Warning ⚠️ ini Novel 🌶️🙈
"Jangan pura-pura, Daniar! Aku tahu kamu masih cinta padaku," ujar Leonard, suaranya bergetar dengan gairah.
"Tolong Mas! Lepaskan aku, ini salah, aku tidak bisa melakukan ini. Aku sudah memiliki anak." Daniar berusaha kabur.
"Aku tidak peduli pada statusmu. Hanya kamu! Hanya kamu wanita yang aku inginkan!"
Cinta lama yang tak terlupakan, gairah yang tak terkendali. Leonard, mantan suaminya, kembali mengisi hidup Daniar. Kenyataannya mereka masih sama-sama saling cinta. Apakah Daniar akan memilih cinta lama atau mempertahankan pernikahan keduanya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Sebulan kemudian.
"Selamat pagi, Nyonya," sapa Ruben dengan ramah.
"Halo, Paman," jawab Daniar dengan nada riang, sembari mengaduk sup di dalam panci.
"Wah, Nyonya, rajin sekali! Aromanya tercium enak sekali," ucap Ruben, melihat cairan putih kental dengan kacang taburan polong di dalamnya.
"Aku mau buat kejutan pada suamiku," jawab Daniar malu-malu. "Kata Mama Ana, ini adalah masakan kesukaan suamiku. Baru kemarin aku mempelajari resepnya, semoga saja rasanya bisa sama seperti yang mama Ana (Liliana)."
Ruben menyadari ketidakpercayaan diri Daniar. "Segala masakan yang dibuat dengan cinta pasti hasilnya akan enak sekali. Tuan Leonard sungguh beruntung punya istri yang sangat penyayang."
"Terima kasih, Paman," jawab Daniar merendah diri. "Aku jauh dari kata istri yang sempurna."
"Sungguh, Nyonya, dari dulu saya selalu bisa menilai orang dengan baik," ucap Ruben. "Tuan Leonard tidak salah memilih Anda. Anda itu wanita yang penyabar, bisa mengimbangi sifat keras Tuan Leonard yang suka tidak sabaran."
Pujian Ruben membuat Daniar tak sanggup berkata-kata. Ia hanya bisa tersenyum malu-malu dan menganggukkan kepalanya sembari lanjut memasak untuk makan siang suaminya.
...****...
Gedung Perusahaan Lumina.
Calista berjalan menuju meja kerja Leonard membawa sebuah cangkir kopi di tangannya.
"Kopi, Pak Leonard," kata Calista dengan senyum manis, sebelum meletakkan cangkir kopi di depan Leonard.
Leonard menatap Calista dengan mata yang sedikit terganggu oleh kecantikannya. "Terima kasih," ujarnya ketus.
Calista tidak menghiraukan nada ketus bosnya. "Saya juga sudah mencetak dokumen yang Anda minta, Pak," katanya dengan senyum yang masih terukir di wajahnya.
Leonard mengangguk, lalu mengambil cangkir kopi. "Bagus, kerjamu cepat seperti biasa. Tolong mengambilkan dokumen-dokumen yang ada di filing cabinet?" tanya Leonard, berusaha untuk mengalihkan perhatiannya dari pakaian Calista.
"Baik, Pak Leon," jawab Calista dengan senyum manis, sebelum berjalan ke arah filing cabinet.
Leonard menghela napas lega ketika Calista berjalan menjauh dari meja kerjanya. Dia berusaha untuk fokus pada pekerjaannya, namun tidak bisa, bila wanita itu terus ada di dekatnya.
Calista memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang proporsional, namun pakaian yang dia kenakan membuat Leonard merasa tidak nyaman. Pakaiannya ketat dan mini, apalagi ketika wanita itu sedikit menunduk atau berjongkok karena pena yang jatuh ke lantai. Leonard merasa matanya tidak bisa diarahkan ke tempat lain, sehingga dia merasa tidak nyaman dan terus berusaha untuk mengalihkan perhatiannya.
Selesai memilah dokumen, Calista berjalan dengan hati-hati, membawa tumpukan dokumen yang berat di kedua tangannya.
Saat dia berjalan melewati sebuah karpet yang terlipat, kaki Calista tersandung dan dia kehilangan keseimbangan.
Bruk!!
Suara dokumen-dokumen terjatuh ke lantai, dan Calista berusaha untuk menangkapnya, namun sia-sia.
"Kyaaa ...!"
Teriakan kecil Calista yang hampir terjatuh, Leonard yang melihat kejadian itu spontan berlari menopang tubuh sekretarisnya.
"Te... Terima kasih, Pak Leon." Ia tergagap, sambil memandang wajah Leonard yang terlihat khawatir.
Leonard merasa jantungnya berdegup kencang saat menopang tubuh Calista yang ramping. Dia merasa terlalu dekat dengan wanita itu, dan itu membuatnya makin tidak nyaman. Namun, disatu sisi tidak bisa mengabaikan keselamatan Calista.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Leonard, sambil melepaskan topangan pada tubuh Calista.
Calista langsung berdiri terhuyung, ia mengangguk dan tersenyum. "Ya, saya baik-baik saja Tuan. Terima kasih atas perhatian Anda, Pak Leon."
Leonard mengangguk dan berjalan kembali ke meja kerjanya, sambil berusaha untuk menghilangkan perasaan yang tidak nyaman itu.
Calista cepat-cepat membereskan dokumen yang berserakan di lantai. Setelah selesai, dia menaruh dokumen-dokumen tersebut di meja Leonard dengan rapi.
"Semua dokumen sudah saya kumpulkan, Pak Leonard," ucapnya.
Leonard mengangguk dan memandang dokumen-dokumen yang sudah rapi di meja kerjanya, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya memandang Calista dengan mata yang masih terlihat dingin.
Tatapan Leon, membuat Calista merasa gugup, ia pun berbalik dengan tergesa-gesa, dan malah menabrak tiang lampu dekat meja kerja bos-nya.
Duuk!!
Tidak sengaja ia terjatuh kali ini di pangkuan Leonard yang sedang duduk di kursinya.
"Aagghh!!" Leonard amat terkejut saat bokong Calista menyentuh pahanya. Dia tidak menyangka bahwa Calista akan jatuh dan duduk di pangkuannya.
Bersamaan dengan kejadian itu, pintu ruangan Leonard terbuka.
Cekrek...
Daniar masuk ke dalam ruangan. Matanya langsung terfokus pada suaminya dan Calista, yang terlihat dalam posisi yang sangat tidak lazim.
Wajah Daniar langsung berubah menjadi merah padam karena kecemburuan. "Mas!"
"Honey! Bisa aku jelaskan!" pekik Leonard dengan nada panik, ingin memperbaiki kesalahpahaman yang terjadi.
Tapi Daniar tidak memberikan kesempatan pada Leonard untuk menjelaskan. Ia langsung berbalik dan berjalan keluar dari ruangan, meninggalkan Leonard dan Calista.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**