NovelToon NovelToon
The Secret Of Possessive Man

The Secret Of Possessive Man

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta
Popularitas:934
Nilai: 5
Nama Author: Citveyy

Devan Arenra Michael adalah Laki-laki berumur 21 tahun yang menyukai sahabatnya sejak tiga tahun yang lalu. Takut ditolak yang berujung hubungan persahabatan mereka hancur, ia memilih memendamnya.

Vanya Allessia Lewis, perempuan dengan sejuta pesona, yang sedang berusaha mencari seorang pacar. Setiap ada yang dekat dengannya tidak sampai satu minggu cowok itu akan menghilang.

Vanya tidak tahu saja, dibalik pencarian dirinya mencari pacar, Devan dibalik rencana itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Citveyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 23 Rencana Menembak

Devan menahan gemuruh di dadanya. Ia mendengar semua pembicaraan antara Mami dan Papinya. Lena sudah tidak menaruh respect pada Vanya karena gadis itu yang tak kunjung membalas perasaannya. Pertanyaannya bagaimana Vanya bisa tahu perasaanya kalau ia saja masih belum berani mengungkapkannya.

Devan pusing memikirkannya. Ia tak mungkin mau menerima perjodohan Maminya itu karena separuh kebahagiaan Devan ada pada Vanya. Gadis yang selama ini ia cintai.

Ia membuka ponselnya dimana ia menjadikan fotonya dan Vanya sebagai wallpaper. Mencari nomor Vanya untuk di telfon karena ia butuh sekali mendengar suara Vanya.

"Halo."

Devan tersenyum tipis mendengar suara Vanya setelah menunggu beberapa detik.

"Dev, woi kenapa diam? Lo baik-baik aja kan?"

Ini yang namanya Devan akan melupakan Vanya? Tidak semudah itu furgoso. Vanya itu sangat perhatian padanya. Hal sekecil apapun yang terjadi padanya pasti Vanya akan khawatir.

"Hmm, gue baik-baik aja."

"Suara lo beda. Kayaknya lo ada masalah deh."

Tebakan Vanya tak pernah melenceng jika soal Devan. Makanya Devan itu tidak bisa menyembunyikan kebohongannya.

"Cuma pusing aja sama tugas gue. Capek, kayak pengen berhenti aja kuliah."

"Eh gak boleh gitu. Tinggal tiga semester loh."

"Tapi kali ini gue benar-benar capek. Rasanya gue pengen langsung nikah aja biar gak ada beban."

"Dih sok-sokan mau nikah. Emang ada yang mau nikah sama cowok emosian kayak lo," Cibiran Vanya membuat Devan terkekeh.

"Adalah, kan gue kaya plus ganteng."

"Dih pd banget lo."

"Emang iya gue ganteng. Buktinya anak kampus banyak yang ngefans sama gue."

"Ya ganteng sih ganteng tap----"

"Tuh kan lo akuin gue ganteng. Lo aja gak bisa bohong soal kegantengan gue." Potong Devan menahan tawanya karena di seberang sana terdengar decakan kecil yang keluar dari mulut cewek itu.

"Terserah lo deh."

"Hahaha merajuk nih yee," Devan menggoda Vanya dengan menggunakan logat upin ipin.

"Enggak ya." Elaknya.

Devan gemas, pasti pipi Vanya saat ini sudah seperti kepiting rebus. Kalau ia ada disana pasti pipi gadisnya itu sudah tidak terselamatkan.

"Vanya."

"Hm?" Panggilnya tak santai masih mode merajuk.

"Jangan marah-marah dong. Kan lo harusnya hibur gue sekarang."

"Iya-iya lo mau di hibur pake apa? "

"Gue mau....." Devan berfikir mencari ide yang bagus. "Lo cosplay jadi monyet."

"Ha! Gak mau gue. Enak aja. Gue masih terima-terima aja ya pas lo panggil gue monyet. Tapi cosplay jadi monyet gue gak mau." Tolak Vanya mentah-mentah.

"Satu kali aja. Ayolah Vanya. Gue butuh hiburan malam ini."

"Oke, angkat Video call gue."

"Yes!" Devan bersorak senang.

Devan segara mengangkat Video call dari Vanya. Yang pertama ia lihat ialah muka jutek Vanya yang malah terlihat gemas dimatanya. Lucu banget kayak monyet. Apalagi kalau Vanya sebentar lagi mau cosplay jadi monyet, pasti benar-benar semakin menggemaskan.

"Ayo mulai sekarang," Suruh Devan.

"Iya sabar."

Devan menahan tawanya melihat muka Vanya yang kebingungan. Gadis itu berfikir keras kemudian membelakanginya.

"Eh kok gue di belakangi sih!"

"Tunggu kenapa sih?!"

Devan langsung tertawa melihatnya. Sumpah demi apapun Vanya sangat lucu. Dia men-screenshoot segera supaya ia bisa mengabadikan foto ini nanti.

"Lucu hahaha."

Vanya memanyunkan bibirnya kemudian mematikan video callnya. Ia amat kesal pada Devan yang mengejeknya seperti tadi.

" Hahaha," Devan tak berhenti tertawa menatap foto yang sudah ia ambil diam-diam. Bahkan ia tak sadar sudah mengeluarkan air matanya.

"Ini bukti kalau Vanya adalah bahagia gue."

•••

Kata ketua tingkat kelas Vanya dosen yang mengajar sedikit terlambat. Kelasnya ribut sekali karena mereka semua saling berbincang-bincang entah apa. Vanya menggeser kursinya supaya lebih dekat dengan Anis. Mereka berdua juga tak ada bedanya dengan teman kelas lain.

"Vanya."

"Iya kenapa?"

"Gue mau cerita boleh?"

Vanya terkekeh pelan menanggapi ucapan Anis. Mereka ini sudah berteman, kenapa Anis harus meminta izin padanya.

"Boleh dong astaga."

"Hehe," Anis balas terkekeh.

"Gue punya sahabat laki-laki dari SMA. Kita berdua dekat banget dan setiap hari ketemu. Kata orang sahabat gue ini suka sama gue. Tapi gue selalu nyangkal karena sahabat gue ini gak pernah ngomong kalau dia suka sama gue," Anis menjeda sejenak ceritanya.

"Tapi setelah gue tahu alasan dia yang katanya gak mau rusak persahabatan gue, gue jadi ngerti. Tapi masalahnya nih gue bingung sama perasaan gue sendiri. Di sisi lain gue tuh gak suka kalau dia dekat sama orang lain, tapi di sisi lain gue selalu nyangkal perasaan gue."

"Terus?" Tanya Vanya penasaran ingin tahu kelanjutan cerita Anis.

"Terus sekarang gue jadi tahu. Ternyata gue juga suka sama dia."

"Jadi lo sudah punya pacar?" Tanya Vanya menyeru.

"Emmmm enggak. Itu tadi cuma cerita doang hahaha. Gue dapat ceritanya dari buku ini, "Anis mengeluarkan buku yang ada ditasnya kemudian memperlihatkan pada Vanya.

"Kirain astaga." Vanya menghela nafas kasar.

"Eh tapi lo harus baca buku ini, bagus banget. Lo gak akan nyesel baca bukunya. Nih."

"Emang sebagus itu ya?"

"Iya, sudah ya, ada dosen tuh."

"Iya-iya."

Anis sengaja melakukan ini supaya Vanya bisa lebih peka pada perasaan Devan. Ia membeli buku ini pada saat ia ke gramedia kemarin. Dan saat ia membaca judul bukunya ingatannya langsung terbang pada kisah sahabatnya dan seniornya itu.

Anis tahu Vanya juga mencintai Devan, hanya saja sahabatnya ini belum peka pada perasaanya sendiri. Dan ketidak beranian Devan yang tak kunjung mengungkapkan perasaanya juga jadi pemicu besar mengapa Vanya tidak peka-peka juga.

•••

Devan menceritakan semuanya pada sahabatnya tentang Maminya yang mulai lelah dengan sikap tidak peka Vanya yang berakhir dirinya akan di jodohkan.

Devan tak mungkin menyimpan masalah ini sendirian karena ia juga butuh kedua sahabatnya agar memberinya saran yang tepat.

"Gue gak lanjut makan soalnya gue gak mood lagi dengarnya. Capek gue," Devan meremas rambutnya frustasi.

"Emang lo gak bisa benar lupain Vanya?" Tanya Noah barangkali pikiran Devan sudah berubah kan.

"Ya ampun Noah. Lo pasti udah tahu jawabannya."

"Lo coba ungkapin sekali lagi perasaan lo sama Vanya," Usul Bima karena siapa tahu kan Devan tiba-tiba punya keberanian karena Maminya yang berencana menjodohkannya dengan cewek lain.

"Gue gak berani Miko."

"Dev lo cowok jantan kan? Gak mungkin didalam diri lo ada jiwa-jiwa kegadisannya."

Plak

Devan menabok lengan sahabatnya karena sudah bicara ngawur. Enak aja, Devan ini lelaki normal plus lelaki tulen yang tahan banting. Gak ada tuh istilahnya ada jiwa-jiwa kegadisan di dalam dirinya. Emang Miko mikirnya dia bencong apa.

"Yaudah kalau gak berani. Duduk diam aja kayak orang dongo." Cetus Miko ikut kesal juga. Dikasi saran yang baik jawabnya selalu gak berani padahal kan ini jalan satu-satunya. 

"Oke. Gue coba ungkapin perasaan gue. Tapi bukan sekarang juga. Besoklah."

"Nah gitu dong!" Seru Noah senang karena sahabatnya ini akhirnya memberanikan diri.

"Gini aja gue sudah mulai mules, anjing!"

"Bismillahirahmanirahim. Gue pintar ngaji kok ya allah dan rajin menabung dan suka bantuin orang. Bantu gue kali ini.....aja."

•••

Vanya tersenyum lebar saat melihat Devan yang baru keluar dari lift. Ia segera berlari kecil diikuti Anis tapi terhentikan saat melihat Devan yang seperti berjalan cepat meninggalkannya. Devan ada apa sih sebenarnya?

Hanya ada Noah dan Miko yang kini menghampirinya. Vanya yang masih kebingungan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Cowok itu kebelet pup kah atau punya banyak tugas? Tapi kan gak ada salahnya juga menemuinya terlebih dahulu ataukah menyapanya.

"Devan kenapa?"

Noah dan Miko saling tatap satu sama lain. Mereka bingung harus mengatakan apa pada Vanya.

"Devan sakit." " Devan mau pipis."

Mereka berdua saling tatap karena pertanyaan Vanya dengan asal-asalan.

"Yang benar yang mana?"

"Devan pipis." "Devan sakit."

Gantian Miko yang mengatakan Devan sedang pipis dan Noah gantian mengatakan Devan sakit. Hal itu semakin membuat Vanya dan Anis kebingungan.

Noah dan Miko saling melempar tatapan melotot karena Vanya pasti semakin curiga pada mereka kalau telah terjadi sesuatu pada Devan.

"Curiga gue sama kalian."

"Ma...maksudnya itu Devan sakit. Itu maksud kita, benar kan Miko?" 

"Iya benar. Devan sakit parah iya."

"Benar banget Vanya. Devan sakit parah. Tadi aja didalam kelas dia nangis. Sangking sakitnya ituloh."

Noah dan Miko memasang ekspresi sedih membuat Vanya sepertinya percaya. Padahal kan sebelumnya Noah hanya mengatakan sakit tapi tidak dengan mulut Miko yang semakin menambah-nambah kebohongan.

"Serius? Sakit apa? Jantung apa geger otak?"

Miko sudah ingin menjawab tapi mulutnya segera ditutup oleh Noah. Bisa berabe kalau Miko semakin berbohong.

"Pokoknya lo pergi temui Devan sekarang. Takutnya sakitnya kambuh."

"Benar juga. Anis gue pergi duluan ya. Jangan lupa izinin gue."

"Iya hati-hati."

Setelah kepergian Vanya barulah dua orang itu saling menabok. Devan pasti akan memberi mereka pelajaran karena sudah berbohong pada Vanya kalau Devan itu sakit parah. Pasti Devan berfikir kalau secara tidak langsung mereka berdua mendoakannya.

"Salah lo nih."

"Kok gue, lo tuh yang salah!"

"Lo yang nambah-nambah kalau Devan sakit parah jadi gue juga ikutin lo bambang."

"Kalian bohong sama Vanya?" Tanya Anis tiba-tiba.

"Iya kita terpaksa. Menurut lo siapa yang salah disini gue apa Noah?"

"Kalian berdua." Jawab Anis tanpa berfikir.

"Oke, kita berdua salah."

1
Istiy Ana
Perempuan tuh butuh kepastian Dev, lebih baik nyatakan ke Vanya apapun yg terjadi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!