Seorang gadis muda bernama Alya dikhianati oleh kekasihnya, Raka, dan sahabat dekatnya, Mira, yang menjalin hubungan di belakangnya. Dunia Alya runtuh. Namun, tanpa diduga, dia justru dinikahi oleh Davin, om dari Raka , seorang pria dewasa, mapan, dan berwibawa. Hidup Alya berubah drastis. Dia bukan hanya menjadi istri sah seorang pengusaha kaya, tapi juga tante dari Mira dan mantan pacarnya. Dari situ, kisah balas dendam elegan dan kisah cinta tak terduga pun dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Tak Diinginkan, Tapi Tetap Bahagia
Kabar kehamilan Alya menyebar lebih cepat dari yang mereka duga. Meski Davin tidak pernah secara terbuka membagikan berita itu ke media sosial atau forum keluarga besar, tetap saja kabar itu sampai ke telinga orang-orang yang tak menyukai mereka.
Pagi itu, saat Alya baru saja keluar dari ruang pemeriksaan kandungan untuk kontrol pertama, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dari nomor yang tidak dikenal.
"Selamat ya, akhirnya dapat tiket pengaman. Pintar juga kamu memilih jalan cepat jadi ibu kaya." isi pesan menyakitkan
Alya mematung. Jari-jarinya gemetar memegang layar ponsel. Ia tahu siapa pengirimnya. Nada sinis itu khas dari Tante Ratna ibu dari Raka yang dari awal tidak menyukainya, wanita paruh baya itu yang sejak awal paling vokal menolak pernikahan mereka.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Davin saat melihat wajah istrinya menegang.
Alya menyerahkan ponselnya tanpa berkata apa-apa. Davin membaca pesan itu, dan rahangnya mengeras.
Tanpa berkata-kata, ia langsung menghapus pesan itu, lalu menarik Alya ke pelukannya. "Kita nggak butuh mereka. Yang kita punya sekarang cukup. Kamu, aku, dan calon anak kita."
Namun masalah tak berhenti di situ. Beberapa hari kemudian, keluarga besar Davin mengadakan acara ulang tahun salah satu paman tua mereka. Biasanya, Davin tak pernah datang. Tapi kali ini ia memutuskan hadir bersama Alya.
"Kita harus tunjukkan kalau kita nggak takut. Aku nggak mau anak kita nanti tumbuh dalam bayangan rasa minder karena ibunya selalu diremehkan." ujar Davin,
Alya awalnya ragu. Tapi melihat tekad Davin, ia ikut menguatkan diri. Dengan perut yang belum terlalu terlihat membesar, ia mengenakan dress biru muda dan menata rambut sederhana. Senyumnya tenang, tapi dalam hatinya ada badai.
Saat mereka masuk ke ruangan acara, semua mata menoleh. Beberapa hanya menatap dingin, yang lain bisik-bisik. Dan tentu saja, Tante Ratna yang paling duluan menyapa.
"Wah... ini calon mama muda? Hebat sekali bisa menaklukkan Davin yang keras kepala itu." ujar salah satu sepupu Davin, yang baru datang dari luar negeri.
"Daripada menaklukkan pria muda yang tidak setia, lebih baik punya suami dewasa yang tahu cara memperlakukan wanita dengan benar," jawab Alya tenang.
Beberapa tamu terdiam. Nadine tampak tersinggung.
"Alya!" suara berat terdengar dari ujung ruangan. Salah satu paman Davin melangkah maju. "Kau pikir dengan punya anak kau bisa diterima di keluarga ini? Jangan bermimpi!"
Davin maju selangkah. "Maaf, tapi kami tidak datang untuk meminta restu. Kami datang hanya untuk menunjukkan bahwa kami tidak hidup dalam ketakutan."
Suasana jadi canggung. Namun mereka tak tinggal lebih lama. Davin dan Alya pergi dengan kepala tegak. Meski dicibir, mereka tetap memancarkan aura kemenangan.
Di rumah, malam itu Alya duduk di balkon sambil memandangi bintang. Davin datang membawa secangkir susu hangat.
"Aku bangga padamu," ucap Davin sambil duduk di samping Alya.
"Aku hanya berusaha kuat. Untuk kita. Untuk anak kita." jawab Alya
"Dan itu lebih dari cukup. Kamu nggak harus membuktikan apa pun ke siapa pun. Tapi kamu tetap berdiri gagah." jawab Davin memberikan semangat untuk Alya
Alya tersenyum. "Aku dulu takut kehilangan semuanya. Tapi sekarang aku tahu, yang aku punya adalah segalanya." jawab Alya lalu memeluk Davin,
Di sisi lain kota, seseorang menatap unggahan foto Alya dan Davin dari acara tadi. Sorot matanya gelap. Rasa iri membakar dadanya.
"Dia berhasil juga... dan sekarang... dia akan jadi ibu..." ujar Mira
Itulah Mira, yang mulai iri hati lagi, wanita ini sepertinya tidak ada kapoknya. Dan di sampingnya, Raka mantan kekasih Alya, ikut melihat layar ponsel dengan tatapan tak kalah gelisah.
"Aku pikir dia akan hancur setelah kita tinggalkan," gumam Raka pelan
"Justru dia makin bersinar... dan itu menyakitkan." ujar Mira.
Mereka tak tahu bahwa ini baru permulaan. Karena Alya bukan hanya akan jadi seorang ibu—dia akan menjadi wanita yang berdiri paling tinggi, tanpa perlu menjatuhkan siapa pun.
...----------------...
Pagi itu dimulai dengan lembut. Sinar matahari merayap ke dalam kamar melalui celah tirai, menyentuh wajah Alya yang tertidur di dada Davin. Nafasnya tenang, senyumnya kecil, seperti seseorang yang sedang memimpikan sesuatu yang manis. Davin tak bergerak, menikmati kehangatan tubuh istrinya yang kini membawa kehidupan kecil dalam rahimnya.
Tapi ketenangan itu tak bertahan lama.
Ponsel Davin berdering. Bukan dering biasa. Nada dering yang ia atur hanya untuk panggilan darurat dari asisten pribadinya. Davin meraih ponsel itu dengan cepat, dan suaranya terdengar tegas saat menjawab, "Ada apa, Yoga ?"
"Tuan, saya minta maaf harus ganggu pagi-pagi. Tapi saya rasa tuan harus tahu... Pak Raka datang ke kantor. Dia minta bertemu langsung." ujar Yoga
Davin terdiam sesaat. "Raka?"
"Iya. Mantan pacarnya Bu Alya. Dan juga keponakan tuan" jawab Yoga
Davin menarik napas panjang. Ia menoleh ke Alya yang mulai terbangun, matanya masih berat. "Mas? Ada apa?" tanya Alya
"Nggak apa-apa, Sayang. Cuma urusan kantor. Kamu istirahat aja." jawab Davin,
Alya mengangguk pelan dan kembali memejamkan mata. Tapi firasat dalam hatinya tak tenang.
Di ruang rapat lantai lima kantor pusat Davin, suasana tegang.
Raka duduk dengan tubuh condong ke depan, matanya menatap langsung ke mata Davin yang tenang namun tajam.
"Aku tahu aku nggak pantas datang ke sini. Tapi aku harus bicara. Tentang Alya." ujar Raka serius
"Dia istriku sekarang. Kalau kau punya urusan pribadi dengannya, sampaikan padanya."
"Dia hamil, kan?" tanya Raka
Davin mengerutkan alis. "Itu bukan urusanmu."
"Tapi dia pernah jadi hidupku. Dan aku kehilangan dia... karena kebodohanku. Aku... menyesal." jawab Raka cepat
"Penyesalanmu tidak ada artinya sekarang, Raka. Aku tidak butuh kau datang membawa luka lama ke dalam rumah tangga kami. Kalau kau ingin minta maaf, lakukan dengan diam." jawab Davin
Raka tertunduk. Tapi sebelum ia bangkit, ia berkata, "Aku cuma ingin om tahu... Mira. juga menyesal. Kami salah. Tapi om harus tahu, keluarga kita sedang bergerak. Mereka ingin ambil alih perusahaan lewat saham warisan dari ayah om. Dan mereka akan pakai Alya sebagai alasan untuk menjatuhkanmu."
Davin terdiam sesaat. "Kau menyampaikan ini karena...?"
"Karena meski aku bukan siapa-siapa lagi, aku tetap tidak ingin melihat Alya disakiti." jawab Raka lalu pergi begitu saja dari hadapan Davin.
Bersambung
kn ksel kl trs ngusik alya sm davin....
raka bnrn tlus atwcma modus????
kya'nya dia pduli sm alya,tkut d skiti ktanya....
aku udh mmpir lg...tp gmes pgn getok kplanya tu orng,gila bgt smp ftnah plus neror sgla sm alya....pdhl kn mreka yg udh jht....