NovelToon NovelToon
Sang Penerus Yang Tersembunyi

Sang Penerus Yang Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Yatim Piatu / Identitas Tersembunyi / Konglomerat berpura-pura miskin / Menyembunyikan Identitas / Kultivasi Modern
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: dira.aza07

Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.

Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.

Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.

Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 ~ Belajar dengan di selingi cinta

Setelah yang berlatih itu selesai, salah satunya menghampiri Dana.

"Hai ... kenalkan gue Rendi, dan lo?" salam kenal dari Rendi dengan duduk di samping Dana.

"Gue Cendana panggil saja Dana," jawab Dana.

"Apa lo tertarik sama latihan kita? secara dari tadi lo merhatiin kita," tanya Rendi.

"Yup ... gue tertarik, apa bisa gue bergabung?" tanya Dana.

"Bisa, datang lagi besok di jam yang sama, akan gue kenalkan sama pelatih, untuk sekarang dia sedang terburu-buru," jawab Rendi.

"Ok terimakasih," jawab Dana.

Sungguh hati Dana sangat bersyukur karena sempat terpikir untuk berlatih bela diri akhirnya di pedesaan ini ada bela diri juga, dan ini untuk bekal dia melawan orang yang telah membunuh Ibunya.

"Sama-sama, ya sudah gue pamit, hari semakin gelap," ujar Rendi beranjak.

Begitupula Dana, dia pun akhirnya beranjak dari tempat duduk itu untuk kembali pulang.

Keesokan harinya ...

Dana kembali ke rumah Shifa, namun dia melihat Sylvia sedang di kebun bunga, namun tiba-tiba Sylvia menjerit.

Dana langsung menghampiri Sylvia ke kebun bunga itu.

"Kenapa? apa kamu baik-baik saja?" tanya Dana terlihat panik juga khawatir.

"Maaf sudah membuatmu panik, saya hanya tertusuk duri bunga mawar," jawab Sylvia.

Dana pun langsung menarik lengan Sylvia, lalu menyedot darah itu agar tidak terkena infeksi.

Sylvia langsung membulatkan kedua bola matanya, karena baru kali ini ada pria yang begitu baik juga perhatian. Sebelumnya hanya pria-pria iseng yang lewat di kebunnya tanpa hendak mendekatinya.

"Apa masih perih atau sakit?" tanya Dana.

"Ti-tidak terimakasih ya," jawab Sylvia yang langsung menarik lengannya.

Dana tersenyum, "Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Dana kemudian.

"Tidak perlu, karena Ka Dana sudah di tunggu Ibu di dalam," jelas Sylvia, meski hati kecilnya ingin sekali di temani oleh Dana, namun dia tahu, Dana perlu belajar lebih giat untuk tujuannya di depan nanti.

"Baiklah, jika saya sudah selesai belajar, dan kamu belum selesai, mau kan saya bantu?" tawar Dana dengan lembut dan tersenyum sambil menatap Sylvia.

"Hmm, bagaimana nanti saja ya Ka," sahut Sylvia, sungguh hatinya saat ini sudah tidak karuan apalagi jika sampai terdengar irama jantungnya oleh Dana, Sylvia bisa malu bahkan bisa langsung menutup mukanya begitu saja.

Dana kembali tersenyum, "Hati-hati ya, bunga mawar memang indah namun dia bisa menyakitimu," ucap Dana sambil melambaikan tangannya dan berlalu.

Langsung saja membuat sylvia terpaku di tempat hingga membuat mukanya merona.

"Tidak ..., aku dan dia jelas berbeda, dia orang yang memiliki kedudukan tinggi, sedangkan aku ..., aku sekarang hanya tukang kebun," lirih Sylvia merasa kecil bahkan sangat kecil.

Dana berjalan menuju rumah Sylvia tepatnya menuju sang Ibunya, yang tak jauh dari perkebunan bunga tersebut.

Selama berjalan tak henti Dana mengembangkan senyumannya, selama hidupnya baru kali ini dia menemukan wanita yang bisa mengisi hatinya, entah apa tapi rasanya penuh warna warni.

Bahkan bertemu dengan orang-orang saja Dana tidak pernah, Dana sangat di lindungi hanya peralatan modern yang selalu dia gunakan untuk menemaninya, untung saja dengan teknologi dia bisa mengenal lingkungan seperti apa dan harus bagaimana, sehingga bisa di aplikasikan di kehidupan nyatanya.

Dana pun telah tiba di rumah Ibunya Sylvia, dan benar saja Shifa ibunya dari Sylvia sudah menunggu Dana.

"Masuk Nak!" ucap Shifa.

Tak perlu menunggu lama, Dana pun langsung di suguhi pelajaran-pelajaran layaknya pelajar pada umumnya.

Hari semakin panas, Sylvia pun akhirnya pulang kerumah hanya untuk beristirahat. Sesampainya di rumah, Sylvia melihat jika di atas meja tidak ada air untuk Dana.

Sylvia yang terbiasa menjamu tamu Ibunya dengan memberikan segelas air, maka Sylvia pun menuju dapur lalu mengambil air dan memberikannya kepada Dana.

Dana yang sedari tadi tahu jika Sylvia telah pulang, terus mencuri pandang. Bahkan sampai berada tepat di hadapannya saat menyimpan segelas air.

Dana dengan terang-terangan menatap Sylvia seakan hanya ingin mengucapkan terimakasih padahal lebih dari itu.

Shifa yang mengetahui itu, menatap tajam kepada anaknya.

Dana yang mengetahui itu dan melihat Sylvia ketakukan akhirnya mengakhiri tatapan itu. Dana tidak ingin jika Shifa memarahi sang anak hanya karena kesalahannya. Akhirnya Dia memutuskan kembali fokus dengan pelajaran yang ada di hadapannya.

Sylvia yang telah menyadari tatapan Ibunya akhirnya berdiam diri di dapur hanya untuk sekedar beristirahat sambil meneguk segelas air putih hingga tandas.

Rasa tegang takut kena tegur dan rasa lelahnya saling bersautan membuatnya seakan tidak cukup dengan segelas air bening itu.

Setelah di rasa cukup, Sylvia kembali ke perkebunan bunga dengan melewati pintu belakang rumahnya.

Selang beberapa jam kemudian, Dana pun selesai, dia menunggu waktu tibanya latihan bela diri.

Dengan wajah tersenyum, dia berjalan kembali ke perkebunan bunga itu, yang kebetulan setiap perjalan pulang atau kerumah Shifa harus melewati perkebunan tersebut.

"Sylvia masih di sana, waktu latihan masih setengah jam lagi, lumayanlah aku sempatkan menemuinya," gumam Dana yang terus berjalan menuju Sylvia berada.

"Hai ...," sapa Dana.

Sylvia yang sedang asik memberikan pupuk pun tak menyadari kedatangan Dana. Hingga sapaan Dana membuatnya terkejut hingga menumpahkan sebagian pupuk yang berada di tangannya.

"Maaf ...," ucap Dana langsung menghampiri Sylvia dan membantu membersihkan.

"Maaf aku sudah membuatmu kaget," ucap Dana.

"Tidak apa-apa, sudah selesai belajarnya?" tanya Sylvia sambil berjongkok saling berhadapan, hingga muka mereka pun begitu dekat. Namun sylvia menghindari tatapan muka mereka dengan menundukkan wajahnya.

Setelah selesai Dana pun meraih tangan Sylvia untuk membantunya berdiri.

Kembali Sylvia tersipu malu, namun Sylvia mencoba menutupinya dengan mengerjakan yang lain.

"Ada yang perlu saya bantu?" tanya Dana.

"Tidak perlu, berisitirahatlah, takutnya ada yang mesti di kerjakan setelah ini, mungkin kamu membutuhkan tenaga atau energi yang lebih," tolak Sylvia halus.

"Baiklah, bolehkah aku duduk di sini?," tanya Dana.

"Boleh ..., itu di sediakan memang untuk duduk," jawab Sylvia sambil tersenyum.

Dana menatap intens Sylvia sambil tersenyum, indah ... cantik ... mempesona ..., Dana benar-benar terpesona oleh kecantikannya, bahkan melebihi cantiknya bunga-bunga yang bermekaran di kebun ini.

Semakin Dana memperhatikan Sylvia, membuat Sylvia semakin kikuk, hingga dia terlihat tegang bahkan salah menyirami tanaman.

"Via ... kamu menyirami tanaman itu terlalu banyak," cegah Dana dengan mengangkat tangan Sylvia agar air berhenti.

"Eh ... aduh ...," panik Sylvia dan itu membuat Dana kembali tersenyum, karena dia melihat ada kegugupan di balik sikap Sylvia.

"Gimana ini? bunga ini jangan terlalu banyak air bisa mati," panik Sylvia kembali.

"Mari ganti dengan tanah yang baru, yang tidak terlalu lembap ataupun kering," saran Dana.

Sylvia pun mengikuti saran Dana, namun saat asik menyusun bunga di tanah yang baru, dengan sesekali tangan mereka saling bersentuhan, tiba-tiba alarm dalam handphone dana berbunyi.

Bersambung ...

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
dira rahmi: Terimakasih 😘😘😘😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!