NovelToon NovelToon
Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / CEO / Ibu Pengganti / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: NiSeeRINA

Lucianna Forger adalah seorang pelacur di sebuah klub malam. Walaupun hidup sebagai pelacur, Luci tetap memiliki impian untuk mempunyai suami dan anak.

Malam itu ia bertemu dengan Daniel Radcliffe, orang yang dia target menjadi pelanggan selanjutnya. Setelah melalui malam yang panas di rumah Daniel. Ia malah bertemu dengan tiga anak kembar.

Luci baru saja berpikir kalau dia bermalam dengan suami orang lain. Namun nyatanya Daniel adalah seorang duda. Ini memberikan kesempatan Luci untuk mendekati Daniel.

Sulit untuk mendekati Daniel, Luci pun memilih untuk mendekati anak-anaknya terlebih dahulu.

Apakah Daniel bisa menerima Luci dengan latar belakang seorang pelacur?

__________________________________________
Yang penasaran sama ceritanya silahkan baca🙌

[Warning!! konten dewasa]
[Karya ini hanya fantasi authornya, tidak membawa hal apapun yang berkaitan agama dalam novel ini🙌]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NiSeeRINA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[PIAIT] Bab 17 : Lebih semangat untuk mendapatkanmu

Di pagi hari yang cerah, Daniel terbangun dari tidurnya dengan perasaan segar dan bersemangat. Hari ini, ia berhasil bangun lebih awal dari anak-anaknya, sebuah pencapaian yang jarang terjadi. Tidurnya juga terasa nyenyak dan nyaman karena ia tidur tepat waktu, tidak seperti biasanya yang selalu pulang larut malam dan harus kembali bangun di pagi hari, membuatnya sering kali kesiangan. Untung saja ada si kembar yang selalu setia membangunkannya.

Dengan langkah ringan, Daniel berjalan menuju dapur untuk membuat kopi, berharap dapat membuat paginya lebih segar dan bersemangat. Biasanya Daniel akan menghirup kopi terlebih dahulu, baru mandi.

Namun, saat tiba di dapur, ia terkejut melihat Lucianna ternyata sudah bangun dan sedang sibuk memasak untuk sarapan. Jalannya masih terlihat tertatih-tatih, menunjukkan bahwa kakinya masih terasa sakit.

Lucianna berusaha menyiapkan piring di atas meja, namun kakinya tidak kuat menahan beban tubuhnya. Ia hampir terjatuh dan menghantam kursi, namun syukurlah Daniel dengan sigap menangkap tubuh Lucianna sebelum hal itu terjadi.

"Jika kakimu masih sakit, seharusnya kau tidak banyak bergerak dulu," ucap Daniel dengan nada khawatir, seraya membantu Lucianna untuk duduk di kursi.

"Lalu siapa yang akan memasak sarapan untuk si kembar? Mereka tidak ingin makan masakan pembantu yang lain," jawab Lucianna, membuat Daniel semakin yakin bahwa anak-anaknya sekarang sudah begitu melekat dengan Lucianna. Mereka bahkan menolak untuk makan masakan pembantu yang lain, hanya ingin makan masakan Lucianna.

Ding! Dong! Suara bel rumah tiba-tiba berbunyi, memecah keheningan pagi.

"Siapa yang berkunjung sepagi ini?" tanya Daniel heran, mengerutkan keningnya.

"Ah, mungkin krim oles kiriman temanku. Aku memintanya untuk mengirimkan krim pengurang rasa sakit," jawab Lucianna, menjelaskan alasan kedatangan tamu sepagi ini. Ia memang meminta teman dokternya untuk mengirimkan obat itu, karena ia tidak ingin terlalu lama sakit. Terutama karena lusa anak-anak akan pergi ke kolam renang, dan ia tidak ingin melewatkan momen itu.

"Aku akan mengambilkannya," ucap Daniel tanpa basa-basi, lalu bergegas pergi untuk mengambil paket itu.

Beberapa menit kemudian, Daniel kembali dengan membawa krim oles itu di tangannya. Namun, ia terkejut melihat Lucianna kembali berdiri dan sedang memotong sayuran di meja dapur.

"Luci!" seru Daniel dengan nada sedikit membentak, membuat Lucianna tersentak kaget.

"A-ada apa?" tanya Lucianna bingung, menatap Daniel dengan tatapan polos.

Tanpa menjawab, Daniel kembali mengangkat Lucianna dan mendudukkannya kembali di kursi. "Aku sudah mengatakan padamu untuk tidak banyak bergerak," ucap Daniel dengan nada tegas.

Mata Daniel kemudian tertuju pada secangkir kopi panas yang sudah tersaji rapi di atas meja. "Kapan kau membuat ini?" tanyanya, menatap Lucianna dengan curiga.

"Tadi, saat kau pergi mengambil paketku," jawab Lucianna singkat. Itu berarti Lucianna sempat berjalan untuk membuat kopi, lalu kembali melanjutkan memasak.

"Kau ini sebenarnya benar-benar sakit atau tidak?" tanya Daniel serius, menatap Lucianna dengan tatapan menyelidik.

"Kakiku memang masih sakit, tapi aku masih bisa bergerak. Hanya bolak-balik di sekitar sini, tidak masalah kan?" celetuk Lucianna dengan nada polos, membuat Daniel mengusap wajahnya kasar. Ia merasa frustrasi dengan sikap keras kepala Lucianna.

Dengan hati-hati, Daniel mengangkat kaki Lucianna dan meletakkannya pelan di atas pangkuannya. Daniel membuka bungkus krim oles itu dan mulai mengoleskannya pada kaki Lucianna yang terkilir. Sentuhan tangannya terasa lembut dan hati-hati, seolah takut menyakiti Lucianna.

"Eh?! Aku bisa melakukannya sendiri," ucap Lucianna, berusaha menghentikan tindakan Daniel. Ia merasa tidak enak jika ada yang menyentuh kakinya.

"Diam!" balas Daniel dengan nada tegas dan serak, terdengar seperti sebuah intimidasi yang membuat Lucianna menelan ludahnya. Ia terdiam, tidak berani membantah perintah Daniel.

Sambil terdiam, Lucianna menatap Daniel yang begitu fokus mengoleskan krim pada kakinya. Wajahnya terlihat serius dan perhatian, membuat hati Lucianna menghangat. 'Dulu, alasanku mencoba mendekatimu mungkin karena kekayaan dan ketampananmu. Tapi sepertinya semua alasan itu berubah seiring berjalannya waktu. Sekarang, kau membuatku semakin tidak ingin melepasmu, Daniel,' batin Lucianna, mengakui perasaannya yang mulai tumbuh pada Daniel. Sikap Daniel yang perhatian dan peduli membuatnya semakin bersemangat untuk mendapatkan hatinya.

Setelah selesai mengoleskan krim, Daniel menurunkan kaki Lucianna perlahan-lahan.

"Terima kasih," ucap Lucianna tulus, tak henti-hentinya menatap Daniel dengan tatapan penuh rasa terima kasih. Sementara Daniel merasa canggung karena terus ditatap oleh Lucianna.

"Tentang masakanmu, biar aku yang melanjutkannya," ucap Daniel, berusaha mengalihkan perhatian. Ia segera berdiri dan menghampiri talenan yang sudah disediakan beberapa sayur di dekatnya.

"Memangnya kau tahu cara memasak?" tanya Lucianna, sedikit meragukan kemampuan Daniel.

"Bisa sedikit," jawab Daniel singkat, mengambil pisau dan mulai memotong sayur-sayuran itu dengan cekatan.

"Sungguh? Jarang sekali ada pria yang bisa memasak," ucap Lucianna kagum.

"Hanya cara untuk bertahan hidup," jawab Daniel singkat, masih fokus memotong sayuran.

'Bertahan hidup?' batin Lucianna sedikit bingung dengan jawaban Daniel. "Apa maksudmu? Kau pernah miskin?" tanyanya, penasaran.

Daniel hanya menjawabnya dengan berdehem, masih fokus memotong sayuran. Lucianna tidak menyangka, orang yang selama ini ia lihat begitu kaya dan sukses di hadapannya ternyata pernah melewati masa-masa sulit dan menjadi miskin.

'Apa ini yang membuatnya bekerja terlalu keras? Dia mungkin tidak ingin kembali ke masa itu. Tapi masa dia punya trauma sama kemiskinan?' batin Lucianna menduga-duga, mencoba mencari tahu alasan di balik sikap Daniel yang begitu workaholic.

Lucianna menatap punggung Daniel yang tengah sibuk memasak. Kaos yang dikenakannya tidak terlalu besar, sehingga menjiplak lekuk otot-ototnya yang terlatih. Bahunya yang lebar tampak begitu nyaman untuk bersandar, seolah menawarkan perlindungan dari segala badai kehidupan. Celemek yang dipakainya mengikat pinggang atletisnya, menambah kesan maskulin pada sosoknya.

'Pemandangan yang begitu menyegarkan di pagi hari,' batin Lucianna, senyum bahagia menghiasi wajahnya.

Lamunan Lucianna tersadar oleh teriakan Revan yang tiba-tiba datang ke dapur. "Luci!!" serunya dengan penuh semangat.

Revan berlari menghampiri Lucianna dengan penuh keceriaan. Di belakangnya, Devan juga sudah bangun, tetapi tidak sesemangat Revan. Disusul dengan Rehan yang terlihat masih mengantuk, langkahnya pun tampak gontai.

Revan dan Devan duduk di kursi, tetapi Rehan malah menghampiri Lucianna dan bersandar di pahanya. Lucianna tersenyum melihat tingkah laku Rehan yang manja, kemudian mengangkat tubuhnya naik ke pangkuannya dan memeluknya erat seperti bayi.

"Loh, ada Papa? Papa lagi masak sarapan?" ucap Revan, sudah lama ia tidak melihat Papanya memasak untuk mereka.

"Iya! Hari ini sarapannya spesial karena Papa kalian yang masak!" ujar Lucianna dengan nada ceria. Si kembar bersorak bahagia, kecuali Rehan yang kembali terlelap dalam pelukan Lucianna.

Daniel menyajikan masakannya di atas meja. Ia melihat Rehan yang tertidur, kemudian menepuk pipinya dengan lembut. "Rehan, bangun, Nak," ucapnya dengan penuh kasih sayang.

Lucianna juga membantu menggoyangkan tubuh Rehan dengan lembut. Rehan akhirnya terbangun, meskipun masih merasa mengantuk. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya, berusaha mengumpulkan kesadarannya. Daniel mengambil Rehan dari pelukan Lucianna dan menaruhnya di kursi.

"Kalian mau mandi atau sarapan dulu?" tanya Lucianna pada si kembar.

"Sarapan!" jawab si kembar bersamaan dengan penuh semangat. Saat mereka hendak memulai sarapan, para pembantu akhirnya datang. Tiga pembantu lama Daniel adalah Diah, Irma, dan Desi.

Seperti biasa, mereka akan menyapa majikan mereka terlebih dahulu sebelum memulai pekerjaan. Namun, kali ini berbeda, ada dua orang lain di belakang mereka. Mereka terlihat lebih muda dari tiga pembantu yang berada di depan.

"Eh, siapa dua orang di belakang kalian?" tanya Lucianna, merasa penasaran.

"Mereka adalah dua pembantu tambahan yang kupekerjakan. Nama mereka Lala dan Sopia," jawab Daniel, mencuci tangannya setelah selesai memasak.

"Aku juga menambah dua satpam di rumah ini," lanjut Daniel, membuat Lucianna sedikit membelalakkan matanya. Ia tidak menyangka Daniel ternyata mendengar keluh kesahnya tentang satpam dan pembantu di rumah ini.

"Kalian harus mengajari para pembantu baru itu bagaimana cara bekerja di sini," ucap Daniel pada tiga pembantu lamanya dengan nada formal.

'Wah, ternyata itu majikannya. Tampan sekali!' batin Sopia, terpesona dengan ketampanan Daniel.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Bersambung...

1
Cut syifa
biarlah soal profesi, yg penting hatinya baik
Cut syifa
dasar lucianna benar benar 😄😄, meresahkan sekali kmyyuuuu🤭
mama Al
jangan bilang Luci nekat bawa anak anak ke kebun binatang. 😁
mama Al
berasa ibunya anak-anak 🤭
mama Al
si Daniel antisipasi takut para emak emak smake down lagi
Dewi Ink
Daniel kuat bgt imannya 😂😂
Dewi Ink
wadduuuww di tepi kolam loh itu 😭
Dewi Ink
di rumah kan ada kolam renang
Istri Zhiguang!: anggap aja liburan bersama kak😭
total 1 replies
Cut syifa
untung bukan ramadhan dasar kamu lucianna 🤣🤣🤣
Drezzlle
ayo ajak ke Zoo Lucianaa kasihan mereka
Drezzlle
ya pasti anak-anak pilih kamu lah Lucianaa
Nurika Hikmawati
mantaaaap... kamu masih kuat iman aja Niel. padahal Luci udh mengerahkan semua skillnya tuh /Facepalm/
Nurika Hikmawati
Beda tenaga ya Luc... kalau utk yg gini mah tenaganya gak akan prnh habis
Rosse Roo
aah dasar bocahhh🤣🤦‍♀️
Rosse Roo
yeeeey aku juga ikutt senang.... 😌😄
Rosse Roo
tidak akan ada waktu untuk mengulang kebersamaan dengan anak-anak pak Daniel... nanti kalau mereka udah dewasa. menyesal lah kau, tak pernah menyenangkan mereka.
mama Al
wkwkwkwk kalah telak
mama Al
tetap saja harus berusaha keras, Luci.
mama Al
Daniel ini gengsinya gede ya.
padahal dalam hati 🤭
Cut syifa
gak semua pelacur benar2 niat jadi pelacur🥺😫
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!