kisah lama yang belum usai, membuatku masih hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Aku selalu menyesali apa yang terjadi saat itu, aku selalu menginginkan masa itu terulang kembali. Walaupun aku tau itu mustahil, aku tetap memimpikannya. Aku ingin memperbaiki kesalahanku yang besar kepada cinta pertamaku, karena aku sudah menghancurkan hatinya sampai tak berbentuk. Masih pantaskah aku jika menginginkannya kembali padaku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu 22
Teresa melangkahkan kakinya perlahan memasuki gerbang tinggi rumahnya. Sesekali dia melirik kearah banyak mobil mewah yang terparkir di halaman rumahnya. Bau aneh menyengat tiba-tiba tercium olehnya, dia sampai menutupi hidungnya dengan sapu tangan. Kedatangan ayah dan ibunya sudah sangat mengejutkan, apalagi saat Teresa merasa bahwa orang yang datang kali ini lebih banyak dari yang dia perkirakan.
Langkahnya terhenti saat dia semakin dekat dengan pintu masuk yang sudah dijaga oleh banyak orang berpakaian serba hitam yang cukup menakutkan. Suara gemerincing lonceng yang aneh juga mulai terdengar. Teresa memutuskan untuk membuka pintu sekarang juga, dia ingin tau apa yang sebenarnya sedang terjadi di rumahnya. Teresa berdiri sejenak di balik dinding untuk menguping pembicaraan banyak orang yang ada di rumahnya.
“Keluarga besar Adia memiliki sebuah kutukan. Aku sudah pernah mengatakan hal ini sejak 25 tahun yang lalu,” ucap seorang wanita bersamaan dengan suara gemerincing lonceng yang aneh.
“Pria bernama Arnold, yang merupakan putra satu-satunya keluarga Adia. Dia adalah orang yang menjadi sasaran kutukan itu. Membuat kondisi kesehatannya tidak membaik bahkan sampai detik ini,” ucapnya lagi.
“Tolong selamatkan putraku!” Ucap seorang wanita lain dengan suara yang terdengar lebih muda.
“Kenan, sebagai ibu aku tau kau pasti sangat kawatir dengan putramu. Aku sudah pernah mengatakan sebelumnya, apa kau masih mengingatnya?” Ucap wanita paruh baya dengan loncengnya.
“Maksud madam? Ucapan hari itu, tentang menikahkannya dengan gadis murni?” Ucap wanita bernama Kenan kepada wanita lonceng yang di panggilnya madam.
“Benar sekali! Kau harus segera menikahkannya dengan gadis muda yang murni!” Ucap madam.
“Sudah kubilang Kenan. Kau bisa menikahkan Arnold dengan anak pertamaku, Teresa!” Ucap Diana.
Teresa terdiam membeku saat mendengar ucapan ibunya. Kakinya mendadak lemas saat mendengar pembicaraan mereka, semuanya terdengar tidak masuk akal dan mengejutkan baginya. Tangannya sampai gemetar ketakutan.
“Anak adopsi mu? Teresa?” Tanya Kenan menatap Diana dan Tao secara bergantian.
“Selama gadis itu masih murni, maka semuanya bisa di lakukan,” ucap madam diiringi dengan suara loncengnya.
“Tentu saja! Aku yang membesarkannya sendiri! Aku mendidiknya dengan keras, aku yakin dia adalah gadis yang baik untuk Arnold!, dan dia masih sangat murni!” Ucap Diana.
“Bisa aku lihat bagaimana rupa gadis itu?” Ucap Kenan.
Bertepatan dengan itu, Teresa langsung ingin melarikan diri. Tapi gerakan kakinya yang gugup justru mengacaukan segalanya. Dia memecahkan guci ke lantai, menimbulkan suara keras yang mengejutkan. Membuat keberadaanya tidak bisa di sembunyikan lagi.
“Teresa?” Ucap ayah Tao langsung datang menghampiri Teresa yang memegangi kakinya yang terkena pecahan guci.
“Jangan bawa aku ayah! Aku tidak ingin pergi!” Tegas Teresa menatap ayahnya ketakutan.
Tapi Tao sama sekali tidak memikirkan ucapan Teresa. Dia bahkan tidak peduli dengan tangan gemetarnya yang ketakutan. Dia langsung menarik tangan Teresa, mendorongnya untuk berdiri di tengah-tengah ramainya orang asing yang baru pernah di lihatnya.
Teresa ketakutan. Dia mengedarkan pandanganya, melihat semua orang yang ada di ruang keluarga rumahnya. Seorang wanita paruh baya dengan pakaian aneh yang memegang lonceng di tangannya. Serta seorang wanita seumuran ibunya yang di panggil Kenan. Ada juga seorang pria yang duduk di kursi rodanya, terlihat terdiam menatap kosong kedepan.
“Dia anakku, Teresa,” ucap Diana memperkenalkan Teresa pada semua orang.
“Sudah saatnya kau membalas budi,” bisik Diana tepat di telinga Teresa.
Teresa ingin sekali menangis saat ini juga. Semuanya begitu cepat dan mengejutkan. Percakapan yang bahkan dia tidak tau awalnya, dia terpaksa ikut dalam masalah yang sedang terjadi disini. Tangannya gemetar hebat saat seorang wanita paruh baya dengan lonceng di tangannya mulai mendekatinya.
“Dia gadis murni itu madam,” ucap ayah Tao.
Wanita yang di panggil madam itu mulai memutari Teresa berulangkali. Matanya terpejam, mulutnya seperti mengucap banyak kata tanpa suara. Hanya ada suara gemerincing lonceng yang terdengar keras di tempat ini.
“Gadis ini masih murni. Dan dia mempunyai aura yang bagus, sehingga sangat cocok untuk penolak bala untuk tuan muda Arnold,” ucap madam setelah berhenti memutari Teresa.
Kenan menatap putranya yang berumur 24 tahun. Dia berjongkok agar lebih dekat dengannya yang duduk di kursi roda. Dia membisikkan sesuatu pada putranya yang bernama Arnold. Kemudian Kenan berdiri mendekati Teresa, dia mengamatinya dari atas sampai bawah.
“Pernikahan bisa di lakukan secepatnya!” Tegas Kenan menatap Teresa dengan senyuman tipisnya.
“Tidak,” Teresa menggeleng pelan.
“Aku tidak mau menikah dengannya,” ucap Teresa dengan nada pelan.
“Dia bisa menikah dengan Arnold!” Tegas Diana, membuat Teresa menatapnya tak percaya.
“Aku tidak bisa menikah dengannya!” Teriak Teresa, di iringi dengan suara isakan tangisnya.
Tao dan Diana saling pandang satu sama lain. Mereka seperti bisa berkomunikasi hanya dengan bertatapan mata. Kemudian Tao terlihat menghampiri Teresa, dia menggendongnya dan membawanya pergi.
“Ayah kumohon! Jangan lakukan hal ini padaku!” Teriak Teresa saat ayahnya baru saja memasukannya kedalam kamar.
“Teresa, sudah kubilang bahwa kau harus membalas budi suatu saat nanti. Dan ini sudah tiba saatnya bagimu untuk berbuat baik kepada kami yang telah mengadopsimu.”
“Menurutlah pada orang tuamu! Kau bisa membantu perusahaan ayah keluar dari kebangkrutan.”
“Menikah dengan putra keluarga Adia tidak akan merugikanmu. Mereka adalah keluarga kaya, kau tidak akan kekurangan apapun disana.”
Teresa menggeleng pelan, air matanya terus membasahi wajahnya. Bicara pun terasa sulit, seolah rasa takutnya begitu besar mengalahkan keberaniannya. Dengan susah payah Teresa menelan ludahnya, berusaha mengatakan sebuah kalimat kepada ayah angkatnya.
“Aku harus kuliah, aku harus masuk Star University.”
“Aku sudah belajar tentang hukum selama ini.”
“Aku belajar dengan giat selama ini.”
“Berusaha agar berhasil masuk perguruan tinggi yang aku inginkan.”
“Aku tidak bisa menikah ayah kumohon!”
“Aku harus mengikuti ujian minggu depan!”
“Aku harus mengikutinya!!” Teriakan Teresa yang terakhir terdengar sangat putus asa.
“Kau tidak perlu berkuliah! Hidupmu sudah pasti terjamin jika menikah dengan Arnold!” Ucap Tao.
Teresa sampai berlutut di depan kaki ayahnya, dia merangkak mendekat untuk memegangi kaki ayahnya. Air matanya menetes mebasahi sepatu mahal yang ayahnya kenakan. Suara tangisannya tidak mampu membuat seorang pria bernama Tao itu merasa iba padanya.
“Aku tidak ingin menikah dengannya!” Teriak Teresa.
“Kau harus menikah dengannya!” Bentak Tao mendorong Teresa untuk menjauh dari kakinya.
Teresa sampai terpental terjatuh menghantam kaki meja riasnya. Sementara pintu kamarnya di tutup dengan keras oleh ayahnya. Tao menguncinya dari luar, memperlakukan Teresa layaknya tahanan. Meninggalkannya dalam kesedihan dan penderitaan yang mendalam. Suara tangisan Teresa mengiringi suasana malam hari yang gelap dan sunyi.
Bersamaan dengan semua yang terjadi malam ini, seekor kupu-kupu berwarna hitam hinggap di jendela kamarnya yang terbuka. Seolah memberitahu penghuninya, bahwa semuanya akan di mulai sekarang.
...----------------...