Celine si anak yang tampak selalu ceria dan selalu tersenyum pada orang-orang di sekelilingnya, siapa sangka akan menyimpan banyak luka?
apakah dia akan dicintai selayaknya dia mencintai orang lain? atau dia hanya terus sendirian di sana?
selalu di salahkan atas kematian ibunya oleh ayahnya sendiri, membuat hatinya perlahan berubah dan tak bisa menatap orang sekitarnya dengan sama lagi.
ikuti cerita nya yuk, supaya tahu kelanjutan ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon *𝕱𝖚𝖒𝖎𝖐𝖔 𝕾𝖔𝖗𝖆*, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jawaban yang di dapat
"Kamu sedang apa?"
"Tidak ada."
"Kamu tampak murung? Kamu sakit, Celine?"
wajahnya tampak khawatir melihat adiknya itu.
Sementara Celine terdiam tak bisa menjawab pertanyaan dari kakaknya. sampai akhirnya dia pun mengakui bahwa dia sedang sakit. "Iya kak, tapi...hanya sedikit"
Felix menarik nafas dalam-dalam, sedih melihat adiknya yang sendirian saat ini. Karena dia juga baru mendapat kabar bahwa bibi Erina pergi untuk beberapa saat, sementara yang mengerjakan pekerjaan rumah adalah Valora.
Jelas Felix tahu kalau Valora tak akan memperdulikan adiknya itu. itu sebabnya dia gelisah dan tampak tak tenang.
Beberapa saat yang lalu saat Celine sudah masuk ke kamarnya, dia menerima telepon video dari Felix dan mengangkatnya.
Wajahnya yang tak ceria seperti biasanya menimbulkan pertanyaan di benak Felix, dan benar, dia tak sedang baik-baik saja sekarang.
"Tapi...tadi papa sudah bawa Celine berobat." ucapnya pelan masih terdengar lemah.
Felix sedikit terkejut dan tidak percaya dengan apa yang adiknya katakan. "Benarkah?, kamu berbohong?" tanya nya seperti menginterogasi.
Celine menggeleng pelan "Celine jujur kak, Celine juga baru pulang dari rumah sakit. Dokter Clara yang memeriksa Celine tadi." jelasnya pada sang kakak.
Felix menarik nafas, sedikit lega karena papa mereka masih bisa peduli pada anaknya yang sedang sakit. "Baguslah kalau begitu." jawabnya singkat tak tahu harus mengatakan apa lagi pada adiknya.
"Kakak disana baik-baik saja, kan?" tanya Celine.
Dahi Felix tampak mengernyit heran dengan pertanyaan nya. "Tentu saja kakak baik, kakak kan kuat tak seperti Celine yang sering sakit." ucapnya dengan nada main-main.
Celine pun tertawa kecil mendengar itu "Celine juga akan kuat seperti kakak kalau sudah besar, sekarang kan Celine masih kecil jadi belum bisa apa-apa."
"Ya, ya kamu benar sekali anak kecil." ucapnya lagi dengan nada mengejek hanya untuk bercanda dengan adiknya.
"Jadi...kamu tidak ingin mengatakan sesuatu yang lain pada kakak?" tanya nya sedikit serius sekarang.
"Mengatakan apa kak?" dia heran sambil mengetuk-ngetuk dahinya mencoba mengingat sesuatu.
Felix yang melihat itu hanya bisa diam memperhatikan, tak mau mengingat kejadian kejadian yang tak mengenakkan.
"Ya sudah, kalau kamu tidak ingat atau tidak tahu, tidak masalah. Tidak usah mengingatnya." senyumannya terlihat di layar.
Yang dimaksudkan Felix sebenarnya adalah kejadian yang tak lama berlalu, yaitu Celine yang dikurung digudang belakang oleh papanya.
Tapi Felix memilih untuk tidak mengatakannya langsung, takut gadis kecil itu merasa terbebani dan menjadi pikirannya terus menerus.
"Ya sudah, kalau begitu nanti kita video call lagi. Celine sekarang harus beristirahat, oke!" Felix menyemangati dan celine mengangguk mengiyakan perkataan kakaknya.
Telepon pun dimatikan, Celine meletakkan ponselnya diatas meja dan berbaring di ranjangnya, mencoba untuk memejamkan mata dan beristirahat.
Tapi, tak lama kemudian terdengar notifikasi pesan teks masuk ke ponselnya. Dia pun bangun lagi dan meraih ponselnya itu.
Membaca namanya, paman Ricardo. "ponsel itu sebenarnya milik mama Celine dulu, punya kakak ku, Isabella."
Itu adalah jawaban dari pertanyaan Celine beberapa hari lalu, dia yang menanyakan mengapa foto-foto itu tersimpan rapi di galeri ponselnya.
Membaca teks itu dia pun tiba-tiba menangis, air mata mengucur deras membasahi pipinya. menangis tanpa suara dan sendirian di kamarnya.
Dia pun memeluk ponsel itu erat-erat sambil menggumam "Mama...Celine rindu.." air matanya terus jatuh. matanya pun mulai sembab karena tangisannya.
"Celine baik-baik saja, kan? Maaf karena paman lama membalas pesan dari Celine. Paman ada pekerjaan diluar kota beberapa hari ini, nak." balas paman nya lagi.
Melihat itu Celine pun mulai berhenti menangis. "Tidak apa-apa paman, Celine baik-baik saja." balasnya dengan emoji tersenyum padahal nyatanya dia sedang bersedih sekarang.
Ricardo pun mengirim emoji tersenyum juga sebagai balasan dari pesannya. Lalu setelah nya Celine meletakkan ponsel itu diatas meja dengan hati-hati, takut terjatuh ataupun lecet.
"Celine janji akan jadi anak baik." gumamnya pada dirinya sendiri, dan tak lama dari situ dia benar-benar tertidur karena lelah dan demamnya yang semakin naik.