Freya Zalika Adifa seorang gadis cantik yang memiliki kepribadian menyenangkan. Tapi hidupnya penuh dengan kesengsaraan. Tinggal bersama keluarga angkat, yang sebenarnya adalah paman kandungnya sendiri.
Tapi, Freya tidak pernah diperlakukan sebagai keluarga. Melainkan seperti pembantu. Freya harus memasak, membersihkan rumah, mencuci baju dan juga wajib mencukupi kebutuhan dapur rumah itu.
Nadya Anindya adalah kakak sepupu Freya yang telah menikah dengan kekasihnya semasa masih kuliah dulu. Hampir 5 tahun usia pernikahan mereka, dan belum ada anak di tengah rumah tangga mereka.
Nadya menyebar fitnah jika Gibran Kavi Mahendra seorang pria mandul. Karena selama pernikahan, Nadya merasa tidak pernah puas dengan Gibran.
Gibran seorang pria pekerja keras yang terlahir yatim piatu merasa harga dirinya semakin diinjak-injak oleh Nadya semenjak dirinya diPHK.
"Lahirkan anak untukku, maka aku akan mengajakmu keluar dari neraka ini." Ucap Gibran pada Freya.
UPDATE SETIAP HARI.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesialan Duo Kuntilanak
Suara teriakan kencang Adinda menarik perhatian seluruh penghuni Rumah Sakit. Sehingga mau tidak mau, Budhe Ruhama terpaksa diamankan untuk sementara.
"Tidak... Jangan sampai anakku kenapa-napa karena aku tidak akan tinggal diam dengan perlakuan kasarmu." Ucap Adinda disela rasa sakit yang menjalar hingga seluruh perutnya.
Akhirnya Adinda dibawa ke UGD
Setelah diperiksa oleh Dokter spesialis Obgyn, beruntung kandungan Adinda kuat. Janin berjenis kelamin laki-laki itu masih bertahan meskipun Adinda sempat pendarahan. Tapi untuk mengantisipasi hal buruk, Adinda harus bedrest. Sedangkan Budhe Ruhama, harus menandatangi surat perjanjian di atas materai. Yang menyatakan dia tidak akan lagi membuat keributan di RS.
Operasi Paman Santoso sudah berhasil dilakukan, tidak ada hal parah selain hanya patah tulang satu kakinya akibat terjepit dashboard mobil. Setelah beberapa jam pasca operasi, Paman Santoso terbangun dari tidurnya, dan orang yang pertama dia cari adalah nama Adinda Zahra.
"Dinda... Sayang..." Lirih Pak Santoso sambil membuka perlahan kedua matanya.
"Papa... Dasar Papa ini, ada aku yang menunggu dan ada Mama di sini kenapa mencari gundik sialan itu." Teriak Nadya.
"Jangan kurang ajar memanggil Istriku dengan sebutan gundik. Dia ibumu juga, karena aku menikahinya SAH." Meskipun lirih, tapi masih terdengar nada tegas dari Paman Santoso.
"Kalau bukan gundik, apa pelakor?"
"Tutup mulutmu, kamu pulang saja Nadya. Ambilkan Papa baju ganti, untuk Ibumu juga. Di mana sebenarnya dia, kenapa tidak terlihat. Apa kalian telah mengusir istriku?" Ucap Paman Santoso menatap tajam.
"Dia ada di kamar sebelah." Jawab Budhe Ruhama benada sinis.
"Apa yang kamu lakukan padanya? Awas saja jika putraku celaka."
"Kamu sepertinya bangga dengan kehamilan istri mudamu. Sudah berapa lama kamu selingkuh dariku Santoso?" Tanya Budhe Ruhama sambil terisak kecil.
"Tentu saja, dia bisa memberiku seorang pewaris. Putra yang akan menjadi kebanggaanku. Lagi pula aku menghamilinya setelah kami menikah setahun yang lalu. Jangan pernah menyalahkannya, tapi salahkan dirimu sendiri Ruhama."
"Kamu selalu sibuk dengan arisan sosialitamu, dan ketika aku ingin menyentuhmu kamu selalu menolak dengan alasan sudah sama-sama tua. Kamu lelah, kamu ingin istirahat. Kamu tahu aku pria perkasa yang memiliki tingkat hasrat tinggi. Yang harus terpenuhi setiap harinya, tapi kamu jangankan setiap hari. Seminggu sekali saja kamu enggan."
"Adinda, dia wanita pilihanku. Wanita cerdas yang tidak hanya pandai memuaskanku di atas ranjang. Tapi dia juga wanita berpendidikan tinggi. Yang bisa membantuku memikirkan strategi bisnis dan bagaimana cara melobi. Tidak sepertimu yang hanya bisa menghabiskan uang yang bukan milikmu. Dasar wanita tua tidak tahu diri." Sumpah serapah Paman Santoso.
"Ayo Ma, kita pulang saja. Sepertinya kehadiran kita di sini tidak Papa harapkan. Lebih baik kita tidur, daripada ngurusi Papa." Ucap Nadya menyeret paksa Mamanya.
"Pergi saja, aku juga tidak butuh kalian berdua di sini. Anak dan Ibu sama saja. Apa yang bisa aku banggakan dari perempuan manja seperti kalian."
Dengan mulut komat kamit, Nadya keluar dari Rumah Sakit. Dia lelah, ingin istirahat setelah kemarin dirawat karena mengalami keram perut.
Nadya masih mengajukan cuti, Lusa lebih tepatnya hari Senin depan Nadya kembali bekerja sebagai sekretaris. Dia harus bertemu Irvan dan mengatakan tentang kehamilannya. Serta statusnya yang sudah bercerai dari Gibran.
Nadya dan Budhe Ruhama tiba di rumah setelah menumpang taxi. Mereka berjalan seperti biasa, dagu diangkat dengan tatapan yang tajam. Tapi ketika membuka pintu rumah, mereka merasa ada yang janggal.
"Kok pintunya tidak terkunci, Nadya kamu tadi lupa kunci pintu?"
"Enggak kok Ma, udah aku kunci tadi. Apa jangan-jangan?"
Nadya berlari ke arah gudang, dia langsung teringat pada Freya.
"Mama... Freya kabur." Teriak Nadya.
"Bagaimana bisa dia kabur? Apa kamu tidak mengikatkan lagi tadi. Mama juga sudah memintamu mengunci pintu gudang dengan gembok besar." Ucap Budhe Ruhama bernada marah.
"Sudah Ma, aku sudah melakukan semua yang Mama perintahkan padaku."
"Ayo kita lihat kamarnya saja. Siapa tahu, dia hanya pergi sebentar. Mana berani dia pergi jauh meninggalkan rumah miliknya sendiri." Ucap Nadya mencoba berfikir positif.
Dengan langkah sedikit berlari, tapi ingat dirinya sedang hamil anak emas jadi Nadya memelankan langkahnya.
BRAK
Nadya menendang keras pintu kamar Freya, kemudian membuka lemarinya.
Deg
"Jadi dia kabur membawa semua barang-barangnya." Gumam Nadya.
"Kamu ini sedang hamil kok lari-lari, ingat anakmu itu aset berhargamu." Omel Budhe Ruhama membungkuk sambil memegang kedua lututnya karena nafas yang ngos-ngosan.
"Freya pergi dari rumah, lihat semua barangnya tidak ada. Lemari kosong, bahkan buku-buku kuliahnya."
"Kurang ajar, kalau begini kita yang repot. Karena kita masih butuh tanda tangan anak itu."
"Sudahlah Ma, aku capek. Bahas Freya nanti saja. Aku ingin istirahat dulu, kasihan bayi emasku."
"Ya, kamu sebaiknya tidur dulu. Mama juga capek, lelah hati dan pikiran." Ucap Budhe Ruhama.
"Hmm... Nanti sore bangunkan aku."
Nadya berjalan sambil memegang perutnya yang belum terlihat. Tapi sudah terasa keras di bagian bawahnya. Dia yakin jika bayi dalam kandungannya adalah benih milik Irvan. Karena jika dihitung mundur, 5 tahun masa kadarluarsa IUDnya itu baru 3 bulan yang lalu. Artinya sebelumnya tidak ada benih lain yang tumbuh di rahimnya.
"Sudah 1 tahun lamanya aku menjalani hubungan gelap bersama Irvan. Dan sebelumnya sudah banyak pria kaya yang menyentuhku. Gibran tolol itu mana tahu jika aku disentuh pria lain. Dasar bucin... Tapi tiba-tiba menggugat cerai, aku masih yakin jika pemikiran Gibran berubah karena pengaruh Freya. Awas saja kalau dia ketemu."
Nadya membuka pintu kamarnya, tapi dia masih belum merasa aneh. Dia terkejut saat membuka lemari karena ingin mengambil pakaian ganti.
"Di mana pakaianku?" Nadya seperti orang kesetanan, dia membuka kasar seluruh lemari dan laci-laci. Semua hilang, tersisa baju lama. Perhiasan, tas, sepatu dan pakaian branded miliknya semua tidak ada.
Sama halnya dengan Budhe Ruhama, jika kamar Nadya masih terlihat rapi saat dia membuka pintu. Berbeda dengan kondisi kamar Budhe Ruhama yang acak-acakan seperti terserang tsunami lokal. Bantal guling semua berceceran, bahkan isinya keluar. Bergegas wanita tua itu mengecek isi lemarinya. Kosong melompong, semua pakaiannya tidak ada yang tersisa.
Deg
"Perhiasanku, Astaga... Brangkasnya hilang. TIDAK... FREYA... ANAK KURANG AJAR." Teriak Budhe Ruhama dengan wajah merah padam, dan aura menakutkan.
"Mama... Mama..." Tergopoh-gopoh, Nadya berlari sambil memegang anak emasnya.
"Ma... Seluruh barangku hilang, perhiasanku juga tidak ada." Adu Nadya.
"Kamu tidak lihat, kamar Mama berantakan. Bahkan brangkas juga diambilnya."
"Pasti... Pasti ini kerjaan Freya. Ayo Ma, kita lapor polisi." Ucap Nadya menggebu tapi keliru.
"Kamu mau bikin pengaduan apa pada polisi? Menuduh Freya merampok? Kamu lupa jika semua ini miliknya. Justru kita yang menumpang. Sekarang habis riwayat kita, siap-siap saja setelah ini hidup jadi gelandangan." Ucap Budhe Ruhama.
"Mama tenang saja, masih ada anakku yang akan kita jadikan senjata. Aku yakin, Irvan akan menikahiku. Dan aku akan jadi istri seorang CEO perusahaan besar. Dulu dinikahi manager aja sudah senang, sekarang aku akan dinikahi CEO. Ternyata anak ini pembawa keberuntungan." Ucap Nadya bangga hamil hasil perselingkuhan di luar nikah.
Sementara itu di sebuah apartemen, seorang pria sedang memeluk erat tubuh istrinya yang baru terbangun.
"Hubby..." Suara serak Freya terdengar.
"Kamu aman sekarang Honey, jangan kembali lagi ke rumah itu. Mulai sekarang kita akan tinggal berdua untuk seterusnya. Karena seluruh barang-barangmu, termasuk buku kuliah sudah Hubby bawakan." Ucap Gibran.
"Tapi... Bagaimana dengan sertifikat rumah. Aku belum mengambilnya." Lirih Freya.
"Tenang, semua aman. Kamu lihat saja di kamar sebelah. Semua aset berharga sudah Hubby temukan. Ada banyak perhiasan dan juga pakaian milik mereka. Kamu bisa menjual seluruh barang branded itu. Kemudian uangnya bisa untuk modal usaha kita berdua." Ucap Gibran.
Sementara itu di sebuah perusahaan, seorang pria dengan jabatan CEO sedang duduk berdua bersama perempuan.
"Mau sampai kapan kamu bersikap dingin padaku. Sedangkan tinggal beberapa bulan lagi kita akan menikah."
"Pernikahan ini bukan atas kemauanku."
"Kurang apa aku selama ini?"
"Kurangmu banyak, hanya modal tampang saja. Apa kelebihanmu selain itu?"
Tidak banyak yang Author minta, cukup JANGAN MENABUNG BAB dan selalu tinggalkan jejak setiap kali selesai membaca. Paling tidak LIKE dan KOMEN. Supaya cerita receh ini bisa berumur panjang.
Terima kasih bagi yang sudah support.
Salam hangat untuk kalian semua.
dah nyesek 11 th di tambah Aska mau punya anak apa ga tambah sakit hati
mma Gibran perlu di eksekusi thor
karena saat ini kau akan menjadi opa. freya lagi hamil muda, tuan gunawan walaupun dia blm menyadarinya.
punya gibran itu hanya mau on jika berhadapan dengan pawangnya.
kau sungguh murahan sekali bella.
bell kamu dalam bahaya Freya murka habis kamu