Enam bulan pernikahan yang terlihat bahagia ternyata tak menjamin kebahagiaan itu abadi. Anya merasa sudah memenangkan hati Adipati sepenuhnya, namun satu kiriman video menghancurkan semua kepercayaannya. Tanpa memberi ruang penjelasan, Anya memilih pergi... menghilang dari dunia Adipati, membawa serta rahasia besar dalam kandungannya.
Lima tahun berlalu. Anya kini hidup sebagai single mom di desa kecil, membesarkan putranya dan menjalankan usaha kue sederhana. Namun takdir membawanya kembali ke kota, menghadapi masa lalu yang belum selesai. Dalam sebuah acara penghargaan bergengsi, dia kembali bertemu Adipati—pria yang masih menyimpan luka dan tanya.
Adipati tak pernah menikah lagi, dan pertemuan itu membuatnya yakin: Anya adalah bagian dari hidup yang ingin ia perjuangkan kembali. Namun Anya tak ingin kembali terjebak dalam luka lama, apalagi jika Adipati masih menyimpan rahasia yang belum terjawab.
Akankah cinta mereka menemukan jalannya kembali? Atau justru masa lalu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juwita Simangunsong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Aroma roti panggang dan telur dadar memenuhi udara. Mama Anya sibuk didapur sambil sesekali melirik ke arah ruang makan. Anya duduk dimeja , masih dengan ekspresi wajah datar sambil menyibukkan diri dengan mengoleskan selai coklat di roti bakar nya.
Adipati yang duduk di seberangnya, tampak canggung dan tangannya memainkan sendok kecil di sisi piring.
Suasana menjadi hening. Tiba-tiba suara langkah kecil terdengar dari arah tangga "Selamat pagi semuaaa!" seru Alvino ceria sambil berlari menghampiri meja makan
Semua menoleh. Anya langsung berdiri siap menyambut, tapi Alvino malah berlari ke arah Adipati dan memeluknya erat " Om...eh , maksud Al, selamat pagi Om. Terimakasih sudah temanin Al malam ini. Al senang banget karena Al seperti tidur ditemani Papa sendiri."
Adipati tersenyum dan membalas pelukan Alvino " Selamat pagi , jagoan. Jadi semalam tidur nya makin nyenyak?"
Alvino mengangguk " Nyenyak banget malah. Aku sampai mimpi naik kapal bajak laut bareng Om! Seru banget tahu Om."
Anya hanya memperhatikan dengan tatapan rumit. Di satu sisi, ada kekesalan tapi disisi lain. Anya tidak bisa menolak rasa hangat yang muncul saat melihat kebahagian putranya.
" Om sarapan di sini juga ya?" tanya Alvino polos.
Anya hendak memotong namun mama Anya lebih dulu menjawab dari dapur " Tentu saja! Duduk yang manis Al. Nenek buatkan susu hangat untuk kamu."
Alvino langsung duduk di antara Adipati dan Anya. Ia menyodorkan piring kosong kedepan " Om , tolong ambilkan aku telur dadar ya?"
Adipati melirik Anya sejenak, lalu mengambilkan telur dadar untuk Alvino " Siap Kapten."
Anya menahan senyum kecil yang tanpa sadar muncul di wajahnya. Ia cepat - cepat menunduk, berusaha menghapus ekspresi itu.
Namun Adipati sempat melihatnya. Untuk pertama kalinya sejak lama ada harapan kecil yang tumbuh di dada Adipati.
***
Suara pintu tertutup menandakan kepergian Alvino bersama mama Anya ke sekolah. Rumah yang tadi sudah terasa hangat kini kembali dingin. Anya berjalan keruang tamu, mendapati Adipati yang masih setia duduk di sofa sambil memandangi foto - foto kecil Alvino yang terpajang dimeja sudut " Aku tidak menyangka kamu masih simpan semua ini." gumam Adipati tanpa menoleh.
" Tentu saja karena dia anak ku dan aku yang berjuang sendiri untuk melahirkan nya. Tentu saja aku menyimpan semua kenangan tentang dia untuk bisa diperlihatkan pada anak nya kelak ketika dia dewasa. Agar anaknya tidak merasakan apa yang dia rasakan, lahir tanpa Papa disisinya."
Adipati menoleh pelan, menatap Anya "Kamu masih belum bisa memaafkan aku Anya, aku ngerti. Karena semua itu salah aku. Tapi , aku rasa saat Alvino dilahirkan aku tidak ada...itu bukan sepenuhnya kesalahan ku. Itu karena kamu tidak kasih tahu aku kalau kamu mengandung anak kita dan saat kamu melahirkan pun kamu tidak ada memberi tahukan aku Anya. Tapi percayalah aku tidak pernah berhenti memikirkan kamu. Saat ini yang ada dipikiran aku hanya kamu dan Alvino."
" Sudahlah, semua sudah terlambat untuk kita. Sebaiknya kamu tidak perlu memberi tahukan siapa sebenarnya dirimu pada Alvino. Saat ini kamu bisa mencari kebahagiaan kamu sendiri mas Pati. Biarlah Alvino tumbuh tanpa kamu sebagai ayah kandungnya." tegas Anya pada Adipati.
" Tidak Anya aku tidak mau. Aku mau kita bisa seperti dulu hidup sebagai keluarga yang utuh." kata Adipati dengan nada tegas dan yakin.
" Terserah sekarang aku mau ngantor kamu mau tetap disini juga terserah." Anya melangkah keluar dan meninggalkan Adipati di ruang tamu dan Adipati menyusulnya ke luar.
Anya pergi ke kantor dengan mobilnya dan Adipati juga ke kantor. Adipati berpikir bagaimana caranya Anya bisa menerimanya kembali.
***
Adipati duduk di balik meja kerjanya yang sudah dipenuhi dengan berbagai dokumen. Matanya tidak benar - benar membaca. Ia menatap kosong layar laptop yang ada di depan nya, karena yang ada dalam pikiran dan benaknya yang ada hanya nama serta wajah Anya dan Alvino.
Adipati meneguk kopi yang kini mulai dingin, lalu bersandar sambil tersenyum tipis memikirkan Anya wanita yang sebenernya masih berstatus istri dan Alvino yang adalah anak kandungnya.
" Kenapa masih kamu yang terus datang menghantui pikiran aku Anya? Padahal aku tahu kamu sangat membenci aku. Alvino juga anak kita selalu saja membuat hati ku hangat saat aku teringat saat dia bilang ' Andai aku menjadi Papa nya' aku sangat bahagia Anya." gumam Adipati pada foto wallpaper laptopnya yang sengaja dibuat foto Anya dan Alvino.
" Aku tahu sebenarnya kamu tidak benar-benar benci aku kan Anya? Aku tahu mendapatkan kan kamu itu tentu bukan hal yang mudah tapi juga bukan mustahil. Aku akan terus berusaha sampai rasa benci kamu berubah menjadi cinta sayang." lagi Adipati bergumam dan dia menutup laptop nya secara perlahan. Ia kembali menyandarkan kepala di sandaran kursi, pandangan nya kembali menerawang jauh, senyuman Adipati tetap mengembang meski ada kesedihan yang tersembunyi karena saat ini istri dan anaknya belum ada di sisi Adipati.
***
Sementara di tempat lain , Anya juga sibuk mengetik laporan, akan tetapi jemarinya beberapa kali berhenti. Matanya menatap layar, tetapi wajah Adipati muncul begitu jelas dipikiran nya. Berkali - kali dia menggeleng pelan , lalu menghela nafas panjang. Hingga dia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, untuk mencoba mengusir bayangan itu, namun tidak juga bayangan Adipati hilang malah semakin nyata.
" Kenapa sih kamu terus muncul, mas Pati? Aku sudah coba untuk melupakan kamu, tapi kenapa selalu tidak bisa? Sudah Anya kamu harus bisa fokus. Ingat dia menikah dengan kamu bukan karena cinta tapi karena ingin menutup aibnya yang adalah seorang gay dan jangan pernah kamu kembali ke perangkap yang sama. Sekarang kamu harus kerja demi kemajuan perusahaan Papa." monolog Anya untuk mengusir bayangan Adipati yang muncul di pikiran nya.
" Ingat Anya mas Pati hanya bagian dari masa lalu kamu jadi jangan pernah kamu berpikir untuk kembali dengan nya. Walaupun itu karena Alvino butuh sosok Papa." Anya terus berbicara pada dirinya sendiri sambil berdiri dari tempat duduk nya. Anya berjalan ke arah jendela, menatap keluar. Wajahnya Adipati kembali melintas di benak nya. Ia memejamkan matanya sambil mengigit bibir bawahnya pelan seraya berkata dalam hati " Aku harus hapus kamu dari pikiran ku. Harus. Tapi kenapa setiap kali aku coba lupakan... justru wajah kamu makin jelas mas Patiiii."
Lagi - lagi Anya kesal karena setiap dia mulai untuk melupakan Adipati, Anya justru dihadapkan dengan situasi wajah dan bayangan Adipati selalu hadir di benak dan pikiran Anya. Apa lagi saat ini Mama dan Papa Anya selalu mendukung agar hubungan mereka bisa semakin baik.