Xiao Mei Ling, gadis muda berbakat dialam Surgawi, terlempar kedunia bawah saat tanpa sengaja terperosok kedalam lubang pusara dihutan kematian ketika mencari tanaman herbal.
Dunia bawah yang hampir sama dengan alam Surgawi, namun tak ia ketahui seluk-beluknnya. Jelas membuat Xioa Mei Ling kebingungan.
Namun ditengah keputus-asaan itu, tanpa sengaja ia menemukan kerangka manusia ditempatnya terlempar. Saat ia akan menguburkan kerangka itu dengan layak, kilasan ingatan milik kerangka itu memasuki fikiran, ketika ia menyentuh bagian tengkorak.
"Hah, namanya sama denganku dan wajahnya..?"
"Baik, aku akan menggantikanmu menjaga keluargamu. Terimakasih Xiao Mei Ling, maaf aku memanfaatkanmu untuk bisa hidup didunia ini."
Bagaimana perjalanan hidup Xiao Mei Ling didunia bawah ini bersama dengan ruang dimensi Long yang ia miliki.
Apa ia akan hidup seperti dialam Surgawi.?
Atau malah menjadi seseorang yang jauh lebih berkuasa...?
Mari ikuti kisahnya dalam cerita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diawasi & Mengawasi
Dari lantai tiga sebuah kamar penginapan, Yuan Feng dan Liu menatap interaksi manis Xiao Mei Ling dengan pria lusuh penjual ikan.
Meski keduanya sudah banyak bertemu orang baik, tapi tak ada yang sampai seperti ini. Terlebih pelakonnya adalah nona muda dari keluarga kaya raya dan berpengaruh.
"Pagi ini utusan istana sudah mendatangi kediaman Xiao." beritahu Liu.
"Kapan waktu pertemuannya..?"
"Besok..!" jawab Liu "tapi hanya untuk ketua Xiao dan putra pertamanya saja."
Yuan Feng mendengus "untuk siapa rencananya..?"
Liu mengangkat kedua bahunya dengan bibir tertekuk malas. "Jangan menanyakan sesuatu yang kau sendiri sudah tahu jawabannya."
Tangan Yuan Feng yang terlipat dibalik punggung mengepal erat, mata hitam legam sepekat malam itu berkilat bengis.
"Mereka sudah sampai." ucap pemuda tampan itu.
Liu merotasi keadaan dibawah sana. Hiruk pikuk aktifitas Ibukota dengan banyaknya insan berlalu-lalang.
Liu berdecak kencang "masih dua minggu lagi, tapi mereka sudah bergerak."
Yuan Feng berbalik, meraih jubah yang tergantung dilemari. "Mungkin sudah ada meja kosong, ayo..!"
Liu menutup jendela dan tirai, menyambar jubah miliknya, mengekori langkah lebar sang sahabat.
Restoran Hei'hu masih juga belum surut akan pengunjung, lagi-lagi keduanya harus putar balik kembali kepenginapan.
Perut sudah keroncongan, akhirnya privat room restoran penginapan menjadi pilihan terakhir.
"Untung disini makanannya juga sangat lezat, tidak sia-sia menahan lapar dari tadi." kata Liu sedikit kesal.
Lagi-lagi mata kedua pemuda rupawan itu terusik, dengan antrian panjang orang-orang didepan paviliun Hei'hu.
Kebetulan posisi penginapan dan paviliun Hei'hu saling berseberangan.
Kebanyakan para pengantri itu adalah insan dari kalangan menengah kebawah.
Ada yang membawa anak dalam gendongan, mendekap istri dalam pelukan, memapah ibu dan ayah dengan kehati-hatian.
Sosok Xiao Mei Ling kembali mencuri perhatian, dengan semua peralatan medis ditangan dan meja yang baru diletakan didepan paviliun.
Senyum manis nan ramah penuh kasih kesabaran, tersungging tanpa sedetik jua menghilang.
Dua gadis pelayan pribadinya, membantu dengan membagikan air dan nasi kepal berisi daging spiritual pada para pengantri.
Jejeran kursi lipat single ditata rapi, agar orang sakit yang menunggu giliran diobati tidak lelah berdiri.
"Luar biasa, beruntung sekali orangtuanya karena memiliki putri sebaik itu." puji Liu terpesona.
Yuan Feng membisu tak menanggapi, tapi kilat pujian kagum sempat melintas cepat dikorneanya.
Sementara itu Xiao Mei Ling yang merasa jika sejak tadi diawasi, bersikap siaga sembari melirik sekitar dengan ekor matanya.
Senyum dikemanisan ranum gadis itu tidak jua redup, walau semua indra ditubuhnya terpasang waspada.
"Sudah sejak kapan adik tampan ini sakit..?" tanya lembut Mei Ling meraih tangan kurus bocah berusia kisaran lima tahunan.
"Sudah satu bulan nona tabib, setelah kami kembali dari desa Ganyang." jawab ibu bocah tersebut.
Alis Mei Ling merajut, senyum manisnya redup dengan mata sedikit mendelik.
"Sebelum kesini apa sudah sarapan..?" tanya Mei Ling.
"Baru saja sarapan dengan nasi kepal pemberian paviliun ini."
Mei Ling mengambil alih bocah itu kepangkuannya. Pijatan lembut pada bagian kepala, tengkuk dan bawah perut, Mei Ling berikan selama lima belas menit.
Dua puluh lima jarum akupuntur menancap dititik meridian bocah tampan itu, setelah Mei Ling merebahkan keranjang kecil disebelahnya.
"Nyonya tunggu disini, satu jam lagi jarum-jarum itu baru aku lepas." kata Mei Ling menunjuk kursi didekat ranjang.
Ibu bocah sakit itu pun bergeser, diganti dengan pasien lain.
Dari penyakit ringan hingga kronis, Mei Ling tangani dengan penuh suka cita. Tak ada lelah atau pun bosan dan kehilangan kesabaran.
Memeriksa, memberi perawatan lalu menulis resep, semua Mei Ling lakukan tanpa mengeluh sedikit pun.
Ia amat berharap, kelak antrian panjang ini tidak ada lagi karena semua orang diIbukota terbebas dari segala macam penyakit.
Jika bisa, Mei Ling ingin seluruh manusia dimuka bumi tak ada yang mengidap penyakit baik yang ringan apa lagi yang parah.
"Minggu depan setelah obatnya habis, paman bawa putranya kemari lagi ya..? agar aku bisa melihat perkembangannya."
Ucap Mei Ling pada pria yang membawa anaknya, sembari menyerahkan kertas resep.
"Baik nona, terimakasih..!"
Satu jam berlalu, Mei Ling mencabut jarum ditubuh bocah tadi.
"Lain kali kalau ada yang jahat padamu, beritahu ibu dan ayahmu jika kau tidak bisa melawannya. Mengerti..?" ucap lembut Mei Ling memijat telapak kaki bocah yang menjawab iya dengan lemah.
"Kenapa putraku nona tabib..?" tanya cemas sang ibu.
"Putra nyonya memakan buah Hurei duri dengan bijinya, sepertinya ada yang memaksa adik untuk menelannya."
"Apa...!" pekik wanita berusia dua puluh dua tahun itu.
Ia langsung memeluk erat putranya, menangis sesenggukan menyalahkan diri sendiri.
Buah Hurei duri, salah satu buah hutan beracun yang banyak tumbuh ditebing dan gunung berapi.
Racun pekatnya tersimpan dibagian biji. Cara kerja racun buah itu amat lambat dan melemahkan imun tubuh dengan kepala, perut, leher dan dada sakit seperti ditusuk.
Tidak bisa langsung cepat terdeteksi kalau memakan dengan bijinya dan jika salah atau terlambat penangan, bisa mengakibatkan kelumpuhan yang berujung kematian.
Mei Ling memberikan resep, yang semuanya adalah racikan untuk penawar segala jenis racun dalam versi tonik.
Gadis itu sengaja tak memberikan pil penawar segala jenis racun, karena tidak mau mengundang perhatian dan perkara. Saat ini banyak mata yang tengah tertuju padanya.
"Tiga hari lagi bawa adik kesini, agar aku bisa memeriksanya."
"Baik nona tabib, terimakasih...!" ucap parau wanita itu menunduk dalam, lalu menggendong putranya guna menebus obat.
JANGAN LUPA UNTUK SELALU 👇
👍 Like disetiap bab.
❤️ Subscribe.
👑 Vote setiap hari senin.
⭐️ Berikan penilaian bintang 5.
🌹 Kalau ada poin, boleh setangkai mawarnya.
🔔 Tinggalkan komentar penyemangat.
Terimakasih...!!!
.masih banyak typo..