Sering di-bully, hingga dikirim ke ruangan seorang dosen yang dikenal aneh, dia masuk ke dalam sebuah dunia lain. Dia menjadi seorang putri dari selir keturunan rakyat biasa, putri yang akan mati muda. Bagaimana dia bertahan hidup di kehidupan barunya, agar tidak lagi dipandang hina dan dibully seperti kehidupan sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Menandai Wilayah
Saat Putri Laeouya sampai di kediamannya, dia tersenyum lebar, 60 orang pelayan dan 9 orang prajurit telah menanti.
"Hormat pada Yang Mulia Putri," seru mereka serempak bersama, berdiri lalu merunduk memberi salam.
Putri tersenyum, lalu mulai berkata. "Untuk hari ini kalian 60 orang ini, bisa bersantai, kalian bisa pulang dan kembali lagi besok, jika kalian ingin main atau berbelanja juga boleh, silahkan."
Mereka semua saling pandang. "Saya Putri Laeouya mengizinkan kalian libur hari ini, kalian bisa kembali besok, bersenang-senanglah."
"Baik, terimakasih Yang Mulia Putri."
Mereka semua pergi entah kemana, sementara prajurit masih berdiri siaga menunggu perintah putri.
"Mari masuk ke dalam, untuk kamu—" Putri Laeouya menoleh pada satu orang koki yang tadi dia bawa dari dapur istana. "Memasaklah, untuk kita semua. Jack, Deana temani dia, tunjukkan pada dia dapur dan beberapa bumbu masak kita!"
"Baik Yang Mulia Putri." Deana dan Jack menjawab patuh, lalu mereka bertiga pergi ke dapur.
Putri masuk ke dalam ke kediaman, pergi ke ruang tengah, di sana ada satu buah kursi yang biasa digunakan duduk untuk Putri.
"Duduk di sana!" Putri menunjuk tikar yang terbuat dari daun pandan berduri buatan Deana. Mereka bersembilan duduk bersila dengan patuh.
"Kamu, kamu, kamu, apa saja keahlian lainmu selain mengangkat barang-barang?" Putri bertanya pada tiga prajurit Infanteri. Kelebihan kekuatan di diri mereka ada pada fisik, jangan lihat mereka berbadan besar atau kurus, kemampuan utama mereka adalah kekuatan fisik, jika pun ada yang kurus, tapi mampu mengangkat batu besar dengan berat 500-800 kg dengan satu tangan. Apalagi jika fisik mereka dilatih dan berotot, mereka bisa memikul sampai satu ton dengan sendirian.
"Saya bisa memanah, tapi tidak ahli, saya bisa menggali tanah dengan cepat tanpa senjata."
"Saya bisa mencabut pohon besar dengan akarnya dan memindahkan tanaman itu."
"Saya tidak punya kemampuan lain selain memikul benda berat," jawab yang satu lagi.
"Oke, kalau kalian bertiga?" Putri Laeouya menghadap pada prajurit sniffer. "Apa kelebihan kalian selain memanah jarak dekat dan jarak jauh?"
"Kemampuan lainnya saya adalah pendengaran. Saya bisa menangkap suara jarak jauh, suara cuaca, manusia atau hewan."
Putri mengangguk, itu keahlian yang sangat dibutuhkan.
"Saya bisa terbang, tapi belum terlalu jauh dan saya belum mendalaminya Putri, namun untuk melayang melintasi atau menyusuri sungai saya bisa."
"Saya bisa melihat walau di dalam kegelapan."
"Bagus, kalau kalian bertiga, apa keahlian kalian selain menjinakkan dan menunggangi hewan?" Putri bertanya pada tiga prajurit kavaleri itu.
Dua orang menggeleng, sementara yang satu lagi menjawab dengan ragu. "Saya bisa mendengar dan bicara dengan hewan apa saja dan bisa berlari sekencang kuda serta memanjat seperti monyet."
Putri mengangguk. "Saya mengerti. Kalau begitu, mari kita pergi ke wilayah yang akan kita kembangkan, tanah mati berbatu."
Mereka tampak ragu akan keberhasilan putri tentang mengelola tanah berbatu yang tidak subur ini, namun mereka wajib patuh, karena mereka bukan prajurit biasa, tapi prajurit darah, mereka wajib setia, jika tidak setia, jawabannya adalah mati.
Salah satu prajurit infanteri menggendong putri menuju ke wilayah itu. Saat sampai mereka bertambah tidak yakin, sungguh gersang, hanya ada batu batu, tanah tandus yang retak.
"Kau, mari bawa aku terbang melayang, kita harus menelusuri semua tanah ini, dan kalian mulailah mencongkel dan memecahkan semua batu besar-besar itu!"
"Baik, Yang Mulia Putri."
Prajurit sniffer itu membawa putri terbang, terbang melayang, lalu hinggap di puncak batu besar, lalu terbang lagi, hinggap, lalu terbang lagi, melakukan pergerakan itu untuk menjelajahi semua wilayah.
"Siapa namamu?" tanya Putri, saat mereka hampir sampai di perbatasan kerajaan Pan.
"Tirt Hala, Tuan Putri," jawabnya.
"Oh, nama yang bagus. Tingkatkan terus kemampuan kamu, mulai dari panah dan juga terbang ini! Aku suka prajurit yang berguna dan bermanfaat." Putri Laeouya menepuk pundak prajurit sniffer itu.
Setelah menelusuri semua wilayah. Putri menyuruh prajurit sniffer itu mendarat di tengah-tengah wilayah.
"Tandai daerah ini. Kita akan membuat bangunan utama di sini. Istana bunga."
"Baik Yang Mulia Putri," balas sang sniffer. Dia langsung memberikan tanda dengan pisau kecil, lalu menembakkan anak panah kecil di beberapa batu sekitar.
Setelahnya, mereka kembali terbang ke dua titik lainnya dan putri juga meminta dia memberikan tanda.
"Kau harus ingat tanda-tanda ini. Tanda di sebelah ke arah kediamanku, itu akan ditanami tumbuhan, sementara yang satu lagi akan menjadi lumbung siaga kita saat musim gugur dan salju. Mengerti!"
"Mengerti Yang Mulia Putri."
"Bagus, ayo kita kembali!"
"Siap!"
Mereka kembali ke tempat para prajurit mencongkel dan memecahkan batu.
"Saya ingin tidur. Selesaikan sampai batas sana. Jika sudah, bangunkan saya, kita akan kembali ke kediaman untuk makan, jadi lakukan dengan cepat!" perintah Putri pada mereka semua, termasuk yang membawa dia terbang tadi.
Diantara mereka bersembilan, kekuatan mencongkel dan memukul batu besar menjadi belah belah, tentu saja diselesaikan dengan banyak oleh prajurit infanteri, sementara prajurit sniffer dan kavaleri tak cukup seperempat dari mereka.
Seperti yang diminta sang putri, saat mereka menyelesaikan tugas, mereka membangunkan sang putri dari tidur, lalu kembali ke kediaman.
Saat sampai, semua menu makanan sudah tersaji. Menu daging porsi kecil, dengan sedikit sayur.
Ke-eesokan harinya.
Pagi-pagi sekali Jack sudah berpamitan kepada putri untuk kembali ke kediaman Lewis. Anak laki-laki itu memiliki beberapa kemampuan tambahan perihal memasak dari ayahnya, Kemal Lewis.
"Belajarlah lebih giat, tahun depan aku ingin kamu sekolah, jadi kamu sudah menguasai banyak hal tentang memasak, aku tidak ingin punya suami bodoh dan tidak berguna, mengerti!"
"Hamba mengerti Yang Mulia Putri," jawab Jack, lalu mencium punggung tangan Putri. Putri mendekat lalu mencium pipi Jack. "Baik-baik di sana!"
Setelah Jack berpamitan, Putri pun menemui 60 orang pelayan yang sudah kembali dan berkumpul di halaman kediamannya. Kediaman putri sangat kecil, tak akan mampu menampung banyak orang, kediamannya hanya seperti rumah biasa, tidak seperti istana para selir atau putri-putri anak selir.
"Hari ini, kalian semua mulai bekerja, pekerjaan pertama kalian adalah mengumpulkan kayu, tanah liat dan batu untuk membangun kediaman untuk kalian dan kita semua tempati. Kalian sendiri bisa melihat bukan, kediaman ini sangat kecil dan tidak bisa menampung kalian, jadi hari ini harus bisa mengumpulkan semua bahan. Kita akan pergi ke belakang hutan itu, mencari kayu, sebagian ikut aku. Sebagian ikut Dia." Putri menunjuk Tirz Hala.
"Bawa mereka semua ke wilayah utama kemarin!"
"Baik Yang Mulia."
"Yang Mulia, Anda yakin?" Deana khawatir jika membawa pelayan dan prajurit masuk ke hutan, karena satu-satunya kediaman tempat mereka bersembunyi adalah hutan, sudah dua tahun bersembunyi di dua kali musim gugur dan musim salju di sana mereka aman.
"Bagaimana jika—" Deana menatap sang putri cemas.