Fuan, seorang jenderal perempuan legendaris di dunia modern, tewas dalam ledakan yang dirancang oleh orang kepercayaannya. Bukannya masuk akhirat, jiwanya terlempar ke dunia lain—dunia para kultivator. Ia bangkit dalam tubuh Fa Niangli, permaisuri yang dibenci, dijauhi, dan dihina karena tubuhnya gemuk dan tak berguna. Setelah diracun dan dibuang ke danau, tubuh Fa Niangli mati... dan saat itulah Fuan mengambil alih. Tapi yang tak diketahui semua orang—tubuh itu menyimpan kekuatan langit dan darah klan kuno! Dan Fuan tidak pernah tahu caranya kalah...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Beberapa Bulan Setelah Perang Besar
Kabut tipis masih menyelimuti Lembah Langit Tertinggi, tapi kini bukan lagi kabut kecemasan. Burung-burung kembali berkicau di puncak-puncak tebing. Aliran air sungai bergemericik jernih, dan bunga-bunga liar tumbuh tanpa takut terinjak oleh kaki prajurit. Kedamaian terasa lebih ringan, seperti embusan angin lembut yang menenangkan.
Banyak desa yang dahulu dilanda ketakutan kini kembali tersenyum. Para tetua dan murid-murid dari Lembah Langit Tertinggi membantu membangun kembali rumah-rumah yang rusak. Anak-anak belajar menulis dan membaca di bawah pohon besar di kaki lembah. Xiao Kuai, si ayam berbulu emas milik Mo Qingluan, menjadi teman bermain favorit anak-anak.
Di puncak lembah, Fa Niangli berdiri menatap jauh ke arah barat. Jubah biru langitnya berkibar tertiup angin. Di belakangnya, Yuna yang kini semakin dewasa, membawa buntalan kecil, sementara Mo Qingluan memeluk lukisan ayam kecil dan sekantung pil perjalanan.
Mereka bertiga berdiri di depan kediaman utama, di mana Yuan dan istrinya—ayah dan ibu Fa Niangli menyambut dengan senyum tenang meski mata mereka basah.
“Ayah, Ibu,” ujar Fa Niangli lembut, “aku ingin pergi berkelana. Dunia terlalu luas untuk tak kusentuh. Aku ingin melihat lebih banyak, belajar lebih dalam, dan memahami alam serta langit di luar sini.”
Ibunya menarik napas, lalu mengangguk. “Sejak kecil kau memang bukan gadis yang ditakdirkan tinggal di tempat yang sama terlalu lama. Tapi jaga dirimu, dan pulanglah ketika hatimu memanggilmu pulang.”
Yuan menepuk pundak putrinya.
“Ayah Aku akan menyerahkan urusan lembah pada Ayah dan para tetua. Tong Lian serta yang lain akan memimpin sementara. Jangan khawatir, mereka siap menjaga rumah ini selama kau pergi.” ujar Fa Niangli
Fa Niangli memandang murid-muridnya, Tong Lian, Zhu Feng, Xun Wu, Nie Rulan, dan Yu Lianzhu berdiri berjejer rapi. Mereka semua bersikeras ingin ikut, tapi Fa Niangli mengangkat tangan.
“Kalian akan melatih generasi baru. Jaga lembah ini selama dua tahun. Setelah itu, kalian bebas memilih jalur kalian sendiri atau menemui ku .” pesan Fa Niangli
Tong Lian menunduk, suaranya rendah namun mantap. “Kami mengerti, Guru. Kami akan menjaga warisan ini sampai waktunya tiba, kami akan menyusul guru”
Xiao Kuai mengepakkan sayapnya, meloncat ke pundak Mo Qingluan, seolah menyambut petualangan yang akan datang.
Dengan membawa harapan baru, Fa Niangli melangkah keluar dari lembah. Yuna menyusul dengan langkah ringan dan riang, sementara Mo Qingluan berjalan pelan dengan wajah serius tapi mata penuh semangat.
Langit cerah menyambut mereka.
Dunia luas terbentang di depan.
---
Satu Tahun Kemudian
Di bawah langit musim semi, Lembah Langit Tertinggi kembali bersinar sebagai tempat yang damai, hidup, dan dipenuhi semangat muda. Pohon plum bermekaran di sepanjang tebing. Angin membawa harum bunga dan suara-suara riang dari murid-murid baru yang berlatih di pelataran utama.
Tong Lian, yang kini mengenakan jubah biru tua, berdiri tegap di depan para murid. Matanya tegas tapi penuh kelembutan. Di sampingnya berdiri Mo Qingluan, yang baru kembali dari perjalanan bersama Fa Niangli dan Yuna. Ia kini tampak lebih tenang, penuh pemahaman, dan lebih sering tersenyum—bahkan Xiao Kuai tampak lebih bijaksana (meski tetap rakus).
Zhu Feng kini bertugas sebagai pengelola perbekalan dan latihan tempur dasar. Ia menularkan kedisiplinan dengan cara yang menyenangkan. Xun Wu mengurus taman obat dan ruang medis, penuh dedikasi. Nie Rulan menjadi guru kaligrafi dan pemahaman formasi dasar. Sementara Yu Lianzhu menjadi penanggung jawab keamanan gerbang masuk lembah.
Li Shenyuan, sang tetua, kini lebih banyak tersenyum. Rambutnya semakin putih, tapi suaranya tetap kuat saat memberi nasihat.
Setiap malam, di ruang utama, para murid duduk bersama mendengarkan kisah perjalanan Guru Fa Niangli yang dikisahkan oleh Yuna—yang baru pulang beberapa hari lalu untuk menengok lembah. Petualangan mereka ke Pegunungan Bayangan, penyelamatan desa dari racun iblis, hingga pertemuan dengan suku tersembunyi di barat jauh menjadi dongeng hidup yang memberi inspirasi.
Di suatu malam yang tenang, Tong Lian menerima surat.
Tulisan tangan halus di kertas tipis berbunyi:
“Kepada murid-muridku tercinta,
Dunia ini luas, penuh warna, penuh makna.
Aku belum akan pulang. Masih ada banyak langit yang harus kutatap,
Tapi kalian—kalian adalah langit yang telah kupahat di rumah.
Jaga tempat kita baik-baik. Suatu hari nanti, aku akan pulang…
Dan saat itu, kita akan duduk bersama,
Bercerita tentang langit masing-masing.”
— Fa Niangli
Tong Lian menggenggam surat itu erat. Di sekelilingnya, teman-temannya tersenyum. Mereka tak lagi murid yang takut, melainkan penjaga warisan langit.
Di kejauhan, di sebuah padang luas yang tak diketahui letaknya, seorang wanita muda bermata tajam memandang bintang-bintang bersama dua sahabatnya. Mereka duduk di atas batu besar, dengan api unggun kecil di tengah. Fa Niangli, Yuna, dan Mo Qingluan tertawa pelan, menikmati kehangatan malam.
Langit malam bersih, tanpa kabut. Tak ada peperangan, tak ada dendam.
Hanya kedamaian.
Dan langit yang luas,
yang terus mereka jelajahi.
Dunia telah berubah. Dan kini, langit benar-benar milik semua orang.
---
TAMAT.
Terima kasih sudah mengikuti kirah nya. maaf jika tamatnya tidak sesuai keinginan kakak semuanya.
Sampai jumpa di kisah lainya 🌹
trimakasih ya Thor 👍 semangat buat karya lainnya💪❤️🙂🙏