NovelToon NovelToon
Mengandung Benih CEO

Mengandung Benih CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Saudara palsu
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: I.U Toon

"Rachel dijodohkan demi mahar, lalu dibuang karena dianggap mandul. Tapi pelariannya justru membawanya pada Andrean Alexander—seorang CEO dingin yang tanpa sadar menanam benih cinta… dan anak dalam rahimnya. Saat rahasia masa lalu terbongkar, Rachel menyadari bahwa dirinya bukan anak kandung dari keluarga yang telah membesarkan nya.

Bagaimana kelanjutan kisah nya.
Mari baca!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I.U Toon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Inspeksi Kesehatan

BAB. 13

"Emang nya tau dari mana kamu kalau gadis itu hamil anak kamu? Bisa aja itu anak Pacarnya atau lelaki lain. Kamu itu Andrean Alexander CEO dari perusahan besar di jakarta sudah pasti banyak gadis yang menginginkan menjadi istrimu".

"Tapi kali ini beda, gadis ini beda dari yang lain. Untuk mengetahui semuanya aku perlu bantuan kamu!" Andrean telah menyusun rencana agar segera mengetahui bahwa Rachel sebenarnya hamil anaknya atau tidak.

"Apa itu?" Tanya Rizka penasaran.

" Panggil dokter terbaik dijakarta, segera adakan tes kesehatan untuk semua karyawan di perusahaan. Kamu bisa katakan pada semua dokter tersebut untuk rahasiakan semua hasil tes kesehatan para karyawan nya tersebut kecuali hasil tes dari Rachel. Kamu bisa urus semua untuk ku bukan?"l

"Baiklah, akan segera ku urus semua". Rizka segera pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Tak berselang lama setelah Rizka meninggalkan ruangan tersebut. Andrean menerima sebuah panggilan telepon dari neneknya.

"Halo Nek!".

"Cucu ku, Nenek sudah mengatur kencan untuk mu bersama dengan Putri anak Sulung Pak Budi Utomo. Kamu harus menghadirinya ya. Kamu harus segera menikah, Dulu ayahmu mempunyai kamu saat usianya tiga puluh tahun.

Kamu di umur tiga puluh tahun pasangan saja tidak punya".

"Nenek.. Jangan terlalu sibuk menjodohkan aku, tunggu aja sebentar lagi aku akan memberikan nenek seorang cicit".

"Apa kamu bilang Andrean, Dasar kamu cucu nakal!" Teriak nenek kesal.

Andrean yang tau neneknya kesal langsung mengakhiri panggilan telepon tersebut agar tidak dimarahin oleh neneknya.

Andrean menghela napas panjang usai menutup panggilan dari sang nenek. Di satu sisi, ia tahu neneknya hanya ingin yang terbaik untuk masa depan dan keluarganya, tapi di sisi lain, hatinya terlalu kacau untuk memikirkan perjodohan. Apalagi saat ini, pikirannya hanya tertuju pada satu nama—Rachel.

Ia menatap layar ponselnya lama, jari-jarinya seolah ingin menghubungi Rachel, tapi ragu. Entah karena takut ditolak, atau karena belum yakin sepenuhnya kalau anak itu memang darah dagingnya.

Sementara itu, Rachel sedang duduk di ruang pantry kantor. Tatapannya kosong menatap secangkir teh yang mulai dingin. Perubahan tubuhnya semakin terasa. Ia mulai mual di pagi hari, dan perutnya yang masih rata mulai terasa sensitif. Ia tahu cepat atau lambat semua akan terbongkar, terlebih lagi jika perusahaan benar-benar melakukan tes kesehatan menyeluruh.

"Ra, kamu nggak apa-apa?" tanya Rika, rekan sekantornya, yang baru saja masuk sambil membawa camilan.

Rachel tersenyum samar. "Cuma kurang tidur aja."

"Yakin? Mukamu pucat banget. Mau aku temenin ke klinik kantor?"

Rachel menggeleng cepat. “Nggak usah. Aku cuma perlu istirahat sebentar.”

Rika mengangguk, meski tatapannya masih curiga. Ia lalu meninggalkan Rachel sendirian di pantry. Begitu Intan pergi, Rachel langsung menyandarkan kepala di meja. Jantungnya berdebar keras. Kalau benar akan ada tes kesehatan massal, bagaimana kalau mereka tahu ia sedang hamil?

Dan yang lebih parah, bagaimana jika Andrean tahu?

...******...

Beberapa jam kemudian, Rizka kembali ke ruangan Andrean sambil membawa setumpuk dokumen.

“Semua sudah diatur. Dua hari lagi akan ada medical check-up menyeluruh untuk semua karyawan di lantai utama dan eksekutif,” lapornya cepat.

“Bagus.” Andrean tersenyum puas. “Pastikan Rachel ikut dalam daftar.”

Rizka menatapnya ragu sejenak. “Andrean… Kamu benar-benar yakin mau lakukan ini? Bagaimana kalau hasilnya tidak seperti yang kamu harapkan?”

Andrean terdiam sejenak. Pandangannya menembus kaca jendela yang memperlihatkan lalu lintas Jakarta yang sibuk.

“Aku harus tahu, Riz. Aku harus tahu apakah anak itu memang darah dagingku atau bukan. Kalau memang bukan, aku akan mundur… Tapi kalau iya…”

Andrean tak menyelesaikan kalimatnya, tapi Rizka sudah paham maksudnya. Wajah pria itu yang biasanya dingin kini menunjukkan sedikit kelembutan—sesuatu yang jarang ia lihat dari seorang Andrean Alexander.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!