NovelToon NovelToon
Obsesi CEO Psikopat

Obsesi CEO Psikopat

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mantan Perawat

Aluna gadis yatim piatu berusia 21 tahun, menjalani hidupnya dengan damai sebagai karyawan toko buku. Namun hidupnya berubah setelah suatu malam saat hujan deras, ia tanpa sengaja menyaksikan sesuatu yang tidak seharusnya. Di sebuah gang kecil ia melihat sosok pria berpakaian serba hitam bernama Darren seorang CEO berusia 35 tahun yang telah melenyapkan seorang pengkhianat. Bukannya melenyapkan Aluna yang menjadi saksi kekejiannya, Darren justru membiarkannya hidup bahkan mengantarnya pulang.

Tatapan penuh ketakutan Aluna dibalik mata polos yang jernih menyalakan api obsesi dalam diri Darren, baginya sejak malam itu Aluna adalah miliknya. Tak ada yang boleh menyentuh dan menyakitinya. Darren tak ragu melenyapkan semua yang pernah menyakiti Aluna, entah itu saat sekarang ataupun dari masa lalunya.

Ketika Aluna perlahan menyadari siapa Darren, akankah ia lari atau terjatuh dalam pesona gelap Darren ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mantan Perawat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.5

®Kamar Yasmin: Ketakutan yang Berubah Jadi Amarah®

Yasmin masih terduduk di tanah, napasnya tersengal-sengal. Matanya terpaku pada bangkai burung yang tergeletak di depan pintu rumahnya, darahnya masih segar, menetes perlahan ke lantai. Tulisan besar di dinding membuatnya merinding.

"Jangan sentuh yang bukan milikmu. Ini peringatan terakhir."

Jari-jarinya mencengkeram ujung bajunya, wajahnya memucat. Ini bukan lelucon. Ini bukan sekedar ancaman biasa.Langkah kaki terdengar dari dalam rumah, semakin mendekat.

"Yasmin? Kenapa kau teriak?" Suara ibunya yang khawatir muncul dari balik pintu.

Sejenak Yasmin tidak bisa menjawab, masih mencoba memahami situasi mengerikan ini. Namun, sebelum ia sempat menjawab, ayahnya muncul di belakang ibunya.

Begitu melihat apa yang terjadi di depan rumah, ekspresi sang ayah berubah drastis.

"Apa-apaan ini?!" suara bariton pria itu menggema. Ia mendekati Yasmin dengan

wajah penuh amarah dan kebingungan.

Ibu Yasmin menutup mulutnya dengan tangan, matanya terbelalak melihat bangkai burung dan tulisan mengancam di pintu.

"Yasmin," ayahnya berlutut, menatapnya tajam. "Katakan, milik siapa yang sudah kau sentuh?"

Yasmin mengerjapkan matanya, masih dalam kondisi shock.

"Aku... aku tidak tahu," bisiknya lirih.

Tamparan mendarat di lantai tepat di sebelah Yasmin, bukan di wajahnya, tapi cukup membuatnya tersentak. Ayahnya tidak pernah memukulnya, tapi ini... jauh lebih menakutkan.

"Jangan main-main, Yasmin! Sejak kecil kau suka mengganggu orang lain, tapi belum pernah ada peringatan seperti ini. Siapa yang sudah kau usik?"

Ibu Yasmin menarik napas dalam, suaranya gemetar. "Apa mungkin... ini ada hubungannya dengan seseorang yang kau sakiti, Nak?"

Yasmin menggigit bibir. Orang yang akhir-akhir ini selalu ia ganggu adalah..

Aluna.

Jantungnya berdegup kencang. Tidak. Tidak mungkin. Aluna itu gadis bodoh yang tidak punya keberanian. Gadis polos menyebalkan yang hanya bisa menunduk dan menangis kalau ia ejek. Tidak mungkin ini ada hubungannya dengannya.

Tapi... bagaimana jika ada seseorang yang melindunginya?

"Aku... aku tidak tahu," Yasmin mengulang kata-kata itu, suaranya lebih gemetar. "Aku tidak melakukan apa-apa..."

Ayahnya menghela napas tajam, jelas tidak percaya. Ia bangkit dan melayangkan tatapan tajam pada Yasmin.

"Kau lebih baik mencari tahu sebelum kita semua celaka."

Yasmin menelan ludah, matanya kembali menatap tulisan di dinding dengan ketakutan yang kini bercampur dengan kebencian.

Siapa yang berani melakukan ini padanya?

© Ruang Pribadi Darren: Obsesi Yang Makin Menggila ©

Darren menatap layar ponselnya, sebuah video dari Hernan menampilkan reaksi ketakutan Yasmin dan keluarganya. Ia menyeringai puas.

"Bagus," gumamnya pelan, jemarinya mengetuk meja dengan irama lambat.

Ia lalu melirik dindingnya yang penuh dengan foto-foto Aluna. Gadisnya. Gadisnya yang lucu dan polos.

"My baby chubby," bisiknya, jarinya menyentuh pipi bulat di salah satu foto.

Kemudian, ekspresi lembutnya lenyap. Matanya berkilat gelap.

"Tapi ada seseorang yang berani mengambil apa yang seharusnya menjadi milikmu, Aluna..."

Ia meraih ponselnya dan menekan nomor Hernan.

"Bos?" Hernan menjawab dengan nada santai.

"Aku ingin kau terus mengawasi Yasmin. Pastikan dia tidak menyentuh Aluna lagi."

"Dia mulai curiga, Bos."

"Bagus. Biarkan dia merasa takut. Biarkan dia kehilangan akal sehatnya. Dan jika dia masih belum mengerti..." Darren tersenyum tipis. "Kita buat dia mengerti."

Hernan tertawa di ujung telepon. "Mengerti, Bos."

Darren menutup telepon dan kembali menatap foto Aluna.

"Jangan takut, sayang," bisiknya. "Aku akan melindungi kamu... dengan caraku."

© Kamar Kos Aluna: Panggilan yang Membuat Jantung Berdebar©

Aluna akhirnya mulai merasa sedikit lebih tenang. Reta duduk di sampingnya sambil memakan martabak dengan lahap, sementara drama Korea terus berjalan di layar laptop.

"Astaga! Lihat ini, Aluna!" Reta tiba-tiba menepuk bahunya dengan keras, membuat Aluna hampir tersedak minumannya.

"Ada apa, kak Reta?" Aluna berusaha fokus pada layar.Adegan di drama menampilkan sang aktor tampan sedang berlutut di depan kekasihnya, memasangkan sepasang sepatu dengan lembut. Cahaya lampu yang remang-remang membuat suasana semakin romantis.

Reta menjerit kecil. "Ih, so sweet banget! Aku juga mau punya pacar kayak gitu!"

Aluna hanya tersenyum kecil. "Iya... lumayan manis sih..."

Namun, belum sempat ia kembali fokus, Reta tiba-tiba menoleh ke arah kotak sepatu yang masih berada di sudut kamar.

"Tapi tahu nggak, Luna?" Reta menunjuk kotak itu dengan sumpit martabaknya. "Adegan ini sih romantis, tapi menurutku, yang lebih romantis adalah seseorang yang ngirimin kamu sepatu sneakers mewah secara misterius!"

Aluna terdiam.

Reta menyeringai, matanya berbinar penuh antusias. "Kotak hitam itu... pita merah... dan tulisan 'Happy Birthday My Baby Chubby, Aluna'! Gila, itu lebih so sweet ala-ala sok misterius!"

Aluna menegang seketika.

Baby Chubby.

Itu panggilan yang tertulis di kotak hadiah.

Aluna menggigit bibirnya. "Ka-kak Reta, jangan bercanda... itu kan aneh..."

"Tapi manis banget!" Reta bertepuk tangan kecil. "Romantis! Itu pasti dari pengagum rahasia kamu!"

Aluna memeluk bantalnya erat, pipinya memanas. Ia tidak tahu apakah ini harus dianggap sebagai hal manis atau sesuatu yang mengerikan.

Reta lalu menggodanya lagi, "Bayangkan, Luna, ada seseorang di luar sana yang begitu tergila-gila sama kamu sampai manggil kamu 'Baby Chubby'! Aku aja iri!"

Aluna menelan ludah. Ia masih tidak tahu siapa yang mengirim sepatu itu...

Tapi sekarang, ia merasa ada seseorang di luar sana yang sedang mengawasinya.

Dan itu membuatnya semakin takut

© Rumah : Kamar Yasmin ©

Yasmin masih terduduk di lantai kamarnya, jantungnya berdegup kencang. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai kemungkinan, tapi tak satu pun yang terasa masuk akal. Bangkai burung sudah dibuang, darah di lantai sudah dibersihkan, tapi bayangan tulisan mengancam di dinding masih menghantuinya.

Pintu kamarnya terbuka tiba-tiba. Yasmin tersentak.

"Yasmin, apa kau sudah ingat siapa yang kau usik?!" suara ayahnya menggema, penuh amarah dan desakan.

Yasmin menelan ludah. "Aku sudah bilang, aku tidak tahu... Aku tidak melakukan apa-apa, Ayah."

Ayahnya berjalan masuk, menatapnya tajam. "Kau selalu mengatakan hal yang sama, tapi lihat akibatnya! Siapa yang kau buat marah kali ini?!"

Yasmin terdiam. Ia mencoba mengingat kembali kejadian hari ini. Satu-satunya hal yang mungkin berhubungan adalah saat di toko buku. Ia mencibir Aluna seperti biasa, menertawakan gadis itu karena wajahnya yang selalu terlihat kebingungan dan lugu di depan pelanggan. Ia juga mengambil makanan yang seharusnya untuk Aluna.

"Aku hanya... mengambil makanan Aluna," gumamnya akhirnya.

Ayahnya mengernyit. "Makanan?"

"Ya! Makanan yang seseorang kirimkan untuknya. Itu makanan mewah, dan dia malah bersikap sok jual mahal. Aku hanya tidak ingin makanan itu terbuang sia-sia," katanya membela diri, meski hatinya mulai tidak tenang.

Ibu Yasmin yang sejak tadi diam, kini bersuara. "Siapa yang mengirim makanan itu?"

Yasmin menggeleng. "Aku tidak tahu. Yang aku tahu hanya ada tulisan di kotaknya... 'Makanlah dan habiskan, My Baby Chubby, Aluna.'"

Ibunya saling berpandangan dengan ayahnya. "Kau pikir ini ada hubungannya?" tanya ibunya pelan, suaranya bergetar.

Ayah Yasmin mendengus. "Entahlah, tapi kalau ada seseorang yang cukup gila untuk mengirim ancaman seperti ini, berarti dia menganggapmu telah menyentuh sesuatu yang bukan milikmu, Yasmin. Dan sepertinya ini bukan ancaman kosong."

Yasmin mengepalkan tangannya. "Tapi aku tidak melakukan hal yang salah! Makanan itu ditujukan untuk Aluna, tapi dia tidak mau memakannya! Aku hanya... mengambilnya, itu saja! Lagipula, apa istimewanya Aluna? Kenapa selalu dia yang diperhatikan semua orang?!"

Suasana semakin tegang. Ayahnya menatapnya dengan tatapan penuh kecurigaan. "Jadi, kau iri pada gadis itu?"

Yasmin menggeram. "Aku bukan iri! Aku hanya tidak suka melihat dia berpura-pura lugu dan tak berdosa, sementara semua orang memperlakukannya seperti dia itu sesuatu yang berharga! Bahkan Fino selalu memperhatikannya! Kenapa?!"

Tiba-tiba, suara ketukan pelan terdengar dari arah jendela. Yasmin membeku. Matanya membulat, tubuhnya menegang.

Ibu Yasmin langsung memegang tangan suaminya dengan erat. "Jangan-jangan..."

Ayah Yasmin bergerak cepat, mendekati jendela dan menyingkap tirai dengan kasar. Namun, di luar hanya ada kegelapan. Tak ada apa-apa.

"Mungkin hanya angin," gumamnya, meski nada suaranya tidak terdengar yakin.

Namun, Yasmin tidak bisa mengabaikan perasaan tidak enak yang merayap di kulitnya. Ia merasa... diawasi.

Tiba-tiba, lampu di kamarnya berkedip-kedip, lalu padam seketika. Kegelapan menyelimuti ruangan.

Ibu Yasmin menjerit tertahan. "Tuhan... apa yang sedang terjadi?"

Yasmin merasakan bulu kuduknya meremang. Ia ingin mengatakan bahwa ini hanya kebetulan, tapi ada sesuatu dalam hatinya yang menolak percaya.

"Ayah... nyalakan lampu kembali..." bisiknya.

Ayahnya menghela napas, merogoh saklar dan mencoba menyalakannya kembali. Namun, tidak ada reaksi.Dan saat itulah terdengar suara... suara berbisik di dalam ruangan.

Pelan. Halus. Nyaris tidak terdengar. Namun, cukup untuk membuat darah Yasmin membeku.

"Jangan sentuh yang bukan milikmu..."

Yasmin menahan napas. Ia merasakan tubuhnya mulai gemetar.

"A-ayah... kau dengar itu?" bisiknya ketakutan.

Ayahnya menegangkan rahangnya, matanya mencari sumber suara. "Diam."

Ibu Yasmin semakin mendekap suaminya, tubuhnya bergetar hebat.Tiba-tiba, ponsel Yasmin yang tergeletak di meja menyala dengan sendirinya. Layarnya memperlihatkan sebuah pesan masuk tanpa nama pengirim.

"Kau menyentuhnya. Kau harus membayarnya."

Jantung Yasmin seperti berhenti berdetak. Tangan gemetarnya meraih ponsel, lalu ia membaca pesan itu lagi dan lagi.

"A-aku harus membayarnya? Apa maksudnya?! Aku hanya mengambil makanan itu! Ini tidak masuk akal!" suaranya meninggi, marah sekaligus takut.

Ayahnya merampas ponselnya, menatap layar dengan wajah keras. "Siapa ini...?"

Namun, begitu ia hendak mengetik balasan, ponsel itu mati sendiri. Layarnya menghitam, seakan kehabisan daya,padahal sebelumnya baterainya masih penuh.

"Kita tidak bisa tinggal diam." Ayah Yasmin bersuara tegas. "Kita akan mencari tahu siapa yang mengancammu. Kalau perlu, kita lapor polisi."

Namun Yasmin justru semakin merasa gelisah. Lapor polisi? Lalu bagaimana kalau ancaman ini benar-benar berbahaya? Bagaimana kalau orang yang mengiriminya ancaman ini... jauh lebih menakutkan daripada yang ia bayangkan?

Di luar sana, angin berdesir kencang. Suasana semakin mencekam.Yasmin menggigit bibirnya, matanya penuh kebencian dan ketakutan. Siapa yang berani melakukan ini padanya?Dan... kenapa semua ini terasa seperti peringatan nyata?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!