Di bawah cahaya rembulan buatan Mata Samara, terletak Negeri Samarasewu, kota sihir yang diatur oleh hukum yang kaku dan Dewan Lima Bintang yang elitis. Di sinilah Yusuf, seorang pemuda yang bukan penyihir, menjalani hidupnya sebagai Skriptor Bayangan—seorang ahli yang diam-diam menyalin, menerjemahkan, dan memalsukan mantera-mantera kuno untuk para penyihir malas dan pasar gelap. Keahliannya bukan merapal sihir, melainkan memahami arsitekturnya.
Kehidupan Yusuf yang berbahaya hancur ketika ia tertangkap basah oleh Penjaga Hukum Sihir saat sedang menyalin mantera pertahanan tingkat master yang sangat terlarang: Mantera Pagar Duri Nirwana. Dalam pelariannya, Yusuf terpaksa merapal mantera kabut murahan, sebuah tindakan yang langsung menjadikannya buronan.
Terjebak di Distrik Benang Kusut, Yusuf bertemu dengan Rumi, seorang makelar licik yang menawarkan jalan keluar. Namun, kebebasan datang dengan harga yang mengerikan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusup Nurhamid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Insting Purba & Pertahanan Simfoni
Di Ngarai Desakan Eter, kegelapan sihir purba terasa pekat dan menindas. Yusuf meluncurkan sekoci eternya ke dalam ngarai, segera disambut oleh puluhan Bayangan Penarik. Entitas sihir itu tidak memiliki bentuk padat, tetapi mereka bergerak cepat, didorong oleh daya tarik harmonisasi dari Peti Konduktor Stabil di ransel Yusuf.
Yusuf membuang logika arsitekturnya. Ia memercayai insting. Sarung Tangan Perapal Api Miyaz terasa berat, tetapi memberikan kekuatan mentah yang ia butuhkan. Ia merapal Mantera Dinding Api Acak. Ini bukan mantera yang rumit, hanya semburan api yang dilemparkan ke mana saja, tanpa pola.
WHOOSH! WHOOSH! WHOOSH!
Bayangan Penarik mundur dari keacakan api itu. Mereka tidak dapat menyerap atau memahami sihir yang tidak memiliki struktur. Sihir api Yusuf adalah noise murni yang mereka hindari. Namun, setiap bola api yang dilepaskan mengirimkan getaran kasar ke Peti Konduktor.
"Persetan dengan harmoni!" gumam Yusuf, memaksakan diri untuk mengabaikan getaran peti itu. Ia harus bertahan hidup.
Ia menggunakan api untuk mendorong sekocinya melalui ngarai, bergerak zigzag untuk menghindari pusaran Desakan Eter yang bisa merobek sekocinya. Perjalanan ini adalah penyiksaan. Ia tidak hanya melawan Bayangan Penarik, tetapi juga melawan godaan untuk menggunakan Pena Pemberatnya, untuk merapal mantera yang sempurna. Namun ia ingat nasihat Korsin: kesempurnaan di sini adalah kematian.
Sementara itu, di Pulau Gantung Veridia, Tim Arsitektur Veridia menghadapi musuh yang mereka duga.
Azura, dari Jendela Cermin Eter, berteriak, "Mereka datang! Armada Samarasewu telah melihat ilusi pengecoh Yusuf. Mereka memfokuskan serangan ke bagian timur pulau! Mereka menggunakan Mantera Bor Frekuensi Rendah lagi, tetapi kali ini mereka memperkuatnya dengan Mantera Resonansi Kebisingan!"
Dera dan Rumi segera beraksi di Menara Kristal Cermin. Mereka harus melindungi Mantera Simfoni Terpadu dari serangan ganda ini. Mantera Bor Samarasewu mencari titik lemah struktural, sementara Resonansi Kebisingan mencoba mengganggu harmonisasi.
"Mantera Pengacakan Biner harus kita perkuat, Rumi," perintah Dera, tangannya dengan cepat mengukir koreksi pada mantera di panel kristal. "Jika kebisingan itu masuk, kita akan kehilangan sinkronisasi!"
"Tidak cukup, Dera! Mantera Pengacakan Binermu terlalu lambat bereaksi terhadap frekuensi ganda!" balas Rumi. "Aku akan memasukkan Mantera Simfoni Balik! Kita tidak akan melawan kebisingan mereka; kita akan membuat Mantera Simfoni Terpadu kita bernyanyi dalam frekuensi yang salah sesaat, meniru kebisingan mereka, kemudian kembali ke harmoni!"
Dera menatap Rumi, terkejut dengan keberanian teknisnya. "Itu akan membuat pulau tidak stabil selama tiga detik!"
"Tiga detik atau kehancuran total! Percayalah pada Mantera Asal!" Rumi merapal, dan dengan cepat ia mengintegrasikan Mantera Simfoni Balik ke dalam jaringan Mantera Simfoni Terpadu.
Saat serangan Samarasewu menghantam, Mantera Simfoni Terpadu goyah. Pulau Gantung Veridia bergetar hebat. Mantera Simfoni Balik Rumi aktif. Di mata Samarasewu, Mantera Simfoni Terpadu seolah olah gagal dan runtuh menjadi noise acak. Mereka mengira pertahanan Veridia telah rusak dan mereka segera meningkatkan Mantera Bor mereka untuk menembus kekacauan yang tampak itu.
Namun, di tengah kekacauan yang disengaja itu, Miyaz adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Ia berada di fondasi, tangannya diletakkan di batu. "Bertahanlah, Veridia!" gumamnya. Miyaz tahu mantera Rumi itu akan bekerja, tetapi hanya jika struktur fisiknya tidak runtuh.
Tepat pada detik ketiga, Mantera Simfoni Balik Rumi selesai. Kebisingan yang ditiru itu segera menghisap energi Resonansi Kebisingan Samarasewu dan mengembalikannya dalam bentuk getaran yang berlebihan. Mantera Bor Samarasewu menjadi terlalu kuat untuk kapal mereka sendiri, dan kapal kapal itu meledak.
"Berhasil! Serangan pertama digagalkan!" teriak Azura, kelegaan memenuhi ruang komando.
Di Ngarai Desakan Eter, Yusuf merasakan getaran kuat dari Mantera Simfoni Terpadu. Getaran itu hampir merusak Peti Konduktor, tetapi pada saat yang sama, ia merasakan kelegaan. Veridia telah bertahan.
Yusuf akhirnya mencapai ujung Ngarai Desakan Eter. Di depannya terbentang dataran sihir yang lebih tenang, dan di cakrawala, ia melihat tujuannya: Lembah Kekosongan Eter, sebuah celah gelap di mana sihir tidak bisa eksis.
Namun, tepat di luar Ngarai, ia melihat sebuah sekoci eter yang tersembunyi. Sekoci itu rusak dan ditinggalkan. Korsin terikat di kursi penumpang, ditinggalkan oleh penjaga buangan yang ketakutan melarikan diri dari pulau.
Korsin melihat Yusuf. "Mereka meninggalkanku, Skriptor. Mereka takut pada kebebasan kode barumu."
Yusuf mendaratkan sekocinya. Ia tidak bisa meninggalkan Korsin. Ia adalah arsitek yang harus menghargai setiap variabel.
"Aku akan membawamu ke Lembah Kekosongan Eter," kata Yusuf. "Kau akan melihat mantera ini selesai. Kau akan melihat akhir dari kebohonganmu."
Korsin mengangguk, sorot matanya kini penuh keputusasaan yang dingin. "Kau harus merapal mantera yang lebih besar dari yang pernah kau rapalkan, Yusuf. Lembah itu adalah ketiadaan. Memasukkan inti kekacauan ke dalam ketiadaan akan menciptakan reaksi yang luar biasa. Itu akan menjadi Mantera Penciptaan Baru."
Yusuf kini memiliki dua beban: Peti Konduktor dan Korsin. Ia harus bersiap merapal mantera yang akan mengakhiri kekacauan purba dan membuka era baru untuk Veridia.