NovelToon NovelToon
Air Mata Istri Yang Diabaikan

Air Mata Istri Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: fadelisa dedeh setyowati

Ratna yang tidak bisa hamil menjebak suaminya sendiri untuk tidur dengan seorang wanita yang tak lain adalah adik tirinya.

ia ingin balas dendam dengan adik tirinya yang telah merenggut kebahagiaannya.

akankah Ratna berhasil? atau malah dia yang semakin terpuruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadelisa dedeh setyowati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air Mata Istri Yang Diabaikan 23

Hari pernikahan Andini dan Bagas pun tiba. Hari paling Istimewa yang dinanti oleh Andini dan keluarga. Hari dimana Bagas dan Andini akan mengikat janji suci.

Walaupun Andini tahu pernikahan ini terjadi karena keterpaksaan tapi itu tidak mengurangi kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya yang cantik.

Segalanya telah dipersiapkan dengan baik dan matang. Tidak ada yang kurang dari acara pernikahan itu. Mungkin satu-satunya yang tidak begitu antusias adalah Bagas.

Tidak ada Ratna disampingnya.

Ratna sudah memutuskan bahwa ia tidak akan hadir di pernikahan Bagas dan Andini demi menjaga perasaan masing-masing.

Bagas tak kuasa menolak permintaan istrinya yang paling ia cinta meskipun disini ia harus berkorban perasaan demi menjaga perasaan Ratna dan Andini.

Taman itu sudah dihias dengan indah. Tidak mewah tapi cukup menyenangkan untuk dilihat. Hanya beberapa rangkaian bunga segar yang ditata sedemikian rupa. Dan kain putih polos yang terikat di sudut-sudut tenda.

Tamu-tamu hadir dengan pakaian terbaik mereka. Bercanda gurau dengan sesama tamu. Kali ini undangan hanya seputar keluarga kerabat dan sahabat. Tidak banyak tapi cukup sebagai saksi acara yang membahagiakan ini.

Sesekali terdengar senda gurau di antara para tamu ada juga yang berbicara dengan serius. Beberapa kali terdengar percakapan serius tentang pernikahan Andini dan Bagas bahwa mereka menikah bukan atas dasar cinta.

“Ah yang bener?” bisik seorang tamu undangan.

“Masa sih?” Yang lain menimpali

“Ga mungkin Andini kaya gitu,” ucap tamu yang lainnya.

Desas-desus bahwa Andini sedang mengandung terlebih dahulu mencuat di sebagian kalangan tamu yang hadir. Meski tidak ada yang bisa memastikan kebenarannya, beberapa percaya desas-desus itu nyata karena pernikahan mereka yang serba cepat dan tertutup.

Tak lama percakapan itu harus terhenti karena MC mengumumkan bahwa pengantin telah tiba.

Hari itu Andini tampil cantik dengan gaun yang ia rancang sendiri. Tidak banyak hiasan tapi cukup menampilkan sisi anggun seorang Andini. Sedang Bagas dengan jas-nya tidak kalah tampan dan elegan.

Saat kedua mempelai berjalan beriringan – tepuk tangan menghiasi setiap langkah mereka menuju pelaminan.

Senyum tak pernah terlepas dari wajah Andini. Meskipun bukan pesta pernikahan impiannya tapi dia bersyukur bisa merasakan momen spesial sekali seumur hidup itu. Lain hal-nya dengan Bagas. Walaupun ia kurang antusias tapi Bagas bisa menjaga supaya acara itu  bisa terselenggara dengan baik dan lancar.

Suasana sore itu nampak tenang dan khidmat. Cahaya matahari yang lembut menembus sela-sela dedaunan – menerangi pelaminan sederhana yang hanya dihiasi bunga putih dan kain polos. Semua tamu hening menyaksikan dua mempelai saling bertatapan. Dan dalam kesunyian itu tibalah janji suci diucapkan.

Bagas mengambil mic dan mulai berkata, “Di hadapan Tuhan, keluarga dan semua yang hadir disini aku berjanji akan mencintaimu dengan tulus, menjaga dan mendampingimu dalam suka dan duka,”

Andini yang mendengarnya tak kuasa menahan airmatanya, dengan suara agak serak ia mengambil mic dan berucap, “Akupun berjanji dengan segenap hati akan setia mendampingimu berada disampingmu, menguatkanmu di saat susah dan berjalan bersamamu bukan hanya di kala senang tapi juga saat susah. Aku menyerahkan diri untuk selalu bersamamu,”

Keduanya saling bertukar cincin. Hampir saja Andini menjatuhkan cincin yang akan ia pasangkan ke jari Bagas. Ia sangat gugup. Berbeda jauh dengan Bagas yang tampak acuh tak acuh.

Sejenak terasa hening, para tamu ada yang meneteskan air mata terutama keluarga dari Andini. Tak lama tepuk tangan terdengar hangat bukan riuh tapi lembut dan penuh makna.

Di antara para tamu ada sepasang mata yang tengah menatap ke arah keluarga mempelai wanita. Mata itu terlihat sendu dan berair. Ada kerinduan yang teramat dari tatapan mata itu. Tatapan yang tak lama tenggelam di antara riuh tepuk tangan para tamu.

Saat acara makan bersama dimulai, para hadirin sudah duduk di tempat mereka masing-masing di meja panjang. Menikmati hidangan yang cukup mewah yang tersedia untuk disantap para tamu. Diantara dentingan garpu dan pisau suara tawa dan percakapan yang hangat terasa menyejukkan pemandangan sore itu, diantara kebersahajaan itu kebahagiaan terasa meliputi seluruh hadirin.

Murni, tulus dan penuh makna.

Tak lama malam mulai turun, lampu-lampu kuning menggantikan pencahayaan. Meja panjang yang tadinya penuh hidangan kini tersisa piring-piring kosong dan gelas yang setengah terisi.tanda semua puas menikmati kebersamaan.

Tawa tamu mulai mereda, beberapa pamit dengan senyum dan doa yang tulus untuk kedua mempelai. Mengucapkan harapan-harapan baik bagi keduanya.

Kursi-kursi mulai dikembalikan ke tempatnya – meninggalkan ketenangan malam yang menyelimuti halaman kecil itu.

Pesta ditutup dengan kehangatan. Keluarga pulang dengan hati yang bahagia, senyum puas yang ditinggalkan para sahabat dan dua hati yag resmi terikat.

Ketika tamu terakhir berpamitan, halaman itu terasa begitu sunyi. Meninggalkan Andini dan Bagas juga keluarga dekat.

Setelah keadaan benar-benar sepi Bagas menepi mencari Ratna. Ia yakin ia tadi melihat bayangan Ratna di antara para tamu. Tapi ke sudut manapun Bagas mencari ia tak menemukan sosok yang dicintainya itu.

“Mas Bagas,” panggil Andini. “Kita –“

“Kamu duluan aja, nanti aku nyusul,” ucap Bagas sambil terus mengitari tempat itu.

Andini tertunduk sedih, tapi tak ada yang bisa dilakukannya kecuali menunggu Bagas di kamar pengantin.

Disana Andini duduk di tepi ranjang. Gaunnya masih terlihat indah meski agak kusut. Ia menanti Bagas dengan penuh harap.

Ia meraba dadanya sendiri. Ada degup disana. Yang artinya ia sudah mulai mencintai Bagas. Sekarang adalah hari dimana ia harus mulai membuat Bagas mencintainya.

Pintu kamar terbuka, sosok yang Andini nantikan telah tiba. Jas Bagas sudah di lepas dan dasinya agak kusut rambutnya juga sedikit berantakan. Entah apa yang dipikirkan lelaki yang sudah menjadi suaminya itu.

“Mas ....” panggil Andini lirih.

“Aku capek Din,” ujar Bagas, melepas sepatu dan merebahkan diri. Bahkan ia tak bertanya bagaimana perasaan Andini.

Tapi Andini tak ambil pusing. Ia tak ingin merusak suasana. Akhirnya ia juga memilih berbaring di samping Bagas. Ia tidur dengan senyum, memeluk harap. Sementara Bagas memandang langit-langit, bertanya pada dirinya sendiri apakah mungkin hatinya bisa terbuka untuk wanita lain?

Malam itu menjadi awal kisah baru. Sebuah perjalanan yang mungkin akan dipenuhi ujian, antara harapan yang besar dan perasaan yang belum menyatu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!