NovelToon NovelToon
Bukan Sekedar Takdir

Bukan Sekedar Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:804
Nilai: 5
Nama Author: xzava

Aku tak pernah percaya pada cinta pandangan pertama, apalagi dari arah yang tidak kusadari.
Tapi ketika seseorang berjuang mendekatiku dengan cara yang tidak biasa, dunia mulai berubah.
Tatapan yang dulu tak kuingat, kini hadir dalam bentuk perjuangan yang nyaris mustahil untuk diabaikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xzava, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Di dalam mobil, Yura hanya terdiam. Matanya menatap kosong ke luar jendela, mengikuti lampu-lampu jalanan yang lewat begitu saja. Di kepalanya, pikiran berputar tak tentu arah.

Ia masih teringat jelas cerita Hana dan Febi tentang Ardhan dan seorang perempuan yang katanya bergandengan tangan.

"Kenapa?" tanya Ardhan tiba-tiba, memecah keheningan. Ia menoleh sejenak sambil tetap fokus mengemudi. "Saya ngelakuin kesalahan ya?"

"Hah?" Yura tersentak dari lamunannya.

Ardhan meliriknya sesaat. “Kamu kelihatan beda. Gak suka saya jemput?”

Yura buru-buru tersenyum, mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Enggak kok Kak. Bukan karena itu, saya cuma takut ganggu waktu Kakak aja.”

Ardhan tersenyum tipis. “Gak sama sekali, justru saya senang bisa jemput kamu. Nanti malam jangan lupa ya, pakai baju yang nyaman aja. Ini makan malam santai kok.”

“Tentu Kak,” jawab Yura sambil mengangguk pelan. Tapi di balik senyumnya, pikirannya masih belum sepenuhnya tenang.

“Mungkin aja kemarin itu temannya...” Yura mencoba meyakinkan diri. Ia lalu menghela napas perlahan dan tersenyum kecil.

Beberapa detik hening kembali.

“Kak Ardhan…” Yura membuka suara.

“Hmm?” Ardhan melirik sebentar.

“Boleh mampir ke supermarket deket rumah gak?” tanya Yura hati-hati.

“Mau beli apa?” tanya Ardhan dengan nada penasaran.

“Pembalut,” jawab Yura ceplas-ceplos, baru sadar setelah mengatakannya dan langsung menoleh ke arah jendela, malu sendiri.

Ardhan hanya tertawa kecil, lalu mengangguk. “Oke, siap. Sekalian saya juga mau beli bahan yang kurang untuk nanti malam.”

Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan suasana yang sedikit lebih cair. Hati Yura mulai sedikit tenang meskipun masih tersisa rasa penasaran di sudut pikirannya.

Sesampainya di supermarket, Yura langsung turun terlebih dahulu, disusul oleh Ardhan yang mengambil troli. Tanpa banyak bicara, mereka masuk ke dalam. Yura segera melangkah menuju rak kebutuhan pribadi perempuan.

Ardhan mendorong troli sambil menyusulnya, lalu berdiri tepat di belakang Yura, membuat gadis itu sedikit terkejut saat menoleh.

“Taro sini aja,” ucap Ardhan pelan sambil memberi isyarat agar Yura meletakkan barangnya ke dalam troli.

Tanpa banyak kata, Yura menuruti.

“Ada lagi?” tanya Ardhan, matanya mengarah pada rak.

“Gak ada,” jawab Yura pelan.

Mereka pun berpindah ke bagian daging. Ardhan terlihat serius memilih potongan terbaik, sementara Yura yang melihat rak camilan di dekat sana, diam-diam berpindah arah.

Beberapa saat kemudian, saat Ardhan menoleh ke samping, Yura sudah tak ada.

Alisnya mengernyit. Ia segera melihat ke sekeliling.

“Yura mana?” gumamnya panik dalam hati.

Langkahnya cepat menyusuri lorong demi lorong. Ada rasa khawatir yang aneh tumbuh di dadanya, padahal ini hanya supermarket. Tapi entah kenapa, pikirannya malah membayangkan kemungkinan buruk.

Sampai akhirnya...

Matanya menangkap sosok Yura di depan rak camilan. Ia berdiri tenang, menatap beberapa bungkus keripik, tak menyadari kalau seseorang sedang gelisah mencarinya.

“Yura!” panggil Ardhan dengan nada cukup keras, bahkan orang-orang di sekitarnya ikut menoleh.

Yura kaget bukan main, tubuhnya reflek memutar badan. Belum sempat berkata apa-apa, Ardhan sudah berdiri di hadapannya dan... memeluknya erat.

Yura membeku.

“Kak…” bisiknya sembari menepuk lengan Ardhan pelan.

Ardhan segera sadar, lalu melepas pelukan itu dengan wajah canggung.

“Kak Ardhan kenapa?” tanya Yura dengan wajah bingung dan pipi memerah.

“Saya pikir kamu hilang…” ucap Ardhan jujur, nadanya pelan tapi terdengar tulus.

“Apa sih Kak, saya bukan anak kecil,” jawab Yura, mencubit pelan lengannya sendiri, merasa aneh dengan situasi barusan.

Beberapa pasang mata masih melihat ke arah mereka. Yura cepat tanggap. Untuk meredakan suasana, ia berkata dengan suara cukup keras, “Maaf, Bu, Pak... suami saya emang manja, takut saya kemana-mana.”

Ardhan terpaku. Beberapa orang langsung tersenyum mendengar ucapan Yura, lalu beranjak menjauh. Ardhan menoleh ke Yura, tak bisa menahan senyumnya.

Yura, yang masih berdebar karena ucapannya sendiri, buru-buru mengambil beberapa camilan dan meletakkannya di troli.

Di kasir, Yura sudah siap mengambil dompet, tapi Ardhan lebih cepat memberikan kartu debitnya.

“Biar saya aja yang bayar Kak.”

“Gak usah,” jawab Ardhan tenang. Tak ada ruang untuk debat.

Setelah masuk ke mobil, Yura menghela napas panjang. Ia menunduk.

“Kak… maaf soal tadi. Saya gak maksud ngomong begitu, mulut saya refleks banget.”

Ardhan menoleh sambil tersenyum kecil.

“Gak masalah. Saya malah suka.”

Yura mendongak, kaget.

“Berarti saya ini suami kamu ya?” goda Ardhan.

“Bercanda Kak, jangan gitu, saya malu.” ucap Yura gugup, wajahnya makin merah.

“Kenapa bercanda? Serius juga saya suka,” ulang Ardhan, kini dengan tatapan lebih hangat.

“Apa sih Kak, ayo pulang aja,” Yura pura-pura kesal, padahal jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

Ardhan terkekeh pelan, lalu menyalakan mesin mobil. Sepanjang jalan, senyum mereka tak juga hilang.

Sesampainya di depan rumah, Yura langsung turun dari mobil dan membuka pintu belakang untuk mengambil belanjaan.

"Butuh bantuan?" tanya Ardhan dari balik kemudi, senyumnya masih hangat.

“Gak perlu Kak. Terima kasih kak, untuk tumpangannya dan juga belanjaannya,” ucap Yura sambil tersenyum tulus.

“Gak masalah. Sampai jumpa nanti malam, jam tujuh ya,” ucap Ardhan.

“Siap. Sekali lagi makasih Kak.” Yura sedikit membungkukkan badannya sopan, sebelum melangkah masuk.

“Iya, masuklah,” sahut Ardhan sebelum mobilnya perlahan pergi.

Yura masuk ke dalam rumah dengan wajah yang masih memerah. Jantungnya rasanya belum kembali ke ritme normal sejak kejadian tadi di supermarket. Pelukan itu… perhatian itu… semuanya seperti potongan mimpi yang terlalu nyata.

Tanpa buang waktu, Yura langsung bersih-bersih dan mandi. Sepanjang aktivitasnya, senyum tak pernah lepas dari wajahnya. Rasanya hatinya berbunga-bunga.

Selesai mandi, Yura berdiri lama di depan lemari pakaian. Ia memilih, memilah, menimbang, sampai waktu berjalan lebih cepat dari yang ia kira.

“Ini aja deh,” ucap Yura akhirnya sambil memegang satu dress favoritnya, simple, manis, tapi tetap nyaman.

Yura berdandan senatural mungkin, hanya sedikit polesan agar tidak terlihat terlalu berlebihan. Ia ingin tampil cantik tapi tetap menjadi dirinya.

Tiga menit sebelum jam tujuh, Yura sudah siap. Ia berdiri di depan cermin, tersenyum puas.

“Perfect,” bisiknya pada diri sendiri.

Dengan semangat, ia berjalan ke luar rumah, menuju rumah Ardhan yang hanya berjarak beberapa langkah. Namun langkahnya mulai melambat saat melihat satu hal…

Mobil Ardhan tidak ada di garasi.

Wajahnya masih berusaha mempertahankan senyum, tapi ada rasa bingung yang mulai menyelinap.

Yura tetap berdiri di depan pagar, lalu menekan bel.

Satu kali… dua kali… tiga kali… hingga tujuh kali, tetap tak ada sahutan. Rumah itu sunyi, walaupun cahaya terang dari dalam, tak ada suara pintu terbuka, tak ada Ardhan.

“Kak Ardhan mana?” gumam Yura, berusaha tidak merasa kecewa.

Ia menunduk sebentar, lalu mencoba berpikir positif. “Mungkin Kak Ardhan lagi beli sesuatu… mungkin bunga.”

Ia tertawa kecil, tapi terdengar hampa. Ia tahu, harapan itu seperti balon di langit indah tapi bisa pecah sewaktu-waktu.

Yura melangkah mundur dari pagar, lalu berbalik. Langkahnya kali ini lebih pelan, berat, dan tak seceria saat ia datang. Sesekali ia menoleh, berharap Ardhan muncul dari kejauhan, tapi jalan itu tetap sunyi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!