NovelToon NovelToon
Koki Kesayangan Tuan Daniel

Koki Kesayangan Tuan Daniel

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Menikah dengan Musuhku / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu_ Melani_sunja

Menjadi seorang koki disebuah restoran ternama di kotanya, merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Ayra. Dia bisa dikenal banyak orang karena keahliannya dalam mengolah masakan.
Akan tetapi kesuksesan karirnya berbanding terbalik dengan kehidupan aslinya yang begitu menyedihkan. Ia selalu dimanfaatkan oleh suami dan mertuanya. Mereka menjadikan Ayra sebagai tulang punggung untuk menghidupi keluarganya.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seorang pria kaya raya bernama Daniel yang terkenal dingin dan kejam. Ayra dipaksa menjadi koki pribadi Daniel dan harus memenuhi selera makan Daniel. Ia dituntut untuk membuat menu masakan yang dapat menggugah selera Daniel. Jika makanan itu tidak enak atau tidak disukai Daniel, maka Ayra akan mendapatkan hukuman.
Bagaimana kah kisah Ayra selanjutnya?
Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu_ Melani_sunja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ponsel Rayyan

Perlahan Ayra membuka matanya, ia meraba wajah dan bagian tubuhnya lainnya yang telah terbalut perban.

"Tuan...!" ucapnya lirih, menatap Daniel yang sedang membenahi perban di kakinya sendiri.

"Hemm, kamu sudah sadar?!"

Ayra menatap kaki Daniel," tuan juga terluka?"

"Sedikit..." jawab Daniel tanpa menatapnya.

Ayra menoleh ke sana kemari mencari seseorang.

"Cari siapa?!" tanya Daniel.

"Hah...? Enggak...!"

Daniel meraih piring berisi makan malam di meja.

"Makan, biar kamu cepat sembuh!"

"Terimakasih, tapi aku belum lapar tuan!"

Daniel mendelik menatapnya, hal itu membuat Ayra jadi merasa takut.

"Oke, baik. Aku akan makan!" balas Ayra.

Daniel menyendokan makanan, lalu dengan telaten ia menyuapinya.

Ayar menguyah makanan itu dengan sangat lamban, sehingga membuat Daniel merasa kesal.

"Lama sekali kamu makannya!" celetuk Daniel.

"Iya ini lagi dikunyah tuan! Aku gak bisa makan buru buru!" jawab Ayra dengan kesal.

"Makan yang banyak! Biar cepet sembuh, kalau kamu tak sembuh sembuh, siapa yang akan masak untuk ku!"

Ayra meliriknya sekilas, lalu menatap ke arah pintu. Seketika senyumnya mengembang, saat melihat Bram tengah mengintipnya dari celah pintu. Bram menempelkan jari telunjuk ke bibir, memberi isyarat agar Ayra tidak bersuara.

Daniel mengerenyit menatap Ayra yang senyum senyum sendiri. Ia jadi ikut menoleh kebelakang menatap pintu.

Namun sayangnya, Bram jauh lebih cepat bersembunyi, menjauh dari pintu.

"Cepat di kunyah!! Kamu ini koki tapi makannya lambat sekali!" ujar Daniel lagi.

Ayra menjadi kesal, ia rebut piring itu dari tangan Daniel.

"Aku bisa makan sendiri!" ucapnya dengan ketus.

Daniel menghembuskan nafas, ia berdiri lalu beranjak keluar ruangan.

Di luar, Daniel hanya melihat beberapa anak buah yang tengah menjaganya. Ia tak mendapati adanya Bram di sana. Daniel merogoh ponsel, lalu menghubunginya.

"Halo tuan...!" suara Bram dari seberang telepon.

"Bagaimana Bram? Apa sudah ada info lagi?" jawab Daniel, sambil berjalan mondar mandir di depan ruangan.

"Sudah tuan, aku akan segera ke sana sekarang!"

"Baik lah...!" Daniel menutup panggilannya.

Ia berdiri memperhatikan sekitarnya, lalu berbalik berniat ingin masuk kembali ke ruangan.

Saat akan masuk, tiba tiba Bram memanggil dan sudah berdiri di belakangnya, membuat Daniel terkejut.

"Cepat sekali kamu datangnya?"

"Hehehe..." Bram menggaruk kepalanya.

"Apa yang kamu dapatkan?"

"Mungkin sebaiknya kita berbicara di dalam saja tuan!"

Daniel mengerenyit, menatap Bram penuh curiga.

"Bukan karena kamu ingin bertemu gadis itu kan??" tanya Daniel penuh selidik.

"Hah...?! Tidak tuan. Tolong jangan salah paham, aku hanya tak mau ada yang dengar," ujar Bram berkilah.

"Ya sudah ayo masuk!"

Bram mengikuti Daniel dari belakang, senyumnya kembali mengembang menatap Ayra yang sedang makan.

"Kamu bagaimana Ay? Sudah baikan?" sapa nya sembari menghampiri Ayra.

Ayra tersenyum, lalu mengangguk.

"Ehemmm..." suara Daniel membuat Bram tersadar dan beralih duduk disamping Daniel.

Bram menyodorkan ponsel lawas milik Rayyan pada Daniel.

"Di dalamnya ada beberapa foto tuan Steven dan juga nyoya Rinda. Sayangnya tidak ada bekas percakapan yang bisa lebih mengarahkan mereka. Silahkan tuan periksa sendiri," ujar Bram.

Daniel memeriksa ponsel itu, sesuai arahan Bram, ia buka galeri yang ada di ponsel lawas milik Rayyan.

Matanya membulat, memperhatikan satu persatu foto yang ada di galeri ponsel Rayyan.

"Tanggal 23 Agustus 2023, itu artinya 3 bulan setelah kejadian kecelakaan ibu," gumam Daniel.

Darahnya mulai mendidih memperhatikan foto ayahnya yang nampak tengah bergandengan tangan dengan istrinya di sebuah bandara kota itu.

Semakin ke bawah, semakin banyak foto foto kemesraan mereka yang sepertinya sengaja diabadikan oleh Rayyan.

"Sepertinya dugaan ku benar Bram, Rinda belum meninggal," ucap Daniel dengan suara gemetar.

Bram hanya mengangguk membalasnya.

"Lalu, apakah kamu menemukan petunjuk lain pada jasad Safar?" imbuh Daniel.

"Sayangnya tidak tuan, sepertinya dia tidak membawa apa-apa."

Daniel menunduk, memijit keningnya sendiri.

Sementara Ayra, hanya menatapnya dari atas bangsal rumah sakit. Ia tak terlalu mengerti permasalahan mereka, jadi ia memilih untuk diam.

"Bram, lanjutkan masalah ini, jangan biarkan semuanya lolos, aku percayakan padamu."

"Baik tuan!"

"Setelah ini aku kan pergi ke ujung pulau, aku ingin menemui pengacara senior ibuku. Sementara aku di sana, kamu urus masalah ini, laporkan padaku segala apapun yang kamu ketahui. Jika kamu berhasil, maka aku berjanji akan memberikan hartaku padamu sebanyak 25 persen."

"Terimakasih tuan, tapi itu terlalu berlebihan tuan, aku ini hanya pengawal mu, aku tidak pantas mendapatkan hadiah sebanyak itu."

"Kamu pantas mendapatkannya Bram, baik kamu atau ibu mu, sudah seperti keluarga ku sendiri."

"Terimakasih banyak tuan, lalu..." Bram melirik Ayra yang tengah duduk di ranjang rumah sakit sambil mengupas jeruk.

"Dia akan ikut dengan ku!" sahut Daniel.

Bram menatap Ayra sekilas, lalu menunduk memejamkan matanya sesaat. Hatinya kembali terluka.

"Baiklah tuan, kalau begitu aku akan siapkan segala sesuatunya untuk tuan berangkat esok," ujar Bram seraya berdiri.

"Iya, kamu siapkan semuanya, tapi untuk malam ini, sepertinya aku akan menemui ayahku dahulu, tolong jaga dia," kata Daniel sambil menoleh pada Ayra.

"Siap tuan!"

Bram keluar dari ruangan rumah sakit tempat Ayra di rawat, Sementara Daniel kembali duduk mendekat pada Ayra.

"Siapa namamu, aku lupa!" ucapnya.

Ayra mengerenyit menatap Daniel penuh keheranan.

"Ayra...!" jawabnya.

"Aku tak suka nama itu, aku lebih suka memanggil mu dengan sebutan Ara, chef Ara."

"Seenaknya mengganti nama orang, dasar orang aneh!" batin Ayra.

"Bagaimana? Hemm?"

"Terserah...!!" jawab Ayra ketus.

"Hubungan kita hanya sebatas pekerjaan, jangan berharap lebih, atau berkhayal seperti yang ada pada drama drama Cina itu. Kamu mengurus ku, dan aku akan membayar mu."

"Ihh siapa juga yang berharap lebih, tampan si memang tampan, tapi sifat mu itu buruk sekali, aku tidak suka!" batin Ayra menatap mata Daniel tajam.

"Heh...! kenapa kamu malah melototin aku?! Kamu tidak suka?!"

Ayra melengos sambil menghembuskan nafas kasarnya.

"Hal itu tidak akan terjadi tuan, aku ini masih sah istri mas Rayyan, meskipun dia sudah menikah lagi," ucap Ayra, matanya mulai berkaca-kaca.

Ia merasa sedih, mengingat kehidupan yang begitu rumit ini.

Ia memejamkan mata sesaat, mencoba berdamai dengan keadaannya.

"Kamu menangis??" tanya Daniel sambil menarik dagu Ayra agar menghadap kepadanya.

Ayra segera mengusap air matanya, beralih menatap wajah Daniel yang begitu dekat.

Mereka saling pandang, namun Ayra segera menoleh ke arah lain.

"Tuan tidak perlu khawatir, aku tau batasan ku, aku mau bekerja sebagai chef pribadi tuan, murni hanya untuk bekerja dan manata masa depan ku, tidak ada niatan lagi."

"Lagian, tuan bukan tipe ku?!" imbuh Ayra.

Mendengar itu, Daniel menjadi kesal, ia sudah mengangkat kedua tangannya ingin meremas wajah polos Ayra.

Ayra hanya membalasnya dengan senyuman sekilas.

"Kalau aku bukan tipe mu? Siapa tipe orang yang kamu sukai? apakah seperti Bram?"

"Aku lihat kalian semakin dekat, dan Bram juga nampak memperhatikan dan menyukai mu!" imbuh Daniel

"Eummm..., tuan Bram itu, tampan, baik, lembut, perhatian. Jadi, memang tidak salah kalau banyak wanita yang suka padanya, termasuk aku." balas Ayra sambil tersenyum.

Daniel berdiri, meninggalkan ruangan Ayra sambil menahan marah. Bahkan ia sempat menutup pintu ruangan rumah sakit itu dengan keras, sehingga menimbulkan suara yang sedikit menganggu telinga.

"Iihhh...! Kenapa itu orang? Aneh!" ucap Ayra sambil menutup kedua telinganya.

1
Devan Wijaya
Tungguin lama-lama juga bikin kangen 😭
eli♤♡♡
Abis baca cerita ini, bikin aku merasa percaya sama cinta lagi. Makasih banget thor!
✨♡vane♡✨
Banjir air mata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!