Di tindas dan di hujat dengan tuduhan yang tidak nyata, membuat Errina Devina, sosok istri yang penurut berubah menjadi istri yang pemberontak.
Pernikahan yang mereka bina selama enam tahun harus kandas karena pihak ketiga. Azka Rayanza awalnya sosok suami yang bertanggung jawab, tetapi semua kandas setelah kematian sang papa. 
Tidak terima dengan tuduhan keluarga suami yang mengatakan jika dia telah berselingkuh, maka Erinna memutuskan untuk menjadikan tuduhan keluarga suaminya menjadi nyata. 
"Ibu tuduh aku selingkuh di balik penghianatan putra ibu. Maka! jangan salahkan aku menjadikan tuduhan itu menjadi nyata."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TKS 35
Bella menatap pemandangan di depannya dengan tatapan berbinar. Sebuah pemandangan yang sangat indah, bahkan tidak pernah terbayang di pikirannya sama sekali. Dia menatap meja makan yang di penuhi oleh makanan mewah, tidak lupa dengan dekorasi yang begitu indah. Deretan lilin yang menyala membuat suasana gelap menjadi terang karena cahaya yang di pancarkan. Azka mencoba merangkul pinggang wanita itu lalu melangkahkan kakinya ke meja makan dengan begitu mesra.
Bella hanya bisa tersenyum sambil menatap pemandangan itu dengan mata berkaca-kaca. Dia menatap beberapa pemain biola yang sedang memainkan alat music mereka dengan begitu indah, suara biola itu membawa ketenangan dan juga kedamaian di dalam hatinya. Sampai-sampai dia lupa jika dia pernah melewati kehidupan kelam yang begitu menyakitkan di dalam hidupnya.
Azka mencoba mendudukkan wanita itu dengan sangat hati-hati, apalagi mengingat perut sang istri yang sudah membesar, membuat dirinya harus semakin memperhatikan setiap gerak wanita itu. Dia juga melayani wanita itu dengan baik, mulai dari mengisi piring dan juga menuangkan air minum. Azka memang selalu melayani Bella dengan baik, hal itulah yang membuat rasa cinta di hati wanita itu semakin membesar, dan membuatnya menjadi hilang kendali dan tidak memperdulikan apapun lagi. Asalkan dia bisa terus bersama Azka.
"Terima kasih, Sayang." Bella tersenyum manis lalu mencium lembut wajah Azka.
Azka hanya tersenyum kecil lalu mengelus perut Bella yang telah membuncit, lalu duduk d kursinya. Keduanya menikmati makan malam itu dalam keheningan, tanpa ada kata yang terucap, hanya diisi dengan syair yang terdengar dari gesekan antara senar dan juga busur biola. Bella yang sudah terbiasa dengan keheningan itu hanya bisa diam sambil menyantap makanan yang ada di depannya. Dia melirik Azka yang hanya diam menyantap makanannya sendiri dengan perasaan yang tidak bisa di artikan. Dia tahu, tidak mungkin pia itu melakukan ini semua tanpa ada sesuatu di baliknya.
'Sayang! Sebentar lagi acara tujuh bulanan anak kita. Aku ingin mengenakan gaun dari desainer terbaik di kota ini. Aku ingin menjadi bintang utama di acara anak kita," ucap Bella membuka pembicaraan.
"Baik! Besok kita akan pergi untuk membelinya. Acaranya tinggal beberapa hari lagi, jadi kita beli yang sudah jadi aja ya," ucap Azka tersenyum.
"Aku juga sudah menyiapkan hadiah terbaik untukmu. Aku ingin memberikan kado pertama untukmu dan juga calon putra kita.'' Azka memberikan kode kepada pelayan yang ada di sana agar mengeluarkan hadiah yang akan dia berikan.
Bella tersenyum bahagia melihat beberapa pelayan keluar dengan membawa barang-barang mewah di tangan mereka masing-masing. Namun, mata Bella langsung tertuju pada sebuah sertifikat yang ada salah satu pelayan itu.
"Ini adalah sertifikat rumah calon anak kita. Aku sudah mengambil semua gaji dan tabungan yang aku simpan selama bekerja di perusahaan papa. Maaf, aku tidak menunggu persetujuan darimu. Tapi, hanya ini yang bisa aku lakukan untuk kalian.'' Azka tersenyum kecil lalu menggenggam tangan Bella dengan erat. " Aku juga memberikan hadiah yang sama kepada Erinna dan juga Denis. Karena bagaimanapun mereka juga keluargaku, jadi aku harus bersikap adil kepada kalian."
*
*
*
Erinna menatap kamar yang luas di hadapannya dengan mata berbinar, baru kali ini dia melihat kamar yang begitu mewah. Dia menatap setiap sudut ruangan itu dengan tatapan penuh kekaguman. Baru beberapa saat dia melangkahkan kakinya dari istana keluarga diandre yang begitu mewah, kini dia kembali ke dalam istana yang tak kalah mewah dari kediaman keluarga Diandre. Perlahan Erinna menyatukan kulit telapak tangannya ke peralatan yang ada di kamar itu dengan begitu gugup, hingga akhirnya dia terhenti di ranjang yang luas dan juga megah, sangat berbeda dengan ranjang yang selama ini dia tiduri.
"Jika kita main kuda-kudaan di sini pasti sangat enak.'' Bisikan kecil yang terdengar begitu menyeramkan langsung merubah wajah polos Erinna menjadi tegang. Dia berdiri mematung sambil menatap tangan kekar yang perlahan melingkar di perutnya,. Dia juga merasakan hembusan angin yang terasa hangat mulai menembus kulit lehernya.
''Tu_tuan! Apa tuan lupa apa yang di katakan tuan besar?" tanya Erinna gugup, sehingga membuat pria yang berdiri di belakangnya tiba-tiba menghentikan aksinya.
Yoga langsung berubah posisi yang awalnya berdiri di belakang Erinna, kini berdiri di hadapan wanita itu. Dia menatap wajah wanita itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan, sehingga membuat Erinna langsung terdiam dan mengigit bibirnya kecil. Melihat tatapan Yoga yang seperti serigala yang kelaparan, Erinna hanya bisa menelan ludahnya kasar sambil berusaha mengatur detak jantungnya yang berdebar tidak karuan.
''Kamu bilang apa tadi, Sayang?" tanya Yoga sambil menyentuh bibir Erinna mengunakan ibu jarinya.
"Tu_Tuan!"
Belum selesai mengucapkan kata-katanya, Yoga langsung menyantap bibir mungil itu dengan begitu rakus. Dia mencoba melangkahkan kakinya, sehingga membuat Erinna ikut mundur dan terjatuh di atas ranjang. Tidak berhenti begitu saja, Yoga terus melancarkan aksinya yang kini beralih ke leher jenjang wanita itu. Tangannya sibuk kesana-kemari untuk menikmati setiap lekuk tubuh wanita itu. Terbuai dalam setiap sentuhan yang Yoga berikan, Erinna hanya memejamkan mata sambil melingkarkan kedua tangannya di leher Yoga.
Merasakan sesuatu yang tidak sanggup dia tahan lagi, Yoga tiba-tiba berhenti lalu menatap wajah Erinna dengan begitu lekat. Cukup lama dia terdiam sambil mengatur napasnya yang tidak karuan, lalu mencium bibir Erinna dengan singkat. Bukan c*um*n panjang, hanya singkat lalu pria itu bergegas ke kamar mandi dengan terburu-buru. Melihat itu, Erinna hanya bisa terdiam sambil menatap pintu kamar mandi yang telah tertutup rapat.
Dia mendengar suara percikan air yang mengguyur tubuh pria itu, tidak lupa dengan suara kecil tetapi terdengar dengan begitu jelas di telinganya. Melihat itu, Erinna hanya terdiam sambil menatap bayangan tubuhnya di pantulan cermin. Apa tubuhnya tidak menarik, sehingga pria itu memilih untuk bersolo karir di dalam sana? Padahal pada malam itu.
Tidak mau berpikir yang tidak-tidak, Erinna memilih untuk membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Dia sadar siapa dirinya, dia memilih untuk tidak terlalu berharap sesuatu yang belum pasti untuk menjaga kewarasannya. Lagi pula dia masih berstatus sebagai istri Azka, jadi untuk apa dia mengharapkan sentuhan dari pria lain. Namun, tidak bisa di sembunyikan jika dia merasakan sesuatu yang berdenyut pada tubuhnya. Dia berusaha untuk mengontrol diri dan menepis semua pikiran kotor yang ada di dalam pikirannya.
Namun, saat tubuhnya mulai terasa rileks, dia merasakan tangan kekar yang melingkar di tubuhnya. Dia menatap pria itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan, dada sixpack dan juga rambut yang setengah basah membuat gejolak yang berusaha dia pendam kembali menguasai tubuhnya.
"Ada apa, Sayang? Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Yoga tersenyum kecil.
"Ngak apa-apa. Aku hanya kelelahan saja," ucap Erinna gugup lalu memiringkan tubuhnya membelakangi Azka.
''Melihat itu, Azka hanya terkekeh kecil sambil menggoda wanita itu, tentu dia tahu apa yang di rasakan wanita itu saat ini. "Kamu kepingin ya?"
Mendengar ucapan Yoga, wajah Erinna langsung memerah. Dia dengan cepat menutup wajahnya agar pria itu tidak melihatnya.
"Maaf, Sayang. Tapi aku tidak ingin mengotori cinta suci kita. Aku mencintaimu, bukan karena nafsu, tetapi aku mencintaimu dengan tulus. Sabar ya, setelah kita menikah, kita akan menghabiskan malam panjang bersama"
Bersambung....
si Azka serakah kamu sakit hati merasa dikhianati terus gimana dengan Erina sendiri saat kamu bilang mau nikah lagi perasaanmu sekarang gak bedanya dengan apa yang Erina rasakan cowok begooooo ... gemes 😬😬
tapi ternyata semua di luar ekspektasi 😜😜