Safira, anak kecil yang harus menerima kenyataan kalau orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan, dia yang baru berusia dua tahun di titipkan mendiang ayahnya pada sahabatnya Hendra.
Masa kecilnya di penuhi dengan kebahagiaan, sampai usia remajanya dia menemukan banyak hal dalam hidupnya. Cinta, pengorbanan dan juga kesedihan.
Mampukah dia bahagia dengan banyak pilihan sulit dalam hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fahri meresahkan
Vandra masih terdiam dalam lamunannya. Pikirannya ditarik kedalam ingatan saat dia pertama kali tertarik pada aisyah. Saat dia mendengar tangisan Aisyah yang di bully dan menyebut ayah bundanya dalam tangisannya yang terdengar menyayat hati, dan itu mengingatkannya pada perasaan saat Safira menangis mencari kedua orang tuanya yang meninggal. Ada rasa ingin melindungi Aisyah saat melihatnya, perasaan yang sama seperti saat vandra melihat Safira pertama kali.
"Ya ALLAH aku menyerahkan semuanya kepadaMU" batin Vandra
Dia akan pasrahkan semuanya pada Tuhan, tidak mungkin juga jika saat ini dia menyatakan perasaanya pada Aisyah karena itu pasti akan membuat Aisyah semakin bimbang.
"Abang" suara lembut Safira menyadarkan Vandra dari lamunannya
"Iya Fira" jawab Vandra lembut. Mereka sedang bersantai di gazebo sambil menikmati waktu sore
"Tadi di sekolah, Fira sudah kasih tahu Fahri jangan suka rangkul Fira ataupun peluk Fira" ungkap Safira dengan wajah polosnya
"Terus gimana kata Fahri?" Tanya Vandra sambil mencubit pipi Safira gemas
"Kata Fahri 'ya udah Fahri nggak akan rangkul sama peluk Fira, tapi Fira sama Sania harus jadi pacar fahri' gitu katanya bang" jawab Safira polos sambil memakan camilannya
Vandra menepuk jidatnya "dia bilang begitu?" Tanya Vandra dan diangguki Safira
"Terus Safira mau?" Tanya Vandra lagi
"Safira jawab nggak mau, kan kata Abang nggak boleh pacar pacaran" jawab Safira polos
"Iya Fira pinter, nggak boleh pacaran soalnya masih kecil" ucap Vandra sambil membelai rambut Safira
"Tapi Sania mau Abang" ucap Safira polos sambil tetap memakan camilannya
Deg.
"Rayyan harus tau masalah ini" batin Vandra
"Besok kan hari Minggu, Safira mau jalan jalan kemana?" Tanya Vandra
"Safira mau jalan jalan ke danau yang ada di dekat taman bang, mau naik perahu" jawab Safira antusias
"Oke kita ke danau besok, terus bawa bekal biar kita piknik sekalian" jawab Vandra dengan semangat. Safira memang obatnya Vandra karena dengan adanya Safira, Vandra akan melupakan kesedihannya.
"Cuma kita berdua bang?" Tanya Safira
"Memang Fira mau ngajak siapa?" Tanya Vandra penasaran
"Abang nggak ajak kak Aisyah" Safira bertanya balik
Vandra lalu tersenyum dan mengusap pipi Safira lembut "nggak, hari Minggu itu harinya Abang sama Safira jadi nggak boleh ada yang lain" jawab Vandra tegas dan membuat Safira tersenyum cerah
Safira loncat loncat bahagia "Horeeee bisa piknik berdua sama Abang, naik perahu terus keliling danau, boleh mancing nggak bang?" Tanya Safira polos sambil berhenti meloncat.
"Kalau Safira mau kita bisa pinjam alat pancing papa, lumayan kalau dapat ikan bisa di kasih mama buat di goreng" jawab Vandra gemas dengan tingkah sang adik
"Nanti papa malah mau ikut gimana?" Tanya Safira cemberut
"Kita pinjamnya sembunyi sembunyi aja" bisik Vandra dengan menaik turunkan alisnya.
Merekapun tertawa dan bercanda sambil terkadang Vandra usil mengambil camilan yang sedang Safira makan.
.........................
Drrt...drrt...drrt
Suara ponsel Vandra berbunyi yang ternyata dari Dani
"Assalamu'alaikum ada apa dan?" Tanya Vandra singkat
"Wa'alaikumussalam.... Van kita nongkrong yuk, mumpung masih pagi" jawab Dani di seberang telepon
"Ini malam Dani kampret" ucap Vandra ketus
"Maksudnya belum larut Abang Vandra" jawab Dani cengengesan
"Yang lain gimana?" Tanya Vandra
"Yang lain terserah lu katanya" jawab Dani sambil menghela nafas
"Ntar gue izin mama dulu" jawab Vandra singkat lalu ke ruang keluarga menemui Vania dan Hendra yang sedang bercanda dengan Safira.
"Pa, Ma Vandra boleh izin keluar sama Dani dan yang lain nggak?" Tanya Vandra sopan dengan sambungan telepon yang belum dimatikan.
"Emangnya mau kemana bang?" Tanya Vania penasaran
"Mau ke tempat biasa ma" jawab Vandra singkat
"Ya sudah tapi jangan pulang terlalu malam" ucap Hendra mengizinkan
"Safira mau ikut" pinta Safira dengan wajah memelas
"Jangan sayang, ini sudah malam" ucap Vania lembut
"Kan ada Abang ma" rengek Safira cemberut
"Kan besok Fira mau piknik, nanti kalau bangunnya kesiangan gimana?" Tanya Vandra mencoba menenangkan Safira
"Oh iya ya Safira lupa" jawabnya sambil cengengesan
Hendra dan Vania hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah anaknya.
"Oke gue ikut" ucap Vandra kembali berbicara dengan Dani
"Sip lah ini baru Vandranya Fira, nanti gue hubungin yang lain" jawab Dani di seberang telepon
"Abang, Fira mau ngobrol sama kak Dani" pinta Safira sambil meminta handphone Vandra
"Dan, gue siap siap dulu, ini Fira mau ngobrol katanya" ucap Vandra dan mendapatkan persetujuan dari Dani
"Kak Dani lagi apa?" tanya Safira polos
"Kakak lagi di rumah, lagi nelpon Safira yang cantik" jawab Dani menggoda Safira
"Ih kak Dani, Safira tuh nanya serius tahu" ketus Safira sambil cemberut dan membuat Hendra gemas
"Hahaha iya deh iya, maaf ya cantik, ini kakak lagi ngasih makan si Popo" jawab Dani
"Si Popo sudah besar belum kak?" Tanya Safira
"Sudah, sekarang Popo sudah besar dan bisa di goreng" jawab Dani terkekeh
"Jangan di goreng lah kak, kasihan nanti poponya nangis" ucap Safira polos " kalau kakak udah nggak sayang Popo lagi, bawa aja poponya kesini nanti biar mbak Tari yang masak" ucap Safira lagi sambil tertawa meladeni candaan Dani
"Waduh....Fira cantik sudah pintar bercanda rupanya, sungguh tega sekali dirimu" jawab Dani dengan dramatis
"Hahaha siapa suruh godain Fira duluan" ucap Safira tertawa puas
"Udah dulu yak kak Dani, itu abangnya udah siap, dadah kakak titip salam buat Popo" ucap Safira berpamitan dengan nada manja.
"Iya dadah juga cantiknya kakak" jawab Dani gemas
Dani sengaja merekam percakapannya dengan Safira dan mengirimkan rekaman percakapannya kepada Sagara untuk membuat Sagara cemburu.
"Hahaha si Gara pasti manyun terus nih" batin Dani
Sementara Safira melanjutkan obrolannya dengan Vania dan Hendra.
"Popo itu siapa sayang?" Tanya Hendra penasaran mendengar pembicaraan Safira dan Dani
"Popo itu ikan arwana punya om Angga pa, bagus banget warnanya putih" jawab Safira polos. Safira pernah main ke rumah Dani saat vandra masih SMP. Mereka ada tugas kelompok pada saat itu dan Vandra mengajak Safira untuk ikut.
"Oh... Kirain papa ikan gurame sampai mau di goreng segala, ternyata ikan mahal hahaha" ucap Hendra tertawa
"Emangnya ikan itu mahal ya pa?" Tanya Safira polos
"Lumayan sayang, Bahakan ada yang harganya bisa buat beli rumah" jawab Hendra
"Wah kalau tau harganya mahal Fira minta aja ikannya ke om Angga ya pa" ucap Safira terkejut
"Emang Safira mau ikan kaya gitu?" Tanya Vania lembut
"Nggak mau, mending Fira minta aja ke om Angga" jawab Safira menggelengkan kepalanya
"Kalau Fira mau, papa akan belikan jangan minta om Angga" pinta Hendra sambil mengusap kepala Safira
"Nggak apa apa pa, kan nanti Fira untung jadi dapat ikannya dua, satu dari papa dan satu lagi dari om Angga" jawab Safira dengan mata berbinar-binar
"Aduh otak bisnis anak gue memang tak diragukan lagi" batin Hendra
"Pinter banget sih anaknya mama" ucap Vania gemas
...................
Vandra sudah sampai di tempat mereka biasa nongkrong, dan tempat itu adalah sebuah cafe yang berada tak jauh dari tempat Vandra tinggal
"Kalian udah lama datangnya?" Tanya Vandra yang kemudian duduk di samping Sagara yang terlihat kesal
"Kita juga baru sampai Van" jawab Raka
"Lo kenapa?" Tanya Vandra melihat Sagara yang terus cemberut
"Ini ulahnya Dani Van" Rayyan yang menjawab
"Si Dani sengaja rekam percakapannya sama Safira dan dikirim ke Sagara" jawab Raka menjelaskan
"Hehe maaf Van" ucap Dani cengengesan karena melihat Vandra menatapnya tajam.
Vandra hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan sikap usil Dani.
"Lo tinggal telepon Fira" ucap Vandra mencoba menenangkan Sagara
"Telepon siapa? nanti om Hendra marah" ucap Sagara masih cemberut
"Lucu juga si Gara kalau lagi ngambek" ucap Raka dan membuat Dani terkekeh-kekeh
"Jahat lu dan" ucap Sagara sinis
"Lagian Dani kurang kerjaan banget sih pake acara usilin Sagara" ucap Rayyan heran
"Maaf deh sengaja" jawab Dani cuek
Vandra Lalau menelepon Vania dan meminta mamanya untuk memberikan teleponnya kepada Safira.
"Nih ngobrol sama Safira sana" bujuk Vandra yang memberikan handphonenya pada Sagara.
"Makasih ya Van" ucap Sagara yang sudah ceria kembali
"Si Gara kalau lagi jatuh cinta kaya bocah, bahkan bocah juga dia cemburuin" celetuk Dani sambil menggelengkan kepalanya
"Cinta itu memang membutakan Dan" jawab Rayyan
"Sama kaya cinta Lo ke Lila kan" ucap Raka meledek
"Hih.. sok tahu" jawab Rayyan mencebik
"Emang gue serba tahu" sombong Raka
"Gue mau bahas masalah Fahri" ucap Vandra dan membuat para sahabatnya menoleh ke arahnya.
"Emang kenapa sama tuh bocil?" Tanya Dani
"Fira bilang Fahri mau jadi pacar Safira sama Sania" jawab Vandra serius
"Wah nggak bisa di biarin nih" ucap Raka kesal
"Nekad juga tuh bocil, kaya tahu aja arti pacaran itu apa" ucap Dani heran
"Terus Fira jawab apa?" Tanya Rayyan pemasaran
"Fira bilang nggak mau tapi Sania jawab mau" jawab Vandra dan membuat Rayyan melotot kaget
"Aduh gimana ini?" Ucap Rayyan panik
"Ya Lo ajak Sania bicara lah yan, bilang kalau dia nggak boleh pacaran" jawab Raka memberi saran
"Iya kamu ajak bicara baik baik" ucap Dani mengusap bahu Rayyan
"Fahri itu sebenarnya anak baik, hanya saja sepertinya dia kesepian" ucap Vandra menghela nafas
"Kesepian maksudnya?" Tanya Raka
"Waktu dia jenguk Fira dia sempat nangis nggak mau pulang, katanya orang tuanya sibuk kerja dan kakaknya sibuk sama pacarnya jadi dia di rumah sering sendirian" jawab Vandra menjelaskan
"Mungkin nggak ya itu anak lagi cari perhatian makanya buat masalah di sekolah, kan katanya di sekolah dia terkenal usil" ucap Dani mengungkapkan apa yang dia pikirkan
"Bisa jadi sih, bisa juga dia niru kakaknya yang sudah punya pacar" jawab Rayyan
"Sama kaya Sania niru Lo gitu" ucap Raka meledek
"Aku nggak pacaran ya tuan Raka" jawab Rayyan ketus
"Benarkah seperti itu tuan Rayyan" ucap Raka menggoda dengan menyandarkan kepalanya ke bahu Rayyan.
"Jangan bikin kesel deh" ketus Rayyan
"Iya deh maaf" jawab Raka cengengesan
"Aku akan tanya Sania nanti, kalau dia nggak nurut terpaksa aku bilang ke papa" ucap Rayyan serius dan aura Rayyan yang serius membuat para sahabatnya terdiam.
"Anak ketua Dark Dragon memang beda, sekalinya serius bikin merinding" batin Raka
"Si Gara lama banget teleponannya!" Seru Dani melihat Sagara di luar cafe yang sibuk dengan dunianya.
"Maklum malam Minggu" ledek Raka terkekeh
"Itu pasti dia rekam juga percakapannya terus di pake buat lagu sebelum tidur" ucap Dani cekikikan
"Tau aja Lo" jawab Vandra tersenyum
"Ya tau lah dia kan sebelas dua belas sama Lo" jawab Dani enteng
"Gue mah beda" ucap Vandra
"Apa bedanya?" Tanya Rayyan
"Gue nggak alay" jawab Vandra cuek
"Gue aduin si Gara Lo" ancam Raka terkekeh
"Gue nggak takut" jawab Vandra acuh
"Lo takutnya kan cuma sama Fira" ucap Dani tertawa dan membuat Vandra menjitak kepala Dani.
"Itu adalah kenyataan yang sangat nyata" ucap Rayyan ikut tertawa puas
Mereka akhirnya bubar setelah Sagara selesai menelepon Safira dan pulang ke rumah masing masing
Sagara pulang dengan wajah bahagia sementara Rayyan pulang dengan wajah kusut dan sedikit kesal setelah mendengar pernyataan Vandra tentang Sania.
saingan. berat sagata
vandra atau siap ya js Ppenasaran
mdh2an bab selanjutnya Safira happy ya KA
kasihan masih kecil Uda ditinggal SM kedua orang tua nya
untung aja d titipin SM Hendra anaknya buat jadi adiknya Vandra
lanjut ka