah saat mendengar Abizam memanggilnya sayang. Abizam pun mengakhiri panggilan mereka.
" Mami sakit ya?? Kok wajahnya merah??"
" Ah nggak. Mami cuma kepanasan saja. Ayo kita pergi ke mall untuk berbelanja bahan makanan nanti Papi akan jemput kita di sana karena papi masih belum selesai."
" Kamu pinter masak ya Qila??"
" Ah nggak juga kok kak. Hanya sedikit-sedikit saja."
" Sup tomat?? Aku kok baru denger. Suami ku suka makan tomat. Boleh aku ikut belanja ke mall?? Aku pengen tahu resepnya. Kali aja cocok untuk suamiku."
" Boleh kak. Ayo kita berangkat sekarang."
Mereka berempat pun pergi ke mall dan masuk ke supermarket. Aqila membeli beberapa bahan yang akan digunakan untuk membuat bola-bola udang dan sup tomat. Di saat mereka sedang memilih-milih bahan makanan seseorang memanggil Aqila.
" Aqila kan??"
Aqila melihat ke arah gadis yang memanggilnya. Dia adalah Rea.
" Rea..."
" Ngapain kamu di sini?? Bisa kamu di mall sebesar ini?? Mau belanja atau mau nyuri kamu??"
Aqila cukup terkejut dengan ucapan Rea yang terkesan merendahkannya.
" Dia siapa Aqila??"
" Teman sekolah ku kak."
" Hah??"
" Ceritanya panjang nanti kapan-kapan aku akan menceritakan kepada kakak sekarang lebih baik kita abaikan saja dia."
" Ah iya kelihatannya juga dia bukan anak baik-baik dilihat dari dandanannya dan cara dia yang merendahkan kamu seperti itu."
" Iya kak."
Mereka pun mengabaikan Rea yang masih saja merendahkan Aqila.
" Cewek seperti kamu itu nggak pantas berbelanja di sini, disini harga barang-barangnya itu mahal lebih baik kamu belanja di pasar tradisional sana yang harganya lebih murah dan kotor seperti kamu."
Aqila mengabaikan semua ucapan Rea.
" Astaga dia ini anak sekolahan tetapi bahasanya kok seperti itu sih."
" Iya kak."
Rea terus mengikuti Aqila dan juga Liliana sambil terus merendahkan Aqila.
" Kuping ku lama-lama panas dengarnya. Hei bocah!! Kamu kalau mau ngolokkan orang lihat-lihat dulu. Dari segi dandanan saja kamu udah kalah sama Qila. Barang-barang yang menempel di tubuh kamu barang kawe semua. Berbeda dengan yang dipakai Aqila. Semua masih ori. Kamu pikir aku nggak tahu mana yang kawe dan mana yang ori?? Aku selebgram yang cukup terkenal walaupun followers ku nggak banyak. Tapi aku tahu mana yang ori dan mana yang palsu. Kalau kamu nggak percaya aku bisa membuktikannya. Tas kamu itu pun juga nggak ori kok. Pakai barang kawe aja bangga."
Rea dibuat kelabakan dengan ucapan Liliana. Rea pun mendengus kesal dan pergi dari hadapan Aqila diiringi tatapan dari beberapa orang yang menyaksikan perdebatan mereka.
"Maaf Qila aku nggak sesabar kamu jadi aku terpaksa mengeluarkan kalimat itu."
" Nggak apa-apa kak."
Mereka pun melanjutkan berbelanjanya sampai pada akhirnya Abizam datang dan menjemput mereka. Abizam memeluk pundak Aqila dan mengecup kening Aqila.
" Sudah dapat semua??"
" Iya. Punya kakak dan punya Leon. Oh ya kak, kenalkan. Ini kak Liliana. Dia mamanya Alicia."
" Oh, yang gadis kecil kemarin ya??"
" Iya kak."
" Hallo Abizam"
" Liliana. Terima kasih ya Qila buat resepnya. Nanti kalau ada yang kurang aku akan tanya kamu. Sekarang aku mau pulang dulu. Cia sudah lapar."
" Iya kak. Hati-hati di jalan."
Liliana dan juga Alicia pun meninggalkan mereka bertiga Abizam menatap ke arah Aqila yang wajahnya terlihat senang dan berseri-seri.
" Senang banget yang dapat teman baru."
" Berteman dengan ibu-ibu muda ternyata menyenangkan juga kak. Qila seneng."
" Ayo kita pulang sekarang kakak sudah lapar banget kepingin makan masakan kamu."
" Mami, belikan cemilan untuk Atlas kan ya?"
" Iya. Habis itu nanti Leon harus rajin-rajin ya ngajak Atlas jalan-jalan jangan sampai Atlas jadi anjing yang terlalu gemuk."
" Akan Leon aja lari-lari di sekitar halaman saja."
Mereka bertiga pun kemudian menuju ke sebuah pet shop untuk membelikan cemilan bagi Atlas dan setelah itu mereka kembali ke rumah.