Gaharu Raga Argantara, harus pasrah menerima hukuman dari Papinya. Raga harus tinggal di desa tempat tinggal Kakek Nenek nya selama 6 bulan.
Dan ternyata disana ia terpikat oleh gadis cantik, sekaligus putri dari supir keluarga nya di kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selesaikan dulu
***
Raga baru bisa pulang di jam empat sore, itu juga setelah abangnya memberitahu kalau dokter Nisa sudah pulang.
Raga gak habis pikir, dokter Nisa kan seorang dokter. Masa gak sibuk di rumah sakit? Kok bisa dari siang sampai sore berada di rumah orang bukan di rumah sakit.
Raga baru saja selesai mandi, ia masih di kamarnya. Sejak tadi ada beberapa notif masuk dari akun media sosialnya. dan ia baru sempat sekarang membukanya.
Ternyata ada beberapa DM masuk dari dokter Nisa.
Nisa_L : (“Raga, ini aku Nisa. Jangan lupa follback ya”)
Nisa_L : (“Sekarang aku lagi di rumah nenek kamu, tadi nggak sengaja ketemu sama keluarga kamu. ”)
Nisa_L : (“tadi aku sempat minta no kamu ke Mami kamu, tapi gak di kasih. Soalnya takut kamu marah.”)
Nisa_L : (“Boleh tukeran no hp gak?”)
Nisa_L : (“Nanti kapan-kapan aku mau main ke sini lagi, katanya sekarang kamu lagi di kandang sapi, kok kamu mau sih kerja di kandang sapi, kenapa gak kerja di pabrik papi kamu aja, padahal enakan di sana. keduanya pake AC”)
Raga hanya membaca tanpa ada niatan untuk membalas, bahkan ia juga langsung blokir akun media sosial nya dokter Nisa.
masih bersyukur karena tidak ada yang memberitahu dokter Nisa soal usaha barunya, entah apa yang mereka katakan kepada dokter Nisa soal pekerjaan nya.
Sepertinya ia bertanya kepada Maminya, Raga beranjak dari duduknya dan pergi ke luar kamar. Dari arah dapur cukup berisik dengan suara para perempuan yang seperti nya sedang memasak untuk makan malam, dan dari ruang tengah ada dua ponakan nya serta abangnya.
yang tidak ada hanya Papi dan kakeknya, Raga pergi ke dapur karena merasa haus.
“doker Nisa ada hubungi kamu gak? Soalnya tadi dia nyari akun media sosial kamu, terus katanya ketemu.” tanya Sekar.
“Ada, tapi usah aku blokir.” jawab Raga.
“Dek, menurut mami kalau memang kalian ada masalah yang belum diselesaikan, lebih baik selesaikan dari sekarang biar lebih tenang. Mami lihat seperti nya dokter Nisa itu orangnya nekat dan ambisius, apa yang dia mau harus dapat, kayak tadi, dia kekeh tanya akun media sosial kamu, tapi gak ada yang ngasih tahu, terus minta no kamu juga, pas kita lagi sibuk motong buah mau bikin rujak, dia malah sibuk main hp, katanya lagi nyari akun media sosial kamu”
“Bisa jadi nanti akan sering datang kesini, tadi Papi bilang kalau kamu kerjanya di kandang, jadi tukang bersih-bersih kandang sama mandiin sapi, responnya kayak kaget gitu.” lanjut Bu Lena.
“Udah aku selesai pas kemarin ketemu di toko, orangnya aja ngeyel” balas Raga.
“Kalau ketemu lagi jajan ngehindar, hadapi. kasih penjelasan yang tegas kenapa kamu selalu menghindar, kenapa gak mau suka sama dia, kalau masalah kalian soal perasaan, bilang kamu gak suka.” ucap Bu Lena.
“Udah pernah bilang begitu, tapi gak percaya, katanya aku masih suk.....,
Raga buru-buru menutup mulut nya, ia keceplosan. Ketiga perempuan disana langsung menatap Raga.
“Wow, jangan bilang kamu confess sama dia tapi di tolak karena mikirnya kamu miskin, terus bilang gak selevel?” tanya Sekar.
Bu Lena masih menatap putra bungsu nya, “benar begitu?”
Raga mengangguk lemah, ia merutuki bibirnya sendiri karena sudah keceplosan.
“Benar sudah gak suka?” tanya nek intan.
Raga mengangguk dengan yakin. “Pas di tolak udah langsung gak suka ko.”
“Terlanjur sakit hati ya,” kekeh Sekar.
“Nanti kalau kesini lagi jangan di buka gerbangnya, atau suruh bi Eni bohong kalau di rumah gak ada siapa-siapa.” ucap Raga.
“Iya kalau nenek lagi didalam, kalau lagi di luar kan gak mungkin bilang begitu.” balas nek intan.
Raga menyudahi obrolan nya karena mendengar suara Papi dan kakek nya yang seperti nya sedang berjalan mendekat ke arah mereka.
Ia memilih untuk bergabung di ruang tengah.
*
Makan malam terakhir dengan orang tuanya sebelum mereka kembali ke Jakarta, raga juga sebelum nya sudah meminta Maminya untuk tidak menceritakan papinya soal dirinya yang pernah confess yang berakhir sakit hati.
“besok Om gak ikut ke Jakarta lagi?” Taya Sasa.
“Iya gak ikut, kenapa memangnya? Mau ikut tinggal disini?” tanya balik Raga.
“Terus sekolah nya gimana?”
“Kan bisa pindah ke sekolah yang ada disini.” jawab Raga.
Sasa terdiam sebentar, “Tapi kalau pindah ke sini sama om, nanti adek gak punya teman main di rumah.”
“Bawa pindah juga kalau gitu.” ucap Raga.
Sasa menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Jangan, nanti papa yang enak bisa berduaan sama Mama.”
Raka mendengus menatap putrinya. “Sirik aja kamu kak, lagian mama itu Istri nya papa. jadi boleh-boleh aja kalau mau berduaan.”
“Ih gak boleh, nanti kakak punya adik lagi. Kakak gak mau punya adik, cukup Dean aja.” tolak Sasa.
yang disana langsung menatap Raka, “Kamu ajarin apa aja sama Sasa soal punya anak?” tanya Bu Lena.
Raka mengusap-usap tengkuknya. “gak ada, serius.”
Sekar menatap Putrinya. “Kakak tahu dari siapa kalau mama sama papa berduaan bisa punya anak lagi?” tanya Sekar dengan lembut.
Bukan papanya yang di tetap, tapi Sasa menatap Om nya. “Dari Om.”
“Raga.” seru mereka secara bersamaan, Sasa menatap para orang tuanya dengan penasaran, adiknya malah sibuk makan pepaya, sementara Raga malah cengengesan.
“Yang duluan kan Sasa, dia tanya gimana caranya dia bisa punya adik, ya aku jawab soal jangan berduaan.” ucap Raga.
“Beneran, gak bilang apa-apa lagi” lanjut Raga.
“Memangnya cara buat anak itu gimana?” tanya Sasa, para orang tua kembali menatap Sasa.
“Sekarang kakak masih kecil, nanti Kalau sudah besar, udah kerja kayak Papa, kakak bakalan tahu,” ucap Sekar.
“sudah-sudah, jangan bahas soal anak lagi. bahas soal lain aja.” ucap Pak Bara.
Tapi sepertinya, Sasa masih penasaran. saat ia ingin kembali bertanya, Raga buru-buru menutup mulus Sasa.
“Ingat, kalau udah besar, sudah kerja, kamu bakalan tau. mending kamu fokus sekolah sama main aja.” ucap Raga.
Mereka melanjutkan makan malam nya, yang anteng sama makanan hanya Dean saja. Anak kecil itu seperti nya tidak peduli dengan sekitarnya.
Setelah menyelesaikan makan malam, seperti biasa mereka akan berkumpul di ruang tengah, tidak ada yang ke kamar duluan, mereka selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul sebelum tidur.
“Dek, mobil kamu ada yang mau di bawa kesini gak?” tanya Pak Bara.
Raga menghela nafasnya, sedikit kesal Karena selalu di panggil Dek. padahalkan dirinya sudah dewasa, tidak cocok dengan panggilan itu.
“Kalau sekarang belum butuh, nanti aja kalau butuh baru mau bawa satu kesini.” jawab Raga.
di rumah orang tuanya ada sekitar 3 mobil miliknya dan satu motor, menurutnya kalau di bawa kesini salah satunya juga untuk apa? disini juga ada mobil kakeknya, kalau mau kemana-mana bisa pakai mobil kakeknya.
paling bener sih raga sama bulan