NovelToon NovelToon
Cinta Datang Dari Kakak Mantan

Cinta Datang Dari Kakak Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ira Adinata

Perselingkuhan antara Kaivan dan Diana saat tiga hari menjelang pernikahan, membuat hati Alisa remuk redam. Keluarga Kaivan yang kepalang malu, akhirnya mendatangi keluarga Alisa lebih awal untuk meminta maaf.

Pada pertemuan itu, keluarga Alisa mengaku bahwa mereka tak sanggup menerima tekanan dari masyarakat luar jika sampai pernikahan Alisa batal. Di sisi lain, Rendra selaku kakak Kaivan yang ikut serta dalam diskusi penting itu, tidak ingin reputasi keluarganya dan Alisa hancur. Dengan kesadaran penuh, ia bersedia menawarkan diri sebagai pengganti Kaivan di depan dua keluarga. Alisa pun setuju untuk melanjutkan pernikahan demi membalas rasa sakit yang diberikan oleh mantannya.

Bagaimana kelanjutan pernikahan Alisa dan Rendra? Akankah Alisa mampu mencintai Rendra sebagai suaminya dan berhasil membalas kekecewaannya terhadap Kaivan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ira Adinata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penolakan

Ada yang berbeda pagi ini. Rendra yang biasanya menunggu Alisa di mobil, justru pergi lebih dulu ke kampus menggunakan motor. Kunci mobil sengaja disimpan di bufet bersama secarik kertas berisi pesan singkat. Alisa mengambil kertas itu, lalu membacanya.

Aku pergi lebih awal, ada banyak urusan di kampus. Silakan pakai mobilku. Aku tidak keberatan.

Alisa mendengus sebal, lalu bergumam, "Cih! Bilang aja ingin jaga jarak."

Tak mau berlama-lama, Alisa bergegas pergi ke kantor setelah menyelesaikan sarapannya dengan sepotong roti yang diolesi selai kacang. Mengemudikan mobil bukanlah hal yang baru. Ia sempat memiliki kendaraan itu, meski akhirnya lebih sering dipakai sang ayah ketimbang dirinya. Sejak berpacaran dengan Kaivan, gadis itu menjadi lebih jarang menggunakan mobil.

Setelah sekian lama, baru kali ini Alisa mengemudi lagi. Jalanan kota yang begitu padat, membuatnya muak bersabar dan membuang banyak waktu. Sungguh, rasanya berbeda ketimbang diantar oleh Rendra. Setidaknya ia bisa berbincang-bincang sembari menunggu kemacetan dapat terurai.

Setibanya di kantor, ia memarkir mobilnya. Dengan langkah cepat, Alisa memasuki gedung dan menyapa orang-orang, meski hatinya masih membawa kesal tak terbendung pada Kaivan. Demi Tuhan! Fitnahnya di depan Rendra benar-benar keji. Susah payah Alisa menjaga diri, tapi nama baiknya tetap saja rusak gara-gara hasutan kotor dari sang mantan.

"Selamat pagi, Mbak Alisa," sapa seorang karyawan berkacamata.

"Pagi," balas Alisa. "Oh, ya. Kamu hari ini lihat Kaivan nggak?"

"Kaivan? Enggak. Sepertinya dia belum datang," jawab karyawan itu.

"Oh." Alisa mengangguk pelan. "Terima kasih, ya."

Karyawan itu tersenyum, kemudian berlalu. Tak mau ambil pusing, Alisa melenggang menuju ruang kerjanya. Ia tak mau masalah pribadi sampai mempengaruhi profesionalitasnya.

Ketika jam makan siang tiba, Alisa berjalan menyusuri area para karyawan pelaksana. Matanya tertuju ke meja kerja Kaivan dan termenung sejenak memperhatikan komputernya yang mati.

"Mbak Alisa nyariin Kaivan, ya?" tanya salah satu staf karyawan, rekan kerja Kaivan.

Alisa segera menoleh dan menjawab, "Iya. Kaivan ke mana, ya? Apa dia nggak masuk hari ini?"

"Dia nggak masuk kerja, Mbak. Nggak ada kabar juga dari kenapa nggak masuk," jelas karyawan itu.

"Begitu, ya," gumam Alisa.

"Saya permisi dulu ya, Mbak," pamit staf karyawan.

Alisa mempersilakannya, lalu kembali tertegun. Berbagai dugaan terus berdatangan mengusik benaknya hingga teringat soal Diana. Bayangan Diana yang pernah dipukuli Kaivan, sekonyong-konyong mengusik benaknya.

Sembari berjalan menuju lift, Alisa mencoba menghubungi Diana. Jantungnya semakin berdegup kencang tiap kali teringat akan kejadian buruk yang menimpa gadis malang itu. Berkali-kali ia mencoba menelpon Diana, tapi tidak diangkat.

Kendati demikian, Alisa tak mau menyerah. Ia terus menelpon Diana hingga akhirnya terhubung.

"Halo," sapa Diana dari seberang telepon. Suara sesenggukan yang samar-samar terdengar, membuat Alisa makin khawatir.

"Diana, kamu baik-baik saja, kan?" tanya Alisa, suaranya yang bergetar seolah menunjukkan kekhawatiran begitu kentara.

"A-Aku ... Aku ... Aku baik-baik saja, Alisa," jawab Diana tergagap-gagap. Napasnya yang memburu tak bisa menyembunyikan ketakutan dari seseorang.

"Beneran? Kayaknya kamu lagi nggak baik-baik saja. Aku segera ke sana, ya," usul Alisa.

"Enggak usah! Nggak perlu, Alisa. Kamu, kan, lagi kerja. Aku nggak mau gangguin kamu," kata Diana dengan sungkan.

"Ya udah, kalau begitu, kamu istirahat yang cukup, ya. Assalamualaikum," pungkas Alisa.

"Waalaikumsalam," balas Diana.

Kaivan merebut ponsel dari Diana dan memastikan panggilan Alisa telah berakhir. Selanjutnya, pria itu menatap tajam Diana, lalu mencengkeram kedua rahang kekasihnya.

"Jangan pernah sekali-kali kamu meminta pertolongan dari Alisa! Kita selesaikan masalah ini berdua saja. Nggak usah melibatkan keluargaku," ancam Kaivan menatap lekat-lekat wajah Diana yang sudah penuh luka lebam.

Diana terisak-isak, lalu berkata, "Bukan aku yang menelepon Alisa duluan, justru Alisa–"

"Nggak usah banyak alasan! Kamu ini bisanya cuma jadi beban saja. Daripada menyusahkan aku, lebih baik segera gugurkan kandunganmu itu! Aku tidak siap menjadi ayah!" geram Kaivan memelototi Diana.

Seketika kedua mata Diana terbelalak setelah mendengar perintah kekasihnya. "T-Tapi ... Ini anakmu, Kaivan."

Kaivan melepaskan cengkramannya dari rahang Diana dengan kasar, kemudian berdiri dan menendang perut gadis itu. "Persetan dengan kandunganmu itu! Aku nggak peduli anak di dalam perutmu itu anakku atau bukan. Yang jelas, aku nggak mau kamu terus-terusan membebani aku lagi," bentaknya.

Diana menangis tersedu-sedu memegangi perutnya erat. Ia kemudian meringkuk di depan Kaivan sambil sesekali mengusap air mata yang membasahi pipinya. Tak berdaya ia melawan perbuatan kekasihnya yang kelewat batas itu.

"Apa kamu nggak kasihan dengan anak di perutku ini?" tanya Diana mendongak menatap Kaivan dengan mata sembap. Tatapannya yang sendu disertai suara gemetar, menyiratkan harapan sekaligus ketakutan.

Alih-alih merasa iba, Kaivan berlalu sambil meludahi Diana. Tak sedikit pun hatinya tergerak oleh kepedihan yang dirasakan oleh sang kekasih.

Sementara itu, Rendra yang lanjut mengajar di kelas Chika, mulai mengabsen para murid satu per satu. Sayangnya, pada hari itu Chika tak hadir sama sekali.

"Loh? Ke mana Chika? Biasanya dia rajin masuk saat kelas saya," kata Rendra menatap mahasiswa di depannya dengan kening mengernyit.

"Semalam dia ikutan party sama anak-anak lain. Kayaknya belum pulang, Pak," jawab seorang mahasiswi berhijab panjang.

"Party? Memang siapa yang ulang tahun?" Rendra semakin heran.

"Nggak tau, Pak," jawab mahasiswa itu mengangkat kedua bahunya.

Adapun gadis yang sedang dipertanyakan ketidakhadirannya di kampus itu, baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Perlahan ia menggeliat, merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku. Akan tetapi, beberapa saat kemudian ia tertegun dan mengintip ke balik selimutnya. Matanya terbelalak lebar-lebar menyadari dirinya tak memakai baju sehelai pun.

"Astaga!" desis Chika.

Segera ia menoleh ke kanan. Tampak seorang pria berkulit sawo matang masih tertidur lelap di sebelahnya. Cepat-cepat Chika mengenakan pakaiannya yang sudah berserakan di lantai sebelum akhirnya pemuda asing itu bangun.

Namun, ketika ia hendak meninggalkan kamar itu, sang pemuda sudah terbangun dan bangkit dari tempat tidur. Untuk sesaat, pemuda yang akrab disapa Elang itu mengucek mata, hingga menyadari kehadiran Chika di sana.

"Chika, ngapain kamu di situ?" tanya Elang mengernyitkan kening.

Chika yang semula hendak meninggalkan kamar, seketika mengurungkan niatnya. Gadis itu berbalik badan dan menghampiri Elang yang masih duduk di tepi ranjang. Tanpa basa-basi, Chika menampar pipi Elang hingga membuat pemuda itu tercengang.

"Kenapa kamu tiba-tiba menampar aku? Apa salahku?" Elang mengusap pipinya sembari mengerutkan dahi.

"Dasar bajingan! Mentang-mentang aku lagi mabuk, kamu berbuat seenaknya sama aku! Memangnya kamu ini siapa, ha! Kamu ini cuma mahasiswa cupu! Bukan seorang CEO yang mampu memberi banyak uang demi keperawananku!" cerocos Chika bersungut-sungut, memukuli tubuh Elang.

1
Reni Anjarwani
lanjut
Reni Anjarwani
lanjut thor
irma hidayat
katanya perempuan cerdas Alisa bukti vidio/potonya perlihatkan
Reni Anjarwani
doubel up thor
Ah Serin
alisa bodoh jangan jadi bayangan kaivan. lupa masalalu dan bina hidup baru dengan rendra
lanjut thorrrr.
Nur Adam
lnjut
Mundri Astuti
cihhhh Diana pake ngomong cinta, mana ada cinta yg diawali perselingkuhan, kamu tu cuma dianggap selingan, bersyukurlah Alisa ngga jadi sama kaivan
Myra Myra
tunjukkan bukti PD semua org sekali...pdn muka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!